LP Gerontik Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK 1. Pengertian Lanjut Usia Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai



sejak



permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin



memburuk,



gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak



proporsional (Nugroho, 2008). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan



proses



yang



berangsur-angsur mengakibatkan



perubahan



kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).



2. Batasan Lansia a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi 4 kelompok yaitu : 1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun 4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun. b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi: 1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun, 2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, 3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan: a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), b) lebih dari 80 (very old). c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni : 1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia. 2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas). 3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.



3. Teori Proses Menua Proses menua bersifat individual: a. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda. b. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda. c. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. 1. Teori Biologis a. Teori Genetik Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini



menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati. Manusia mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus. Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh



dari



luar, misalnya



peningkatan



kesehatan



dan



pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan tertentu. b. Teori mutasi somatic Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus- menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 2000). c. Teori nongenetik 1) Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory), mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein, 1989). Proses metababolisme tubuh, memproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut



sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun. 2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory), teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh, karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya kerusakan



fungsi



sel.



Radikal



bebas



yang



terdapat



dilingkungan seperti: a) Asap kendaraan bermotor b) Asap rokok c) Zat pengawet makanan d) Radiasi e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua. 3) Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bias menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 2000). 4) Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi,



mengubah



perubahan



fungsi



padamembran



jaringan plasma,



yang yang



menyebabkan mengakibatkan



terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua. 5) Teori fisiologis, teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal). 2. Teori Sosiologis Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain: a. Teori Interaksi Sosial Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosial berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pokok-pokok sosial exchange theory antara lain: 1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya masing-masing. 2) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu. 3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang actor mengeluarkan biaya. b. Teori aktivitas atau kegiatan 1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. 2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. 3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut usia.



4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut usia. d. Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory). Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-pokok disangagement theory: 1) Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi masa pensiun. Pada wanita, terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah. 2) Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini karena lanjut usia dapat merasakan tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. 3) Ada tiga aspek utama dalam teori ini yang perlu diperhatikan: Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup Proses tersebut tidak dapat dihindari Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat. Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara



berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss): 1. Kehilangan peran (loss of role). 2. Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship). 3. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values) Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua dapat diperlambat. Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah: 1. Meningkatnya radikal bebas. 2. Memanipulasi sistem imun tubuh. 3. Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri kehidupan masih banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu misteri yang paling sulit dipecahkan. Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen) tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak faktor yang memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bias meniggal dan



bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang sering merugikan atau bernada negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang dialaminya (Nugroho, 2000). 4. Masalah psikologik pada lansia Masalah psikologik yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara



lain



kemunduran



badaniah



atau



dalam



kebingungan



untuk



memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri menyambut hal ini secara positif. Contoh yang dapat dikemukakan umpama dalam bidang pendidikan, yang masih tetap ditingkatkan pada usia lanjut ini untuk menaikkan intelegensi dan memperluas wawasannya (Broklehurst dan allen, 1987). Di negara-negara industri maju bahkan didirikan apa yang disebut university of the thrird age. Pemisahan diri (disengagement) baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Para lansia yang realistis dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru. Daya ingat (memori) mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia. Biasanya mereka masih ingat betul peristiwaperistiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenai hal- hal yang baru terjadi. Pada lansia yang masih produktif justru banyak yang menggunakan waktu menulis buku ilmiah, maupun memorinya sendiri. Biasanya sifat-sifat streotype para lansia ini sesuai dengan pembawaanya pada waktu muda. Beberapa tipe yang dikenal adalah sebagai berikut: 1. Tipe konstruktif: orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristis, fleksibel (luwes) dan tahu diri. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat



menerima fakta-fakta proses menua, mengalami pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir. 2. Tipe ketergantungan (dependent): orang lansia ini masih dapat di terima ditengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai istrinya. Ia senang mengalami pensiun, malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur. 3. Tipe defensif: orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan/jabatan tak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat di kontrol, memegang teguh pada kebiasaanya, bersifat konfulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi menjadi tua dan tak menyenangi masa pensiun. 4. Tipe bermusuhan (hostility): mereka menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalanya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal-hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang



mengadu



untung



pada



pekerjaan-pekerjaan



aktif



untuk



menghindari masa yang sulit/buruk. 5. Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (selfhaters): orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tidak bahagia, mempunyai sedikit hobby merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada yang berusia muda, merasa sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya



dari



penderitaan.



Statistik



kasus



bunuh



diri



menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia



pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian (Darmojo, 2009).



5. Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia a. Upaya Promotif Kegiatan promotif dilakukan kepada lanjut usia, keluarga ataupun masyarakat di sekitarnya, antara lain berupa penyuluhan tentang perilaku hidup sehat, gizi untuk lanjut usia, proses degeneratif seperti katarak, presbikusis dan lain-lain. Upaya peningkatan kebugaran jasmani, pemeliharaan kemandirian serta produktivitas masyarakat lanjut usia. 1) Perilaku Hidup Sehat Perilaku hidup sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan



dan



berperan



aktif



dalam



mewujudkan



kesehatan



masyarakatnya. Menurut Dachroni tahun 1998, PHBS erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat karena bidang garapanya adalah membantu masyarakat yang seterusnya bermuara pada pemeliharaan, perubahan, atau peningkatan perilaku positif dalam bidang kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat ini sesuai dengan visipromosi kesehatan dan dapat di praktekan pada masing-masing tatanan. Gaya hidup sehat untuk lansia yang terpenting seperti tidak merokok, melakukan aktivitas 30 menit sehari, personal higiene, mengatur kesehatan lingkungan seperti rumah sehat dan membuang kotoran pada tempatnya.



2) Gizi untuk Lanjut Usia Konsumsi makan yang cukup dan seimbang akan bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan penyakit kekurangan gizi, yang seyogyanya telah dilakukan sejak muda dengan tujuan agar tercapai kondisi kesehatan yang prima dan tetap produktif di hari tua. Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. a) Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat. b) Sumber zat pembangun atau protein penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak, pada hewani seperti telur, ikan dan susu. c) Sedangkan pada nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. d) Sumber zat pengatur, bahan mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh contohnya sayuran dan buah. b. Upaya Preventif Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasinya akibat proses degeneratif. Kegiatan berupa deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia yang dapat dilakukan di kelompok lanjut usia (posyandu lansia) atau Puskesmas dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia. c. Upaya Kuratif Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia. Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit



dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu, Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Apabila sakit yang diderita lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap, maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.



d. Upaya Rehabilitatif Upaya rehabilitatif ini dapat berupa upaya medis, psikososial, edukatif maupun



upaya-upaya



lain



yang



dapat



semaksimal



mungkin



mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia. 6. Pengertian Keperawatan Gerontik Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi. 7. Fungsi Perawat Gerontik Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat gerontologi adalah: 1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat). 2. Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua). 3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama). 4. Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong kualitas pelayanan). 5. Notice and reduce risks to health and well being (Memerhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan). 6. Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan). 7. Open channels for continued growth (Membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya).



8. Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan). 9. Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan harapan). 10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian). 11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan restoratif dan rehabilitatif). 12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan). 13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner (Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh). 14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan). 15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya). 16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual). 17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja). 18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian). 19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal). 8. Lingkup Keperawatan Gerontik Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifatnya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik. B. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI



1. Pengertian Hipertensi Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suatu pola yang khas (Wolff, 2006). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular (Price, 2006). 2. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi: 1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. 2) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : a. Mengeluh sakit kepala, pusing b. Lemas, kelelahan c. Sesak nafas d. Gelisah e. Mual



f. Muntah g. Epistaksis h. Kesadaran menurun 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut NANDA NIC-NOC klasifikasi dari hipertensi, yaitu : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih Sistolik Diastolik Kategori (mmHg) (mmHg) Normal < 130