LP Gerd Anak - Mellynia Eka Pratiwy 202207001 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GERD DI RUANG RAWAT INAP MELON RSUD CENGKARENG



DI SUSUN OLEH: MELLYNIA EKA PRATIWY 202207001



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTRE BINTARO TAHUN AJARAN 2022/2023



A. Pengertian Gerd Gerd (Gastroesofagus Reflux Disease) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu di esofagus maupun esktra esofagus dan komplikasi (Sasanto, 2013). Refluks gastroesofagus adalah masuknya isi lambung ke esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang, terutama setelah makan (Asroel, 2014). Gerd adalah kembalinya isi lambung kedalam esofagus dengan cara pasif yang disebabkan oleh hipotoni spingter esophagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esofagus dengan pengosongan isi lambung yang lambat (Arief Mansjoer, 2015). Jadi, Gerd merupakan suatu keadaan patologis akibat rusaknya isi lambung ke esofagus yang biasa terjadi setelah makan dan dapat terjadi pada posisi tegak oleh adanya konstraksi peristaltik primer lambung. B. Etiologi Gerd 1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter) 2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun 3. Ketahanan epitel esofagus menurun 4. Kelainan pada lambung 5. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas 6. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks 7. Mengkonsumsi makan-makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistanin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat 8. Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2015) C. Patofisiologi Gerd Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau Gerd disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung kedalam esophagus. Gerd seringkali disebut nyeri ulu hati karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus. Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih tinggi dari esophagus. Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk ke dalam esophagus. Isi lambung dalam keadaan normal tidka dapat masuk ke esofagus karena adanya kontraksi esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung. Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini, karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan abdomen lebih besar



daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau inkompeten, sfingter tidak dapat menutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah (esofagus). Episode refluks yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan jaringan paru diarea bawah esofagus. Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dalam keadaan normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekanan yang sangat tinggi di sfingter. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal ini memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun esofagus memiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel yang ada dari lambung. D. Pathway Gerd



E. Tanda dan Gejala Gerd Manifestasi klinis Gerd dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala atipikal (ekstraesofagus). Gejala Gerd 70% merupakan tipikal yaitu : 1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah restrosternal. Gejala heart burn adalah gejala tersering 2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring. Kemudian mulut terasa asam dan pahit 3. Disfagia, yaitu terjadi oleh karena komplikasi berupa struktur Gejala atipikal : 1. Batuk kronik dan kadang wheezing 2. Suara serak 3. Pneumonia 4. Fibrosis paru 5. Bronkiektaksis 6. Nyeri dada non kardiak Gejala lain : 1. Penurunan berat badan 2. Anemia 3. Hematemesis atau melena 4. Odinofagia F. Penatalaksanaan Medik Gerd Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa Gerd : 1. Antasid Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala Gerd tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagilitis. 2. Antagonis Reseptor H2 Yang termasuk dalam golongan obat ini adakag simetidin, ranitidine, famotidin dan nizatidin. 3. Cisapride Obat ini dapat mempercepat pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon. 4. Domperidon Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek samping yang lebih jarang dibanding metoklopramid karena tidak melalui saluran darah otak. 5. Metaklopramid Obat ini bekerja sebagai antagonis resptor dopamine. Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton.



6. Obat-Obatan Prokinetik Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan Gerd karena penyakit ini lebih condong ke arah gangguan motilitas. 7. Penghambat Pompa Proton (Proton Pump Inhibitor/PPI) Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan Gerd. Golongan obat-obatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel pariental dengan mempengaruhi enzim H, K, ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung. 8. Sukralfat Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap hal di esofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara topikal (sitoproteksi). G. Komplikasi Gerd 1. Batuk dan Asma 2. Grosif Esophagus 3. Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik 4. Esofagilitis Ulseratif 5. Perdarahan Saluran Cerna Akibat Iritasi 6. Peradangan Esophagus 7. Aspirasi 8. Tukak Kerongkongan H. Pemeriksaan Penunjang Gerd 1. Endoskopi Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk diagnosis Gerd dengan ditemukannya mucosal break di esophagus. Jika ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas Gerd, keadaan ini, disebut non-erosive reflux disease (Nerd). 2. Esofagografi dengan Barium Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagilitis ringan. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus atau penyempitan lumen. 3. Monitoring pH 24 jam Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH pada bagian distal esophagus. Pengukuran pH pada esophagus bagian distal ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.