LP DPD Eki [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA “DEFISIT PERAWATAN DIRI”



Disusun Oleh: Rizki Nurbaiti P07220420026



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS KELAS A REGULER SAMARINDA TAHUN AJARAN 2020/2021



LAPORAN PENDAHULUAN A. Masalah Utama: Defisit Perawatan Diri B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.(Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2009). Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa Personal Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis. Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan mengalami defisit perawatan diri.Nurjannah (2004), dalam Wibowo (2009), mengemukakan bahwa Defisit Perawatan Diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), Kurang Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak memperdulikan perawatan diri.Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009). Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri.Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010). 2. Tanda dan gejala Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri yaitu: a.



Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor 2) Rambut dan kulit kotor



3) Kuku panjang dan kotor 4) Gigi kotor disertai mulut bau 5) Penampilan tidak rapi b.



Psikologi 1) Malas, tidak ada inisiatif 2) Menarik diri, isolasi diri 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina



c.



Sosial a. Interaksi kurang b. Kegiatan kurang c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma d. Cara makan tidak teratur e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang tempat f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit



Perawatan Diri adalah sebagai berikut: a.



Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor



b.



Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan



c.



Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya



d.



Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK (Keliat, 2009). Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga



menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya (Harist, 2011).



3. Rentang Respon Respon Adaptif



Pola perawatan diri seimbang



a.



Respon Maladaptif



Tidak melakukan perawatan diri



Kadang perawatan diri tidak seimbang



Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri



b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya c.



Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)



4. Penyebab a. Predisposisi 1)



Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu



2)



Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri



3)



Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri



4)



Sosial



Kurang



dukungan



dan



latihan



kemampuan



perawatan



diri



lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri b. Presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Depkes, 2000, dalam Anonim, 2009) Sedangkan Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), meyatakan bahwa kurangnya perawatan diri disebabkan oleh :



1) Kelelahan fisik 2) Penurunan kesadaran 5. Sumber Koping a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah b. Hobi dan kerajinan tangan c. Seni yang ekpresif d. Kesehatan dan kerawatan diri e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi f. Bakat tertentu g. Kecerdasan h. Imaginasi dan kreativitas i. Hubungan interpersonal 6. Mekanisme Koping Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu: 1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. 2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012) C. PohonMasalah Resiko Tinggi Isolasi Sosial



Effect



Defisit Perawatan Diri



Core Problem



Harga Diri Rendah



Causa



Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ). D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul 1. Defisit perawatan diri D.0109 2. Gangguan Persepsi Sensori D.0085



E. Data Yang Perlu Dikaji No 1



Tanda Gejala Mayor



Diagnosa Defisit perawatan diri



Subjektif 



Objektif



Menolak melakukan perawatan diri







Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri  Minat melakukan perawatan diri kurang Tanda Gejala Minor



Subjektif



Objektif



(Tidak tersedia) No 2



Tanda Gejala Mayor



Diagnosa Gangguan Persepsi Sensori



(Tidak tersedia)



Subjektif  r suara bisikan bayangan 



Objektif Mendenga atau melihat







Distorsi sensori







Merasaka n sesuatu melalui inder perabaan, penciuman, atau pengecapan



Respons tidak sesuai







Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu Tanda Gejala Minor



Subjektif 



Objektif Menyatak







an kesal



Menyendir i



 



Melamun Konsentra si buruk



    



Disorienta si waktu,tempat, orang atau situasi Curiga Melihat ke satu arah Mondarmandir Bicara sendiri



F. Rencana Tindakan Keperawatan



No. 1.                    



Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri (D.0109) Pengertian : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan perawatan diri



Perencanaan Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri (I.11348) Observasi: Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Identifikasi kebiasaan aktivitas diharapkan perawatan diri meningkat perawatan diri sesuai usia  Monitor tingkat kemandirian Kriteria Hasil:  Identifikasi kebutuhan alat bantu Cukup Cukup Menurun Sedang Meningkat kebersihan diri, berpakaian, dan makan Menurun Meningkat 1 Kemampuan mandi Terapeutik:   1 2 3 4 5  Sediakan lingkungan yang terapeutik 2 Kemampuan mengenakan pakaian (mis. Suasana hangat, rileks, privasi)   1 2 3 4 5  Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, 3 Kemampuan makan sikat gigi, dan sabun mandi) 1 2 3 4 5  Dampingi dalam melakukan perawatan 4 Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) diri sampai mandiri 1 2 3 4 5  Fasilitasi untuk menerima keadaan 5 Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri ketergantungan 1 2 3 4 5  Fasilitassi kemandirian, bantu jika tidak 6 Mempertahankan kebersihan mulut 1 2 3 4 5 mampu melakukan perawatan diri  Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi  Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan



No 2.                    



Diagnosa Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori (D.0085) Pengertian : Perubahan persepsi terhadap simulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorssi



Perencanaan Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Persepsi Sensori (L.09083) Manajemen Halusinasi (I.09288) Observasi: Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan  Monitor perilaku yang mengindikasi persepsi sensori terhadap stimulus membaik halusinasi  Monitor dan sesuaikan tingkat akrivitas Kriteria Hasil: dan stimulasi lingkungan Cukup Cukup Meningkat Sedang Menurun  Monitor isi halusinasi Meningkat Menurun 1 Verbalisasi mendengar bisikan Terapeutik:   1 2 3 4 5  Pertahankan lingkungan yang aman 2 Verbalisasi melihat bayangan  Lakukan tindakan keselamatan ketika   1 2 3 4 5 tidak dapat mengontrol perilaku 3 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra perabaan  Diskusikan perasaan dan respons 1 2 3 4 5 terhadap halusinasi 4 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra penciuman  Hindari perdebatan tentang validasi 1 2 3 4 5 halusinasi 5 Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra pengecapan Edukasi 1 2 3 4 5  Anjuran memonitor sendiri situasi 6 Distorsi sensori 1 2 3 4 5 terjadinya halusinasi 7 Perilaku halusinasi  Anjurkan bicara pada orang yang 1 2 3 4 5 dipercaya untuk memberi dukungan dan 8 Respons sesuai stimulus umpan balik korektif terhadap halusinasi 1 2 3 4 5  Anjurkan melakukan distraksi  Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi Kolaborasi  Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu



Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Pasien: Tn. A mengalami defisit perawatan diri, klien selalu BAB dan BAK di sembarang tepat dan tidak mau di ajak ke WC atau ke kamar mandi. Klien juga tidak membersihkan diri/cebok setelah BAB dan BAK. a. Data Subjektif:  Klien mengatakan tidak mau BAB dan BAK di kamar mandi  Kien mengatakan tidak mengerti cara BAB dan BAK di kamar mandi. b. Data Objektif:  Klien tidak mau diajak BAB dan BAK di kamar mandi.  Klien tidak mebersihkan diri setalah BAB dan BAK 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Perawatan Diri 3. Tujuan : a. Makukan kebersihan diri sendiri secara mandiri b. Makukan berhias atau berdandan secara baik. c. Makukna akan dengan baik. 4. Tindakan keperawatan: a. Melatih pasien secara perawatan kebersihan dengan cara  Menjeaskan pentingnya menjaga kebersihan diri  Menjeaskan aat-aat untuk menjaga kebersihan  Menjeaskan cara-cara melakukan kebersihan diri  Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. b. Membantu pasien latihan berhias Latihan berhias pada pria berhias harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien lakilaki, latihan meiputi latihan berpakaian, menyisiir rambut dan bercukur sedangkan pada pasien perepuan latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut dan berdandan c. Melatih pasien akan secara andiri dengan cara:  Menjeaskan cara mempersiapkan makan  Menjeaskan cara akan yang tertib  Menjeaskan cara merapikan peraatan akan seteah akan



 Mempraktikkan cara akan yang baik. d. Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara andiri  Menjeaskan tepat BAB/BAK yang sesuai  Menjeaskan cara mebersihkan diri setaah BAB/BAK  Menjeaskan cara mebersihkan tepat BAB/BAK B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan terminasi setiap SP) SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri. Orientasi 1. Salam terapeutik “Selamat pagi, perkenalkan nama saya S, saya mahasiswa yang dinas di ruangan ini“ “Boleh tau, nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?” “Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sapai2 siang, selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak B. “ 2. Evaluasi “Dari tadi, saya lihat menggaruk-garuk badannya, gatal ya”? 3. Kontrak 4. “Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ?” “Berapa lama kita bicara ? 20 menit ya… ? mau dimana.. ? disini saja ya?” Kerja “Berapa kai B mandi dalam sehari ?” “ Apakah B sudah mandi hari ini ?” “menurut B apa kegunaan mandi ?” “Apa alasan B sehingga tidak biasa merawat diri ? “ Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ? badan gatal, mulut bau, apa agi.. ? kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut B yang bias muncul ? betul ada kudis, kutu. Bagaimana kalau kita sekarang k kamar mandi, saya akan membimbing bapak A melakukannya. Bagus sekali, sekarang buka pakaian dan gantung. Sekarang bapak B siram seluruh tubuh bapak B termasuk rambut lalu ambil sampo gosokkan pada kepala bapak B sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air bersih, jangan lupa sikat



gigi pakai odol.. gosok seluruh gigi bapak B mulai dari depan sampai belakang, atas dan bawah. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih.. terakhir siram lagi seluruh tubuh bapak B sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak B pakai baju yang bersih, bagus sekali, mari kita ke kaca dan sisir rambutnya, nah bapak B rapi dan bersih”. Terminasi 1. Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan B setelah mandi dan mengganti pakaian?” 2. Evaluasi Obyektif “Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah B ketahui?” 3. Kontrak a. Topik “Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagai mana kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan berias”. b. Tempat “Kita akan melakukan di kamar, bagaimana menurut bapak?” “Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain?” c. Waktu “Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja”. d. Rencana tindak lanjut “Bagaimana kalau latihan ini kita memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari?” “Untuk selanjutnya saya berharap bpak dapat melakukan cara-cara pasien berhias”. SP 2 Pasien : melatih pasien berhias Orientasi 1. Salam terapeutik : “Selamat pagi”, 2. Evaluasi: “bagaimana perasaan B hari ini..? , apakah bapak B sudah mandi..? , sudah di tandai jadwal harian..?” 3. Kontrak: “Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya B tampak ganteng dan rapi. Mari kita mendekat ke cermin dab bawa alat alatnya (sisir, parfum,dan pencukur kumis)”. a. Topik : “Melakukan berhias diri supaya tampak ganteng dan rapi”. b. Tempat: “Kita akan melakukan di kamar bapak apakah bapak setuju.?”



c. Waktu : “Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita akan melakukan selama 5 menit” Kerja “Apa yang bapak B laukuan setelah mandi ? apakah sudah ganti baju ? bagus sekali. Nah sekarang bersisir mari ke cermin, bagaimana cara bersisir? Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, baguss.. sekali”. “Apakah bapak sudah bercukur ? berapa hari sekali bercukur ? betul 2x perminggu”. “Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan, ya, bagus”. Terminasi 1. Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan B setelah berdandan .?” 2. Evaluasi objektif “Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”. 3. Kontrak a. Topik “Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan makan dengan baik”. b. Tempat “Kita akan melakukan di ruang makan , bagaiana menurut bapak?” “Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain?” c. Waktu “Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja”. d. Rencana tindak lanjut “Mari masukan ke dalam jadwal kegiatan nnti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan.”. SP 3 pasien : melatih pasien makan sendiri secara mandiri ( menjelaskan cara mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahap yang baik). Orientasi 1. Salam terapeutik “Selamat siang bapak B”



2. Evaluasi “tampak rapi hari ini, bagaimana jadwal mandi dan dandannya? Coba saya lihat jadwal hariannya, wah banyak ya, bagus”. “pagi ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik”. “kita latihan langsung di rumah makan ya!” “Mari... itu sudah datang makananya” 3. Kontrak “Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara makan yang baik, makanya tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai tentang makan yang baik”. a. Topik “Melakukan makan yang baik, makan yang tertib, cara merapikan makanan setelah makan, tahapan makan yang baik”. b. Tempat Kita latihan langsung di ruang makan ya. “mari itu sudah datang makananya” c. Waktu “Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 5 menit”. Kerja “bagaimana kebiasaan makan bapak B selama ini? “sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Ya mari kita praktekkan!” “bagus setelah kita duduk dan ambil makan, sebelum di santap kita berdoa dahulu. Silakan tuan yang memimpin” “mari kita makan, saat kita makan harus menyuap makanan satu persatu dan pelan pelan, ya ayo sayurnya di makan” “Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor” “ya kita akhiri dengan cuci tangan” “ya bagus!, Terminasi 1. Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan makan yang baik ? 2. Evaluasi objektif “apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan, brdoa, makan yang baik, lalu cuci tangan yang baik)



3. Kontrak a. Topik “Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan kebersihan bak/bab?” b. Tempat “Kita akan melakukan di teras depan , bagaimana menurut bapak?” “Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain?” c. Waktu “Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja”. d. Rencana tindak lanjut “Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian” SP 4 cara bak dan bab dengan baik Orientasi 1. Salam terapeutik “Selamat pagi bapak B” 2. Evaluasi “bagaimana perasaan bapak hari ini ? sudah dijalankan jadwal kegiatannya ? 3. Kontrak a. Topik “Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara bab atau bak dengan baik”. b. Tempat “Mari kita duduk di depan teras?” c. Waktu “Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 10 menit”. Kerja “Dimana biasanya bapak B berak dan kencing ? benr bapak, berak dan kencing yang baik di wc, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak atau kencing di sembarang tempat yaa, nah sehabis kencing apa yang kita lakukan ? betul sekali, wc disiram cebok dan cuci tangan. Setelah membersihkan tinja atau air kencing bapak perlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari wc



atau kamar mandi, pastikan resleting celana tertutup rapi lalu cuci tangan dengan menggunakan sabuk”. Terminasi 1. Evaluasi subjektif “Bagaimana perasaan bapak B setelah latihan cara bab dan bak yang baik?” 2. Evaluasi objektif “Coba bapak jelaskan ulang tentan cara bab dan bak yang baik?” 3. Kontrak a. Topik “Nah, besok ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana bapak dapat melakukan jadwal kegiatannya”. b. Tempat “Tempatnya di mana pak ? baiklah di sini saja”. c. Waktu “Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja”. d. Rencana tindak lanjut “Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”



DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI. Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika. PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI