LP Dan Askep Diare [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Cici
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DIARE A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). Menurut WHO (1992) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 2002). 2. Anatomi dan Fisiologi 1) Anatomi sistem pencernaan a. Mulut Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian : 1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan pipi. 2) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung dengan faring. b. Faring Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang. c. Esofagus (kerongkongan) Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.



d. Gaster (lambung) Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung, yaitu : 1) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri osteum kardium biasanya berisi gas. 2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah notura minor. 3) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter pilorus. 4) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi samapi pilorus. 5) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior. e. Usus halus Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi hasil pencernaan makanan. Usus halus terdiri dari : 1) Duodenum Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri. 2) Yeyunum Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter. 3) Ileum Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.



f. Usus besar/interdinum mayor Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8 bagian: 1) Sekum. 2) Kolon asenden. Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum sampai kehati, panjangnya ± 13 cm. 3) Appendiks (usus buntu) Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm. 4) Kolon transversum. Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan panjang ± 28 cm. 5) Kolon desenden. Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm. 6) Kolon sigmoid. Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan rektum. 7) Rektum. Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus. 8) Anus. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar. Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan



2) Fisiologi sistem pencernaan



Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu : pencernaan dan absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994). Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon (Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan segmental usus halus mencampur zatzat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994). Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994). Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung (Preice & Wilson, 1994). Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah terjadinya dehidrasi. (Schwartz, 2000) Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling



umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksai ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan dan kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi. (Schwartz, 2000) Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan produksi intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz, 2000) 3. Etiologi 1. Faktor infeksi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi 



Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.



3. Faktor Makanan 



Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.



4. Faktor Psikologis 



Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.



4. Tanda dan Gejala 



Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.







Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.







Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.







Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.







Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.







Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun.







Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).



5. Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah: 1. Gangguan osmotic Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.



Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan sebagai berikut :



faktor infeksi



Masuk & berkembang dlm usus



Faktor malabsorbsi KH,Lemak,Protein Tek. Osmotik meningkat



Hipersekresi air dan elektrolit ( isi rongga usus)



Faktor makanan



toksin



Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus



Hipertermi



cemas



hiperperistaltik Menurunya kesempatan usus menyerap makanan



DIARE



Frekuensi BAB meningkat Kehilangan cairan & Elektrolit berlebihan gg. kes. cairan & elektrolit



Distensi abdomen Gg. integritas kulit perianal Asidosis Metabolik



Resiko hipovolemi syok



sesak Gagguan Oksigenasi



6



Faktor Psikologi



Mual, muntah



Nafsu makan menurun Perubahan nutrisi



Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan tinja a. Makroskopis dan mikroskopis b. PH dan kadar gula dalam tinja c. Bila perlu diadakan uji bakteri 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah. 3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. 4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.



7. Komplikasi 



Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).







Renjatan hipovolemik.







Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).







Hipoglikemia.







Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.







Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.







Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.



8. Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut : 1.



Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu: 1)



Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.



2) Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Derajat dehidrasi ringan, sedang, berat dapat dinilai dengan Skor Mourice King.



Menilai tingkat dehidrasi ringan sedang berat dengan menggunakan Skor Maurice King, sebagai berikut :



Keterangan:  Nilai 0-2 : dehidrasi ringan  Nilai 3-6 : dehidrasi sedang  Nilai 7-12: dehidrasi berat



2.



Dietetik Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan : a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh. b.



Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).



c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh. 3.



Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah: a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin) b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone) c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)



B. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia 1.



Kebutuhan Oxygenasi



Meningkatnya frekuensi buang air besar memungkinkan



terjadinya



kekurangan cairan dan elektrolit yang berat sehingga menimbulkan intoleransi metabolisme dalam tubuh dan tubuh menjadi asidosis metabolic untuk mempertahankan tubuh tetap seimbang maka nafas menjadi lebih cepat (sesak). 2.



Kebutuhan cairan dan elektrolit Diare mengakibatkan pengeluaran air dan elektrolit berlebih, dengan adanya hipokalemi, hiponatremi dan sebagainya, meka perlu adanya koreksi dengan rehidrasi cairan elektrolit secara instan.



3.



Kebutuhan sirkulasi Pada keadaan hipovolemia menyebabkan penurunan tekanan darah, tachycardia sebagai respon untuk meningkatakan perfusi jaringan. Adanya deklasi kalium dapat menimbulkan disritmia jantung.



4.



Kebutuhan Eliminasi Peningkatan frekuensi BAB menyebabkan dehidrasi, maka ginjal menahan Na+ dan air sehingga urin menjadi pekat dan produksinya menurun.



5.



Kebutuhan nutrisi Diare dapat menyebabkan anorexia dan peningkatan rasa haus. Penurunan berat badan 2% pada diare ringan, 5% pada diare sedang ,dan 8% pada diare berat sebagai akibat menurunya absorbsi usus terhadap nutrient.



C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98) Adapun hal-hal yang dikaji meliputi : a. Identitas Klien 1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor medical record.



2) Identitas klien



Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup. b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Bab cair lebih dari 3x. 2. Riwayat Keperawatan Sekarang Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran. 3. Riwayat Keperawatan Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lainlain. c.



Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun 2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu tubuh. 3) Keadaan sistem tubuh a. Mata : cekung, kering, sangat cekung b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan) d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi



menurun pada diare sedang . e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal. f. Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam). 2.



Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare / output berlebih dan intake yang kurang. 3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare 4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.



PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN DIARE



MRS



: 01 Februari 2021



No Ruangan



Jam : 18.00 WIB



:5



Pengkajian tanggal : 02 Februari 2021



Jam : 07.00 WIB



A.Identitas Pasien Nama pasien



: Ny.” S “



Jenis kelamin



: Perempuan



Umur



: 23 Tahun



Alamat



: jln kartini



Agama



: islam



Pekerjaa



: Swasta



Suku bangsa



: Jawa



Diagnosa medic : Gastroenteritis Yang bertanggung jawab Nama



: Tn. “ F “



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Jln Kartini Bekasi



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMP



Hub. Dengan pasien : Ayah B. Riwayat Kesehatan I. Keluhan Utama Saat MRS



: Demam, diare, disertai muntah



Saat pengkajian



: Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam, disertai



muntah. II. Riwayat Penyakit Sekarang Ibu mengatakatan badannya panas 2 hari yang lalu, BAB 8x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, lalu dibawa ke Rumah sakit Subki abdul kadir III. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah sakit Diare 8x/hari tiap 1-2 jam sekali warna kuning, disertai muntah, badan panas dan tidak mau makan.



IV. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan dalam anggota keluarga ada yang perna mengalami sakit diare seperti yang di alami klien. V. Riwayat Sosial Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya dan ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah. C. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum



: klien lemah, panas, muntah dan diare



Kesadaran



: composmentis



TTV



: Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 390 C,RR 22x/mnt



Pemeriksaan Head to toe a.           Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala bersih. b.           Mata



: Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata



cowong. c.           Mulut



:



Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.



d.          Hidung



: Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada



polip. e.           Telinga



: Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad serumen.



f.            Leher



: Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena



jugularis, tidak ada kaku kuduk. g.      Dada Inspeksi



: dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris,



tidak ada retraksi otot bantu pernapasan. Palpasi



: Tidak ada benjolan mencurigakan



Perkusi



: paru-paru sonor, jantung dullnes



Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan. h.      Perut Inspeksi : simetris Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik Perkusi



: Hipertimpan,perut kembung



          



          



Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri gerak. Genetalia



: jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal



kemerahan



          



Anus



: Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.



          



Ekstremitas



: Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada



odem. D. Pengkajian Fungsional Gordon 1.      Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. 2.      Pola nutrisi dan metabolik Makan



: Ny. “ S “ tidak nafsu makan, makan hanya 3 sendok, tapi sebelum sakit diare



mau menghabiskan 1 porsi makan. Minum : Ny. “ S “ minumnya tidak terlalu banyak. 3.      Pola Eliminasi BAK



:5x/hari



BAB



:5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir



4.      Pola aktifitas dan latihan Pasien merasa lemah dan mengeluh kesakitan 5.      Pola istirahat tidur Pasien sering mengeluh tentang sulit untuk tidur 6.      Pola persepsi sensoris dan kognitif Pasien sudah mengenal dengan orang-orang di sekilingnya 7.      Pola hubungan dengan orang lain Pasien sudah saling mengenal orang-orang disekitarnya 8.      Pola reproduksi / seksual Klien berjenis kelamin perempuan, tidak mengalami gangguan genetalia 9.      Pola persepsi diri dan konsep diri Klien ingin sembuh dengan cepat 10.  Pola mekanisme koping Jika pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan 11.  Pola nilai kepercayaan / keyakinan



Keluarga semua beragama islam, keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Allah SWT.   Pemeriksaa Serologi/ Imunologi Jenis pemeriksaan Tes widal -O -H -PA -PB



Hasil Pemeriksaan



Nilai Normal



- (Negatif) 1/80 - (Negatif) -(Negatif)



Negatif Negatif Negatif Negatif



Therapy : 1.      Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. 2.      Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik 3.      Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus 4.      Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.



ANALISA DATA Hari/ Tgl/ Jam



Selasa, 2, feruari



DATA



ETIOLOGI



MASALAH



DS : klien mengatan berak



Output yang berlebihan



Gangguan keseimbangan cairan



kuning



kehijauan



bercampur



2021



lendir DO : Turgor kulit menurun, mulut kering, malas makan



DS : Pasien mengatakan bahwa



Hiperperistaltik



Gangguan rasa nyaman (nyeri)



mengalami perut kembung DO : setelah dilakukan perkusi diketahui klien distensi, klien tampak menahan kesakitan. Peristaltik : 40x/ menit Skala nyeri : P : sebelum dan sesudah BAB Q : nyeri seperti teremas R : pada regio epigastrium S : skala nyeri 5 T : sering



DS : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali



Gangguan pola eliminasi BAB



DO :klien tampak lemas, mata cowong.



DATA PRIORITAS DIAGNOSA 1.      Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan



Infeksi bakteri



2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik 3.    Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri



.



Rencana Intervensi No.



1



Hari/ Tgl/ Jam



Selasa,2 Februari 2021



INTERVENSI



DIAGNOSA KEPERAWATAN



Gangguan keseimbangan     1. pantau tanda kekurangan cairan cairan b/d output yang 2.   2.observasi/catat hasil intake output cairan berlebihan 3.   3. anjurkan klien untuk banyak minum 4.   4. jelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan 5.   5. berikan terapi sesuai advis



RASIONAL



Menentukan intervensi selanjutnya 2.      Mengetahui keseimbangan cairan 3.      Mengurangi kehilangan cairan 4.      Meningkatkan partisipasi dalam perawatan    



Mengganti cairan yang keluar dan mengatasi diare



6.  6. Infus RL 15 tpm



2



Teliti keluhan nyeri, cacat intensitasnya (dengan Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan Selasa, 2 Gangguan rasa nyaman Februari skala0-10). merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih ( nyeri ) b/d hiperperistaltik 2021-022.      Anjurkan klien untuk menghindari allergen intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari 08 3.      Lakukan kompres hangat pada daerah perut terapi yang diberikan. 4.      Kolaborasi



2.      Mengurangi bertambah beratnya penyakit.



       



Berikan obat sesuai indikasi



       



Steroid oral, IV, & inhalasi



relaksasi, pada kasus peradangan akut/peritonitis akan



       



Analgesik : injeksi novalgin 3x1 amp (500mg/ml)



menyebabkan penyebaran infeksi.



      



3.      Dengan kompres hangat, distensi abdomen akan mengalami



Antasida dan ulkus : injeksi ulsikur 3x1 amp 4.      Kortikosteroid untuk mencegah reaksi alergi. (200mg/ 2ml)



5.      Analgesik untuk mengurangi nyeri.



M mengobservasi TTV



kehilangan cairan yang aktif secar terus menerus akan



3



Selasa, 2 februari, 2 februari 2021



Gangguan eliminasi BAB 2.:       Jelaskan pada pasien tentang penyebab dari mempengaruhi TTV diare b/d infeksi bakteri



diarenya



2        Klien dapat mengetahui penyebab dari diarenya.



3.      Pantau leukosit setiap hari



3        Berguna untuk mengetahui penyembuhan infeksi



4.      Kaji pola eliminasi klien setiap hari



4        Untuk mengetahui konsistensi dan frekuensi BAB



5.      Kolaborasi



5        Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada



-       Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan. kebutuhan klien.    



Hari/ Tgl/ Shift



Selasa, 03,Februari 2021



No. Dx



1,2



Antibiotik: cefotaxime 3x1 amp (500mg/ml)



Jam



Implementasi



Mengkaji keluhan pasien 06.0



Paraf



Jam/tg l



07.00, 03



Evaluasi (SOAP)



S : Kien mengatakan bahwa



Paraf



,3



0



       



Mengobservasi TTV setiap 8 jam



februa masih merasa lemas ri 2021



O : -



1



06.1 5



Menentukan tanda-tanda kekurangan cairan        



Memasang infus RL 15 tpm



Klien masih tampak



lemas        



Aktifitas klien masih dibantu



keluarganya 1.2



16.2 Memberikan obat: 5          Injeksi Novalgin 1 amp



A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1-4 dilanjutkan



         Injeksi Ulsikur 1 amp          Injeksi Cefotaxime 1 amp        



Menganjurkan untuk klien banyak minum



S : Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit O : -



1,2



21.0 0



Menganjurkan klien untuk istirahat dan melakukan kompres hangat pada daerah perut



Kien tampak



menyeringai kesaklitan        



Klien



terus



memegangi



perutnya        



Skala nyeri 3



A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 Rabu,4 Februari 2021



1,3



06.3```````Mengobservasi TTV 1         Mengganti infus RL 15 tpm        



Mengkaji pola eliminasi klien



dilanjutkan S : klien mengatakan bahwa



klien BAB berkali-kali,sudah mulai berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak sampai 2,3



Memberikan obat: 07.3 0          Injeksi Novalgin 1 amp



muntah. O : - klien BAB 2x/hari - Turgor kulit kembali < 1



         Injeksi Ulsikur 1 amp          Injeksi Cefotaxime 1 amp



detik - Mata tidak cowong



1,3



08,5 0



- Klien merasa mual



Observasi/catat hasil intake output cairan Menganjurkan makan dalam porsi sedikit tapi sering.



sehingga tidak menghabiskan porsi makannya - Klien tidak muntah



       



A : Masalah gangguan pola 1,2



11.3 Menyuruh pasien banyak minum agar tidak dehidrasi 0         Jelaskan pada keluarga tanda-tanda kekurangan cairan



eliminasi



BAB



teratasi



sebagian P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan



Memberikan obat: 3,2



14.0         Injeksi Dexa 1 amp 0          Injeksi Ulsikur 1 amp



       



Kaji intak output cairan setiap



8 jam -      Pantau tanda-tanda



         Injeksi Cefotaxime 1 amp



Kamis. 5 Februari 2021



1,2 ,3 3 1,3 2,3



M Observasi TTV 07.0 0         Mengganti cairan infus + drip Neurobio 07.0 5



Menganjurkan makan dalam porsi dikit tapi sering



07,3 0



Mengopservasi tanda tanda dehidrasi



08.3 Memberikan obat 0          Injeksi Ulsikur 1 amp          Injeksi Cefotaxime 1 amp



3



10.3 0



Observasi leukosit



dehidrasi



S : Klien mengatakan bahwa



07.00, 04 merasa lebih sehat Februa Klien tampak lebih ri 2021 O : -



sehat        



Klien lebih mandiri dalam



melakukan aktifitasnya        



Turgor kulit < 1 detik kembali



       



Mata tidak cowong



       



Mukosa mulut tidak kering



A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan S : Kien mengatakan bahwa sakit



perutnya



sedikit



berkurang O



:



Klien



menyeringai



menahan sakit, skala nyeri 2



A : Masalah tertasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan



S : Klien mengatakan bahwa BAB sudah lembek 1-2/hari mual sudah berkurang, tidak muntah lagi. O:-



Klien BAB 1-2x/hari,



konsistensi sedikit lunak        



Klien



menghabiskan



makanannya        



Klien tidak muntah



       



Turgor kulit kembali < 1 detik



       



Mata tidak cowong



       



Mukosa mulut tidak kering



       



Klien minum 1000cc/hari



A : Masalah teratasi sebagaian P : Intervensi 1-4 dilanjutkan S: Klien mengatakan bahwa



07.00, perutnya sudah tidak sakit 05 februa O : - Skala nyeri 0 ri 2021         Klien tidak menyeringai



kesakitan A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan S : Klien mengatakan bahwa sudah tidak merasa mual dan muntah,



konsistensi



BAB



lunak. O : -



Klien BAB dengan



konsistensi lunak        



Klien tidak merasa mual dan



muntah        



Klien menghabiskan porsi



makannya dan minum kurang lebih 1500cc/hari        



Jumlah leukosit normal



A : Masalah teratasi



P : Intervensi dihentikan



DAFTAR PUSTAKA



1.



Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta



2.



Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.



3.



Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.



4.



Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.



5.



Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta



6.



Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta



7.



Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta