LP Askep DM Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS



DISUSUN OLEH KELAS D1-D, KELOMPOK 1: 1. Ni Nyoman Ariatini 2. I Gede Budiartawan 3. Ni Nyoman Seriyanti 4. Gusti Ketut Sriwedari 5. Ni Putu Satyawati 6. Arlina Ika Rahayu 7. Gede Dwi Martana 8. Ni Putu Endang Sutreni



NIM: C2117121 NIM: C2117122 NIM: C2117123 NIM: C2117124 NIM: C2117125 NIM: C2117126 NIM: C2117127 NIM: C2117128



PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN STIKES BINA USADA BALI TAHUN AJARAN 2017/2018



LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELLITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurun sensitivitas



insulin



atau



keduanya



dan



menyebabkan



komplikasi



kronis



mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. ( Nanda NIC-NOC, 2013) 2. Klasifikasi Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : 1. Klasifikasi Klinis : a. DM 1) Tipe I : IDDM (Inulin Dependent Diabatic Mellitus) Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun. Dan tergantung insulin. 2) Tipe II : NIDDM (Non Inulin Dependent Diabatic Mellitus) Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Dan tidak tergantung insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati : a) Tipe II dengan obesitas b) Tipe II tanpa obesitas b. Gangguan toleransi glukosa c. Diabetes kehamilan



2. Klasifikasi Resiko Statistik : a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa b. Berpotensi menderita kelainan glukosa 3. Etiologi 1. Diabetes tipe I: a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. b. Faktor-faktor imunologi Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. 2. Diabetes Tipe II Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko : a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th) b. Obesitas c. Riwayat keluarga



4. Patofisiologi/Pathways



Defisiensi Insulin glukagon↑



penurunan pemakaian glukosa oleh sel



glukoneogenesis lemak



Mual muntah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh



hiperglikemia



protein



ketogenesis



BUN↑



ketonemia



Nitrogen urine ↑



glycosuria Osmotic Diuresis Dehidrasi



↓ pH



Kekurangan volume cairan



Hemokonsentrasi



Asidosis



Trombosis



Koma Kematian



Aterosklerosis



Makrovaskuler



Jantung Miokard Infark



Serebral Stroke



Gangguan Integritas Kulit



Mikrovaskuler Retina



Ginjal



Retinopati diabetik



Nefropati



Ekstremitas Gangren



Ggn. Penglihatan Resiko Injury



Gagal Ginjal



5. Tanda dan Gejala Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah : 1. Katarak 2. Glaukoma 3. Retinopati 4. Gatal seluruh badan 5. Pruritus Vulvae 6. Infeksi bakteri kulit 7. Infeksi jamur di kulit 8. Dermatopati 9. Neuropati perifer 10. Neuropati viseral 11. Amiotropi 12. Ulkus Neurotropik 13. Penyakit ginjal 14. Penyakit pembuluh darah perifer 15. Penyakit koroner 16. Penyakit pembuluh darah otak 17. Hipertensi



Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas. 6. Pemeriksaan Penunjang 1. Glukosa darah sewaktu 2. Kadar glukosa darah puasa 3. Tes toleransi glukosa Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) Bukan DM



Belum pasti DM



DM



Kadar glukosa darah sewaktu -



Plasma vena



< 100



100-200



>200



-



Darah kapiler



200



Kadar glukosa darah puasa -



Plasma vena



126



-



Darah kapiler



110



Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : 1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl



7. Penatalaksanaan Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes : 1. Diet 2. Latihan 3. Pemantauan 4. Terapi (jika diperlukan) 5. Pendidikan B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin. 1. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus : a. Aktivitas dan istirahat : Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma. b. Sirkulasi Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.



c. Eliminasi Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat. d. Nutrisi Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah. e.



Neurosensori Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.



f. Nyeri Pembengkakan perut,  meringis. g. Respirasi Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas. h. Keamanan Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum. i. Seksualitas Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu : a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. c. Risiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. d. Risiko



tinggi



terhadap



perubahan



persepsi



sensori



berhubungan



dengan



ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit. e. Defisiensi pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi. f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). g. Risiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.



3. Intervensi Keperawatan a.      Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : 1) Pantau tanda-tanda vital. Rasional     :   Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. 2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Rasional     :   Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. 3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine. Rasional     :   Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan. 4) Timbang berat badan setiap hari. Rasional     :   Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti. 5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi. Rasional     :   Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. Tujuan : 1) Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat 2) Menunjukkan tingkat energi biasanya 3) Berat badan stabil atau bertambah. Intervensi : 1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien. Rasional     :   Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. 2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.



Rasional     :   Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya). 3) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural. Rasional     :   Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang. 4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi. Rasional     :   Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien. 5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi. Rasional     :   Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. c.     Risiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. Tujuan : 1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. 2) Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi. Intervensi : 1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Rasional     :   Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. 2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri. Rasional     :   Mencegah timbulnya infeksi silang. 3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif. Rasional     :   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman. 4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Rasional     :   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi. 5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam. Rasional     :   Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.



d.   Risiko



tinggi



terhadap



perubahan



persepsi



sensori



berhubungan



dengan



ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit. Tujuan : 1) Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi. 2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori. Intervensi : 1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental. Rasional     :   Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal 2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Rasional     : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas. 3) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya. Rasional     :   Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya. 4) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki. Rasional     :   Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan. e.   Defisiensi pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi. Tujuan : 1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. 2) Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab. 3) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu  dan menjelaskan rasional tindakan. Intervensi : 1) Ciptakan lingkungan saling percaya Rasional     :   Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 2) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya. Rasional     :   Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.



3) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat. Rasional     :   Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program. 4) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat. Rasional     :   Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat. f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer). Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan. Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi Intervensi : 1) Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut. 2) Kaji tanda vital 3) Kaji adanya nyeri 4) Lakukan perawatan luka 5) Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi. 6) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. g. Risiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan Tujuan : pasien tidak mengalami injury Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury Intervensi : 1) Hindarkan lantai yang licin. 2) Gunakan bed yang rendah. 3) Orientasikan klien dengan ruangan. 4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari 5) Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi



4. Implementasi Keperawatan Disesuaikan dengan rencana intervensi keperawatan yang telah disusun.



5. Evaluasi Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah disusun.



DAFTAR PUSTAKA Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Cahyono,



B.



(2007),



“Diabetes



Melitus”,



Available:



http://fkuii.org/tiki-



download_wiki_attachment. (diakses 1 Oktober 2013). Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta : EGC Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Jakarta : EGC