LP Fraktur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN FRAKTUR TIBIA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL DI RSAU Dr. MUHAMMAD SOETOMO



Disusun Oleh: Rohadi NIM. 201133060



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK PRODI PROFESI NERS 2021



VISI DAN MISI PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK VISI "Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional Tahun 2020"



MISI 1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis  Kompetensi. 2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian. 3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi Tepat Guna. 4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri, Transparan dan Akuntabel. 5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal maupun Regional.



i



LEMBAR PENGESAHAN Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure). Telah disetujui pada : Hari



:



Tanggal



:



Mahasiswa,



Rohadi NIM. 201133060 Mengetahui, Clinical Teacher



Clinical Instructure



Ns. Puspa Whardani, M.Kep NIP.197103061992032011



ii



DAFTAR ISI



VISI DAN MISI............................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii DAFTAR ISI...............................................................................................................iii A. Definisi...............................................................................................................1 B. Etiologi...............................................................................................................1 C. Klasifikasi fraktur...............................................................................................1 D. Manifestasi Klinis...............................................................................................2 E. Patofisiologi........................................................................................................3 F.



Pemeriksaan penunjang......................................................................................3



G. Penatalaksanaan..................................................................................................3 H. Komplikasi..........................................................................................................5 I.



Pathway..............................................................................................................7



BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................8 A. Pengkajian..........................................................................................................8 B. Diagnosa keperawatan........................................................................................9 C. Intervensi keperawatan.....................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14



iii



iv



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Definisi Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap ( Nurarif, 2015 ). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk dan kontraksi otot ekstrem. Saat tulang patah, jaringan disekitar akan terpengaruh, yang dapat mengakibatkan edema pada jaringan lunak, dislokasi sendi, kerusakan saraf. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang (Brunner & Suddart, 2013). B. Etiologi Penyebab fraktur terdiri dari : 1. Kekerasan Langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah. 2. Kekerasan Tidak Langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan. 3. Kekerasan akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan kombinasi dari ketiganya dan penarika. (Carpenito 2013). C. Klasifikasi fraktur Klasifikasi fraktur berdasarkan klinis : 1



1. fraktur tertutup bila tidak terdapat hubungan antara frakmen tulang dan dunia luar. 2. fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara frakmen dan dunia luar. 3. fraktur dengan komplikasi missa mal-union, delayed, union, naunion dan infeksi tulang. Klasifikasi fraktur berdasarkan radiologis : 1. Lokalisasi : diafisal, Metafisal, intra-antikuler, fraktur dengan dislokasi. 2. Kofigurasi : fraktur transfersal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental. Fraktur komunitif (lebih dari defragment), fraktur baji biasa pada vertebra karena trauma, fraktur avulse, fraktur depresi, fraktur pecah dan fraktur epifisis. 3. Menurut ekstensi : fraktur total, fraktur tidak total, fraktur buckle atau torus, fraktur garis rambut, fraktur green stick. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya : tidak bergeser, bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, over-riding, impaksi). D. Manifestasi Klinis Menurut Nurafif & Kusuma (2015), Tanda dan gejala dari fraktur antara lain: 1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak. 2. Nyeri pembengkakan. 3. Terdapat trauma ( kecelakaan lalulintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan kerja, trauma, olahraga). 4. Gangguan fisik anggota gerak. 5. Deformitas mengalami perubahan bentuk pada daerah fraktur. 6. Kelainan gerak. 7. Pembengkakan pada perubahan warna lokasi pada daerah fraktur. 8. Krepitasi atau dating dengan gejala-gejala lain. 2



E. Patofisiologi Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan pintur mendadak dan bahkan kontraksi otot extreme dan juga kondisi patologis layaknya osteoporosis. Fragmen tulang yang bergeser atau rusak akibat fraktur dapat menimbulkan nyeri. Hal ini juga mengakibatkan tekanan sum-sum tulang lebih tinggi dikapiler lalu melepaskan katekolamin yang mengakibatkan metabolisme asam lemak yang pada akhirnya menyebabkan evoli dan penyumbatan pembulu darah. Spasme otot juga menyebabkan protein plasma hilang karena lepasnya histamine akibat peningkatan tekanan kapiler yang pada akhirnya



menyebabkan



edema.



Fragmen



tulang



yang



bergeser



juga



mengakibatkan gangguan fungsi ekstremitas. Laserasi kulit atau luka terbuka dapat menimbulkan infeksi, karena hilang bagian pelindung tubuh bagian luar yaitu kulit (Brunner & Suddarth, 2015). F. Pemeriksaan penunjang Pada klien fraktur pemeriksaan yang di lakukan adalah sebagai berikut : 1. X-ray menentukan lokasi / luas fraktur 2. Scan tulang memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 3. Arteogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler. 4. Hitung darah lengkap : Hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan, peningkat lekosit sebagai respon terhadap perdarahan. 5. Kretinin : trauma otot meningkat beban kretinin untuk klirens ginjal. 6. profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau cedera hati (Nurafif dan Kusuma 2015 ). G. Penatalaksanaan Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi 3



tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk mereduksi fraktur bergantung pada sifat frakturnya. Pada



kebanyakan



mengembalikan



fragmen



kasus



reduksi



tertutup



tulang



keposisinya



dilakukan



(ujung-ujungnya



dengan saling



berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya samapai penyembuhan tulang solid terjadi. Tahapan selanjutnya setelah fraktur direduksi adalah mengimobilisasi dan mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin dan teknik gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna. Mempertahankan dan mengembalikan fragmen tulang dapat dilakukan dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometrik, dan memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemnadirian dan harga diri (Brunner & Suddarth, 2015). Tahap-tahap penyembuhan fraktur menurut brunner & suddart (2015): inflamasi tubuh berespon pada tempat cedera terjadi hematom, poliferasi sel terbentuknya



barang-barang



fibrin



sehingga



terjadi



revaskularisasi,



pembentukan kalus jaringan fibrus yang menghubungkan efek tulang, opsifikasi merupakan proses penyembuhan pengambilan jaringan tulang yang baru dan remodeling perbaikan patah yang meliputi pengambilan jaringan yang mati dan reorganisai.



4



H. Komplikasi a) Komplikasi awal Ada 6 komplikasi awal pada fraktur antara lain : 1. Kerusakan arteri Pecahnya arteri jarena trauma bias ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, hematoma yang lebar, perubahan posisi pada yang sakit dan pembedahan. 2. Kompartement syndrome Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup diotot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompertemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot . komplikasi ini terjadi sering pada fraktur tulang kering (Tibia dan tulang hasta, radius atau ulna). 3. Fat Embolism Syndrome (FSE) Adalah komplikasi serius yang terjadi pada fraktur pangang. FSE terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan oleh bone morrow kurang masuk ke dalam aliran darah yang menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang di tandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam. 4. Infeksi System pertahanan tubuh rusak apabila terjadi trauma pada jaringan pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit dan masuk ke dalam, biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka.



5



5. Avaskuler Nekrosis Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya volkman’s ischenis. 6. Shock Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bias menyebabkan menurunnya oksigenasi. b) Komplikasi dalam waktu lama Menurut Yasmara, dkk (2016), beberapa komplikasi dalam waktu lama yang terjadi pada fraktur antara lain : 1. Delayed Union Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dalam waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini di sebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. 2. Nonunion Kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu. 3. Malunion Merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan



dan



perubahan



bentuk.



pembedahan.



6



Malunion



dilakukan



dengan



I. Pathway Trauma langsung ,Trauma tidak langsung, kondisi patologis



Resiko infeksi Fraktur



Trauma pembedahan



Adanya peninkgatan leukosit



Luka insisi



Trauma Jaringan Post op



Indikasi Imobilisasi pada



Pelepasan Histamin



Jaringan Post op



MK : Nyeri Akut



Sirkulasi darah ke perifer menurun



MK : Hambatan Mobilitas Fisik Laserasi kulit



MK : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan PeriferJaringan Post op



Gangguan integritas kulit



Kerangka Masalah Fraktur (Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, 2015).



7



BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Pengumpulan Data a. Identitas Pasien b. Identitas Penanggung Jawab 2. Riwayat Penyakit a. Riwayat Penyakit Sekarang b. Keluhan Saat Dikaji c.



Riwayat Penyakit Dahulu



d. Riwayat Penyakit Keluarga 3. Genogram 4. Data Biologis a. Pola Nutrisi b. Pola Minum c. Pola Eliminasi d.



Pola Istirahat/Tidur



e. Pola Hygiene 5. Aktivitas 6. Data Sosial a. Hubungan dengan Keluarga b. Hubungan dengan Tetangga c.



Hubungan dengan Pasien Sekitar



d. Hubungan dengan Keluarga Pasien Lain 7. Data Psikologis a. Status Emosi b. Peran Diri



8



c. Gaya Komunikasi 8. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum b. Kepala c.



Mata



d. Hidung e. Telinga f. Mulut g. Leher h. Thoraks (Paru-paru) i. Thoraks (Jantung) j. Abdomen k. Genetalia l. Ekstremitas 9. Data Penunjang 10. Pengobatan B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik, trauma jaringan, post operative fracture. 2. Hambatan/gangguan mobilitas fisik b.d ganuggan neuromuscular, nyeri, 3. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembapan, penurunan mobilitas



9



C. Intervensi keperawatan NO 1.



Diagnosa keperawatan (SDKI) (D.0077) Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik, trauma jaringan, post operative fracture.



Tujuan dan Kriteria Hasil (LKI) (L.08066) Setelah dilakukan tindakan Keperawatan diharapkan nyeri menurun KH :  Keluhan nyeri menurun (5)  Gelisah menurun (5)  Meringis menurun (5)  Kesulitan tidur menurun (5)  Pola tidur membaik (5)  Frekuensi nadi membaik (5)  Pola napas membaik (5)  Tekanan darah membaik (5)



10



Intervensi Keperawatan (SIKI) (I.08238)  Observasi  Identifikasi local, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri  Identifikasi respon nyeri non verbal.  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.  Monitor efek samping penggunaan analgetik.  Observasi TTV  Terapeutik  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri  Fasilitasi istirahat dan tidur.  Edukasi  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.  Jelaskan strategi meredakan nyeri.  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.







2.



(D.0054) Hambatan/gangguan mobilitas fisik b.d ganuggan neuromuscular, nyeri,



(L.05042) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan mobilitas fisik meningkat dengan KH :  Pergerakan eksremitas meningkat (5)  Nyeri menurun (5)  Kecemasan menurun (5)  Gerakan terbatas menurun (5)  Kelemahan fisik menurun (5)



11



Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.  Kolaborasi  Kolaborasi pemberian analgetik .jika perlu (I.05173)  Observasi  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya  Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan  Monitor TTV sebelum melakukan mobilisasi  Terapeutik  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan  Edukasi  Jelaskan dan tujuan prosedur mobilisasi Anjurkan melakukan mobilisasi dini







3.



(D.0129) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembapan, penurunan mobilitas



(L.14125) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat dengan KH :  Nyeri menurun (5)  Elastisitas meningkat (5)  Hidrasi meningkat (5)  Perfusi jaringan meningkat (5)  Kemerahan menurun (5)  Hematoma menurun (5)



12



Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (I.11356)  Observasi  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit  Terapeutik  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring  Gunakan berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering  Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitive  Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering  Edukasi  Anjurkan menggunakan pelembab  Anjurkan minum air yang cukup  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi



 



13



Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur Anjurkan terpapar dari suhu ekstrem



DAFTAR PUSTAKA Brunner.Suddarth. (2013) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Carpenito, LJ.2011. Buku Saku Diagnose Keperawatan Edisi 6. Jakarta:EGC Nurarif A H. Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic Noc Jilid 2, Yogyakarta : Mediaction Publishing. Diakses pada tanggal 24 Agustus 2019 pukul 09:20 WIB. Smeltzer, S. C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta: EGC. Yasmara, D., Nursiswati, dan R. Aravat. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.



14