LP ASKEP Infeksi Nifas (Puerperium) - Jadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NIFAS (PUERPERIUM) Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas I Dosen pembimbing : Dina Indrati DS, M. Kep, Sp. Mt.



Disusun oleh : Sifa Nur Laeli (P17420213031) Siska Sofiatin (P17420213031) Sri Wulandari S. (P17420213031) Trimas Hardika Elvina (P17420213031) Tsaniya Yusniar (P17420213031) Wahyu Kristin (P17420213031) Wida Rafika Rusli (P17420213031) Yoga Trilintang Pamungkas (P17420213031) Yunita Wigatiningsih (P17420213031) KELAS 2A/SEMESTER 4 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG



1



Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan yaitu setelah kelahiran plasenta selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak, namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru, dari itulah dapat diminimalisir terjadinya infeksi nifas. Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas, bagaimana penyebab terjadinya infeksi, pencegahanya dan pengobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini ditujukan untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan infeksi nifas (puerperium) ? 2. Apa penyebab dari infeksi nifas (puerperium) ? 3. Apa saja tanda dan gejala dari infeksi nifas (puerperium) ? 4. Apa saja jenis-jenis dari infeksi nifas (puerperium) ? 5. Bagaimana patofisiologi dari infeksi nifas (puerperium) ? 6. Bagaimana pathway dari infeksi nifas (puerperium) ? 7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk infeksi nifas (puerperium) ? 8. Bagaimana terapi untuk infeksi nifas (puerperium) ? 9. Bagaimana pencegahan dari infeksi nifas (puerperium) ? C. TUJUAN 1. Mengetahui pengertian dari infeksi nifas (puerperium) 2. Mengetahui penyebab dari infeksi nifas (puerperium) 3. Mengetahui apa saja tanda dan gejala dari infeksi nifas (puerperium) 4. Mengetahui apa saja jenis-jenis dari infeksi nifas (puerperium) 5. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari infeksi nifas (puerperium) 6. Mengetahui bagaimana pathway dari infeksi nifas (puerperium) 7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk infeksi nifas (puerperium) 2



8. Mengetahui bagaimana terapi untuk infeksi nifas (puerperium) 9. Mengetahui bagaimana pencegahan dari infeksi nifas (puerperium)



3



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen, 2001:225) Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangusng kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006 ; Helen Varney, 2008 ). Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006). Infeksi kala nifas adalah infeksi perdangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan kententuan meningkatnya suhu badan melebihi 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas. Hal ini dapat mengakibatkan demam nifas yaitu demam dalam nifas. Setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatkan pembentukan urine untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi beberapa penyerapan bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga mengalami peningkatan suhu badan sekitar 0,50C yang bukan merupakan keadaan patologis menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.



B. ETIOLOGI



4



Menurut Lusa (2011), infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi: 1. Ektogen (kuman datang dari luar) 2. Autogen (kuman dari tempat lain) 3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri) Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh : 1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain). 2. Staphylococcus Aerus Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orangorang yang nampak sehat. 3.



Escheria Coli Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas



pada



perineum, vulva dan



endometrium.



Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius. 4. Clostridium Welchii Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.



Faktor Predisposisi 5



Menurut Saiffudin (2006) , dan Helen Varney (2008) faktor predisposisi dari infeksi nifas, antara lain : 1. Kurang gizi atau malnutrisi 2. Anemia 3. Higiene 4. Kelelahan 5. Proses persalinan bermasalah, yaitu : a. Partus lama (macet) b. Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban c. Manipulasi intra uteri d. Trauma jaringan yang luas seperti laserasi yang tidak diperbaiki e. Hematoma f. Hemoragi g. Korioamnionitis h. Persalinan traumatik i. Retensi sisa plasenta j. Teknik aseptik tidak sempurna 6. Perawatan perineum tidak memadai 7. Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani. C. TANDA DAN GEJALA INFEKSI NIFAS Tanda dan gejala infeksi nifas meliputi (Helen Varney, 2008) : 1. Peningkatan suhu tubuh (38ºC atau lebih) yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum 2. Tachicardia 3. Malaise umum 4. Nyeri 5. Lochea berbau tidak sedap D. JENIS-JENIS INFEKSI NIFAS 1. Infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks Gejalanya berupa rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadangkadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya 6



tidak berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40°C dengan kadang-kadang disertai menggigil. 2. Endometritis Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen radang terbatas pada endometritium. Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun (remittens). His royan dan lebih nyeri dari biasa dan lebih lama dirasakan. Lochea bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau. Lochea berbau tidak selalu menyertai endometritis sebagai gejala. Sering ada sub involusi. Leukosit naik antara 1500030000/mm³. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau. Sakit kepala, kurang tidur dan kurang nafsu makan dapat mengganggu penderita. Kalau infeksi tidak meluas maka suhu turun dengan berangsurangsur dan turun pada hari ke 7-10. Pasien sedapatnya diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk kelancaran pengaliran lokhea, pasien boleh diletakkan dalam letak fowler dan diberi juga uterustonika. Pasien disuruh minum banyak 3. Septicemia dan piemia



7



Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 – 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 – 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. 4. Parametritis Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan : a. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari endometritis. b. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum. c. Penyebaran sekunder dari trombofeblitis Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat diraba pada dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka. Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap 8



kemungkinan parametritis. Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing. 5. Peritonitis Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui pembuluh limfe uterus, parametritis yang meluas ke peritoneum, salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung sewaktu tindakan perabdominal. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersamasama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, 9



terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas ke seluruh rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian akibat infeksi. 6. Salpingitis dan ooforitis Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat di pisahkan dari pelvio peritonitis. E. PATOFISIOLOGI Perubahan fisiologis normal dari kelahiran meningkatkan resiko infeksi. Selama pengeluaran, keasaman vagina berkurang oleh cairan amnion, darah, dan lokhea yang bersifat alkali. Lingkungan yang alkali mendorong pertumbuhan bakteri. Nekrosis dari garis endometrium dan timbulnya lokhia mendukung sebuah lingkungan yang baik untuk pertumbuhan bakteri anaerob. Beberapa laserasi kecil, sangat mungkin terjadi pada endometrium, serviks dan vagina selama persalinan dan memungkinkan bakteri memasuki jaringan. Meskipun uterus bagian dalam tidak steril selama 3-4 minggu setelah persalinan, infeksi tidak berkembang pada kebanyakan wanita, sebagian karena granulosit dalam lokhea dan endometrium mencegah infeksi. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadinya infeksi akibat bakteri yang memasuki jaringan tersebut sehingga menimbulkan berbagai tanda dan gejala, seperti suhu meningkat, nyeri, dan bahkan infeksi yang berlanjut.



F. PATHWAY



10



G. PEMERIKSAAN PENUNJANG



11



-



Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi (Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)



-



Laju sedimentasi darah (LED), dan jumlah sel darah merah (SDM): sangat meningkat pada adanya infeksi



-



Hemoglobin / hematokrit(Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%.



-



Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraserfikal atau drainase luka, pewarnaan gram dari lokhia serviks, dan uterus : mengidentifikasi organisme penyebab



-



Urinalisis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih



-



Ultra sonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan; melokalisasi abses peritoneum



-



Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, massa atau pembentuka abses, adanya vena-vena dengan trombosis



H. TERAPI -



Berikan antibiotika dengan spectrum luas.



-



Lakukan tindakan untuk mempertinggi daya tahan tubuh.



-



Jika terjadi abses lakukan pembukaan jahitan.



-



Transfusi darah bila perlu.



I. PENCEGAHAN INFEKSI NIFAS Lusa (2011) mengemukakan bahwa, infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga pencegahannya berbeda. 1. Selama kehamilan Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain : a. Perbaikan gizi. b. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan. 12



2. Selama persalinan Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut : a. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir. b. Membatasi perlukaan jalan lahir. c. Mencegah perdarahan banyak. d. Menghindari persalinan lama. e. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan. 3. Selama nifas a. Pencegahan infeksi selama nifas antara lain b. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptic c. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama d. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat. e. Membatasi tamu yang berkunjung. f. Mobilisasi dini. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dan lain-lain. b. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan ibu saat ini: a) pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam b) bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu postpartum. c) adanya leukore dan lochia berbau menyengat 2) Riwayat kesehatan dahulu



13



a) Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal kronik, hemofilia,mioma uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta. b) Riwayat penyakit keluarga Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita hipertensi,peny jantung dan pre eklampsia,penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular. c) Riwayat obstetric 1. Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus, banyaknya,baunya,keluhan waktu haid. 2. Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin yang keberapa, usia mulai hamil d) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu 1. Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua, apakah ada abortus. 2. Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir. 3. Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi. e) Riwayat kehamilan sekarang 1. Hamil muda:keluhan selama hamil muda 2. Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan BB,suhu nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain. 3. Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa kali,perawatan serta pengobatannya yang didapat. f) Riwayat persalinan sekarang Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan), anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir. 2. Pemeriksaan Fisik 14



a. Pemeriksaan umum 1) Aktivitas istirahat Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca partum multipel ) 2) Sirkulasi Tanda : Takikardi 3) Penggunaan Obat-Obatan Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis ) 4) Status Psikologis Tanda : a. Anoreksia, mual / muntah. b. Haus, membran mukosa kering c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis) 5) Neurosensori Tanda : Sakit kepala 6) Nyeri / Ketidaknyamanan Tanda : a. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen. b. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding (endometritis) b. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis / ooferitis, parametritis ). 7) Pernapasan Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ). 8) Keamanan Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus menerus, namun 24 jam pasca partum adalah tanda infeksi, namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C) pada 24 jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi. b. Pemeriksaan khusus 1) Uterus Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya. 2) Lochia Meliputi : warna, banyaknya dan baunya. 3) Perineum 15



Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan 4) Vulva Dilihat apakah ada edema atau tidak 5) Payudara Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum 3. Diagnosa keperawatan I. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit II. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen III. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim IV. Intoleransi aktivitas b/d fatigue 4. Intervensi Dx I



: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit



Tujuan



: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapan hipertermi pasien dapat teratasi dengan Kriteria Hasil:



NOC



: Thermoregulation Kriteria Hasil : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Tidak ada perubahan warna kulit 4. dan tidak ada pusing



NIC 1



: Fever treatment 1. 2. 3. 4. 5. 6.



NIC 2



Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR Berikan cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara



: Manajemen obat 1. Kolaborasikan pemberian anti piretik 2. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam



16



3. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil Dx II



: Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,



Tujuan



kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan



NOC



pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil : : Risk Control Kriteria Hasil : 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada. 2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan. 3. DJJ normal 4. Leukosit pasien kembali normal 5. Suhu 36,5-37,5



NIC



: 1. 2. 3. 4. 5.



Infection Control Kaji tanda-tanda infeksi Pantau keadaan umum pasien Bina hubungan saling percaya melalui komunikasi terapeutik Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antiseptik sesuai terapi



Dx III



: Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim



Tujuan



: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam di harapkan nyeri berkurang atau nyeri hilang dengan kriteria hasil:



NOC



NIC



: Pain Control Kriteria Hasil 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg 2. N: 60-120 X/ menit. 3. Pasien tampak tenang dan rileks 4. Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang : Pain Management 1. Kali tanda-tanda Vital pasien 2. Kaji skala nyeri (1-10) 3. Ajarkan pasien teknik relaksasi 4. Atur posisi pasien 17



5. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung Dx IV



: Intoleransi aktivitas b/d fatigue



Tujuan



: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapan intoleransi aktivitas pasien dapat teratasi



NOC



: Self Care : ADLs Kriteria Hasil: 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri



NIC



: Activity Therapy 1.



Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.



2.



Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan



3.



Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social



4.



Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan



5.



Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek



6.



Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai



7.



Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang



8.



Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas



9.



Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas



10.



Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan



11.



Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual



5. Evaluasi 18



Dx I Resiko Infeksi 1. Tanda-tanda infeksi tidak ada. 2. Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan. 3. DJJ normal 4. Leukosit pasien kembali normal 5. Suhu 36,5-37,5



Dx II Gangguan Rasa Nyaman 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg 2. N: 60-120 X/ menit. 3. Pasien tampak tenang dan rileks 4. Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang Dx III Hipertermi 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Tidak ada perubahan warna kulit 4. dan tidak ada pusing Dx IV Intoleransi 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri



19



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira - kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh mesuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak,namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas. Infeksi pada masa nifas diantaranya adalah : endometritis, parametritis, peritonitis, infeksi pada perineum, vulva, vagina dan serviks, salpingitis dan ooforitis, septicemia dan piemia. Cara mengatasi masalahnya adalah : masa kehamilan mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu, 20



selama persalinan hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, selama nifas luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.



21



DAFTAR PUSTAKA Cunningham, Gary F., dkk. (2005). Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC DepKes RI (2007) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta, DepKes RI Saifuddin, Abdul Bari (2006) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Walsh, Linda (2008) Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta, EGC Varney, Helen, dkk. (2008) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta, EGC



22