LP Hil [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn. “F” DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG OK RS AWET MUDA NARMADA TANGGAL 07 DESEMBER 2020



DISUSUN OLEH: KHAERUL MUBAROK BAFADAL P07120420014N



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHUN 2020



2



LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS



A. Konsep Dasar Hernia 1. Definisi Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010). 2. Etiologi Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu: Defek dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan didapat. Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding rongga perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.



3



3. Tipe-Tipe Hernia a. Sering terjadi 1) Umbilical/ para-umbilikal Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, namun tidak menutup sepenuhnya. Hernia umbilikalis sering terjadi pada bayi baru lahir karena dinding abdomen anterior relative lemah pada annulus umbilicalis, terutama pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah. Selain itu hernia umbilikalis didapat paling sering terjadi pada perempuan atau orang obesitas. 2) Inguinal (direk dan indirek) Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Karakteristik hernia inguinalis direk dan hernia indirek disajikan dan digambarkan pada Tabel 2.1. 3) Femoral Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering



terjadi



pada



wanita



dibandingkan



pada



pria



dan



sangatjarangpadaanak- anak. Hernia femoralis tidak dapat dikembalikan ketempat semual (irreducible). 4) Insisional Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya



4



Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek Karakteristik Faktor predisposisi



Direk (Didapat)



Kelemahan dinding abdomen anterior pada trigonum inguinale (misalnya, karena distensi annulus superficialis, falx ingunale yang sempit, atau melemahnya aponeurosis pada lakilakai berusia >40 tahun atau lebih) Frekuensi Jarang terjadi (sepetiga sampai seperempat hernia inguinalis) Keluar dari Peritoneum plus fascia rongga abdomen transversalis (terletak di luar satu atau dua bagian dalam fascial yang menutupi funiculus) perjalanan Berjalan melalui atau di sekitar canalis inguinalis, biasanya hanya melintasi sepertiuga medial canal, diluar dan sejajar vestigium processus vaginalis. Keluar dari Melalui annulus dinding superficialis, di sebelah abdomen lateral funiculus; jarang anterior masuk skrotum. .



Indirek (kongenital/bawaan) Patensi processus veginalis (lengkap atau sekurangkurangnya bagian superior) pada orang muda, sebagian besar lakilaki



Lebih sering (dua pertiga sampai tiga perempat) hernia inguinalis Peritoneum processus vaginalis yang menetap ditambah ketiga fascial yang menutupi funiculus/ligamentum teres Melintasi canalis inguinalis (seluruh canal jika emmiliki ukuran yang ukup) didalam processus vaginalis.



Melalui annulus superficialis di dalam funiculus, sering berjalan ke dalam skrotum/labium majus.



5



b. Jarang terjadi 1) Epigastrik Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut (diantara processus xiphoideus dan umbilicus). Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan. 2) Gluteal, lumbal, obturator Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan



fisik



tampakdanterababenjolandi



tepibawahtulangrusukXIIataudi



tepi



pinggangdi



kranialpangguldorsal.Hernia



obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi parsial atau total.



Letak Terjadinya Hernia (Grace, 2007)



6



Adapun klasifikasi hernia menurut sifatnya : a) Hernia Reponible/Reducible Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar



jika



berdiri/mengejan dan masuk lagi jika berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala obstruksi usus. b) Hernia Irreponible Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta. c) Hernia Strangulata/Inkaserata Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase/vaskularisasi (Grace, 2007). 4. Patofisiologi Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel. Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.



7



Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus.



Apabila



hernia



ini



berlanjut



tonjolan



akan



sampai



ke



skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan, penumpukan jaringan menjadi mati sehingga timbul respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik



usus



yang



bisa



menyebabkan



konstipasi, kembung, mual-



muntah, intake menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan akhirnya timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.(Grace, 2007).



8



Bagan 2.1 WOC Hernia (Grace, 2007) 5. WOC (Web OfCausion) Hernia Bayi baru lahir



Prosesu vaginalisperitonie tidak terobilitasi



Pekerjaan berat, ngkat beban, riwayat jatuh, batuk lama, mengejan, bersin



PEMBEDAHAN



Peningkatan tekanan intraabdomen



Fasia abdomen tidak mampu menhaan tekanan



Kanalis ingunalis terbuka



Terputusnya simpul



Fasia terkoyak



Peritoneum tertarik kedaerah skrotum



destruksi pertahanan masuknya mikroorganisme



Keterbatasan gerak



MK: Gangguan Rasa Nyaman /Nyeri



Hernia inguinalis lateralis akuisita *akuisita=didapat



Hernia inguinalis lateralis kongenital



MK: Kerusakan integritas jaringan



Terputusnya kontinuitas jaringan lunak



respon inflamasi MK: Risiko Infeksi



MK: Imobilitas Fisik



HERNIA



Peningkatan isi abdomen ( usus ) memasuki kantong hernia Penekanan terhadap cincin hernia



Kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi semula Usus terjepit MK: Gangguan Rasa Nyaman/Nyeri



Perubahan status kesehatan Kesulitan berjalan/berpindah



MK: Gangguan imobilitas fisik



Obstruksi usus Penekanan pembuluh darah Isi hernia nekrosis MK: kerusakan integritas jaringan



Peristaltic usus terganggu



Regurgitasi isi usus Mual muntah



Kurang terpapar informasi kesehatan MK:Mual/ Nausea



intake menurun



MK: Defisit Pengetahuan MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



9



6. Manifestasi klinik Menurut Grace (2007), manifestasi klinis pada pasien dengan hernia yaitu : a. Pasien datang dengan benjolan di tempat hernia. b. Hernia femoralis berada dibawah dan lateral dari tuberkulum pubikum. Biasanya hernia ini mendatarkan garis-garis kulit di lipatan paha. Hernia femoralis tidak dapat di kembalikan ketempat semula. c. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar. d. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan e. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi f. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung kencing 7. Komplikasi Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hernia adalah: a. Hematoma (luka atau pada skrotum), b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka. c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis. d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.



10



g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis. h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi. i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki. j. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah. k. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi. l. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses. 8. PemeriksaanPenunjang Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat dilakukan dengan cara berikut: Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi a. sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus. b. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak. c. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat



menunjukkan



hemokonsentrasi



(peningkatan



hematokrit),



peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)



11



9. Penatalaksanaan Medis Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita hernia meliputi : a. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang). b. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan dan hobi). c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan: 1) Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya. 2) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya. 3) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya. Secara konservatif (non operatif) 1) Reposisi hernia Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan 2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset Secara operatif (prinsip pembedahan) 1) Herniotomi Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak. 2) Herniorafi Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau laparoskopik.



12



B. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hernia 1. Pengkajian Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut. a. Identitas pasien Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada pria dan prosentase yang lebih besar pada pekerja berat. b. Keluhan utama keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa nyeri pada daerah benjolan c. Riwayat penyakit sekarang Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat terjadinya jepitan oleh cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri (PQRST) P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding abdomen yang lemah. Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/ sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk –tusuk jarum.



13



R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah. S: skala nyeri 4-8. T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama ± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi. d. Riwayat kesehatan keluarga Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah. e. Riwayat penyakit dahulu Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia. f. Riwayat pisikososial Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya. Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri. g. Pola kebiasaan 1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas normal (>10x/menit). Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan makan dan minum.



14



2) Pola Tidur dan Istirahat Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur 3) Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri akibat penonjolan hernia. 4) Pola hubungan dan peran Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil. 5) Pola kognitif Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat. 6) Pola penanggulangan stress Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah. 7) Pola tata nilai dan kepercayaan Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit. 8) Neurosensori Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan (Soeparman, 2011).



15



h. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi : a) Inspeksi Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk) b) Auskultasi Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor. c) Perkusi Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen d) Palpasi Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri Post Operasi 1. Riwayat penyakit sekarang Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post operasi hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi pembedahan. 2. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga



kebiasaan



merokok



dalam



mempengaruhi



lamanya



penyembuhan luka operasi. b. Pola Tidur dan Istirahat Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.



16



c. Pola aktifitas Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan. d. Pola sensorik dan kognitif Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri disekitar luka pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7) penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat. Pemeriksaan fisik : B1 (breath)



: biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik untuk pasien post operasi hernia



B2 (blood)



: biasanya tekanan darah masih dalam batas normal



B3 (brain)



:  Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye 4,verbal 5, motorik 6) Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia inkarcerata danstrangulata.



B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine B5 (bowel)



: Terdapat penurunan peristaltic usus.



B 6 (bone)



: pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan berejalan akibat luka post operasi herniotomi



17



2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA (2013) yaitu sebagai berikut : a. Pre Operasi Hernia a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik. b) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi e) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif f) Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi gastrointestinal dan kurangnya informasi. b. Post Operasi Hernia a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi. b) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif c) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi. d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi



18



3. Intervensi keperawatan Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan No. Dx 1



Diagnosa



Tujuan dan Kriteria Hasil



Perencanaan/Intervensi



Rasional



INTERVENSI PRE OPERASI Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik



NOC : NIC :  Kontrol nyeri Manajemen nyeri Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, 2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor 3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya manajemen nyeri 4. Sering menunjukkan manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu nyeri berkimunikasi efektif



1. Dengan mengetahui lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian, dapat dijadikan acuan untuk tindakan penghilang nyeri setelah pemberian obat 2. Untuk mengetahui tingkat keparahan nyeri pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif



Hasil yang diharapkan 4-5 kriteria hasil: 3. 1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Menggunakan jurnal han untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu 4. Menggunakan tindakan pencegahan 5. Menggunakan tindakan 4. pengurangan nyeri tanpa analgesik 6. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan



Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan prosedur



3. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnyaserta informasi yang tepat dan akurat membantu pasien dalam mengetahui tentang kondisinya



Ajarkan tentang teknik farmakologi: nafas dalam



4. Untuk meningkatkan alveoli, memelihara prtukaran gas, mencegah atektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun



non



19



7.



Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan 8. Mengguankan sumber daya yang disediakan 9. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri 5. 10. Melaporkan nyeri yang terkontrol 6.



Ajarkan tentang teknik non farmakologi: massase area punggung berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik



Pemberian analgesik 7. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 8. Cek adanya riwayat alergi obat 9. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri 2.



emosional, menurunkan intensitas nyeri dengan merelaksasikan otototot pernafasan seperti rektus abominis, tranversus abdominis, internal abdominal oblique, dan external abdominal oblique. 5. Massage dapat meningkatkan vaskularisasi sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pasien 6. Obat analgesik dapat mengurangi atau meringankan nyeri



7. Menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian obat ke pasien dan perintah pemberian obat 8. Mengetahui adanya riwayat alergi obat pasien 9. Meciptakan lingkungan yang nyaman dengan membersihkan tempat tidur, mengatur suhu, dan mengurangi kebisingan.



Mual berhubungan NOC NIC dengan regurgitasi usus  Control mual dan muntah 1. Observasi tanda-tanda nonverbal 1. Isyarat tubuh, ekspresi wajah dapat 1. Tidak pernah menunjukkan dari ketidaknyamanan menjadi acuan menilai kontrol mual ketidaknyamanan terhadap mual 2. Jarang menunjukkan kontrol yang dialami pasien terutama pada mual bayi, anak-anak, orang-orang yang 3. Kadang-kadang menunjukkan tidak mampu berkomunikasi secara kontrol mual efektif seperti individu dengan 4. Sering menunjukkan kontrol penyakit Alzheimer. mual 2. Lakukan penilaian lengkap 2. Untuk mengetahui frekuensi, durasi, 5. Secara konsisten menunjukkan terhadap mual, termasuk tingkat keparahan, dan faktor-faktor kontrol mual frekuensi, durasi, tingkat pencetus dengan alat pengkajian keparahan, dan faktor-faktor seperti duke descriptive scales, dan



20



Hasil yang diharapkan: 4-5



pencetus Rhodes index of nausea and vomiting Dapatkan riwayat diet pasien (INV) Dengan kriteria hasil : seperti makanan yang disukai 3. Makanan dan minuman dapat 1. Mengenali onset mual dan yang tidak disukai serta mempengaruhi tejadinya mual 2. Mendeskripsikan factor-faktor preferensi makanan terkait penyebab budaya 3. Mengenali faktor pencetus 4. Evaluasi dampak dari 4. Mengidentifikasi dampak mual stimulus pengalaman mual pada kualitas terhadap kualitas hidup seperti nafsu 4. Menggunakan langah-langkah hidup makan terganggu, aktivitas, prestasi pencegahan kerja, tanggung jawab peran, dan 5. Menghindari bau yang tidak tidur. menyenangkan 5. Identifikasi faktor-faktor yang 5. Mengetahui obat-obatan yang 6. Mendeskripsikan factor-faktor dapat menyebabkan atau memiliki efek samping yang penyebab berkontribusi terhadap mual menimbulkan mual dan prosedur 7. Menghindari factor-faktor seperti obat-obatan dan prosedur seperti karena bau dari alkohol, obatpenyebab obatan, atau tindakan medis yang memicu terjadinya mual 6. Kendalikan faktor-faktor yang 6. Bau yang tidak menyenangkan, mungkin memebangkitkan mual suara, stimulasi viasual yang tidak menyenangkan dapat membangkitkan mual 7. Kurangi atau hilangkan faktor- 7. Kecemasan, takut, kelelahan, dan faktor yang bersifat personal kurangnya pengetahuan dapat yang memicu atau meningkatkan memicu peningkatan mual mual 8. Mengidentifikasi pelaksanaan 8. Identifikasi strategi yang telah strategi mengurangi mual yang telah berhasil dilakukan dalam dilakukan pasien mengurangi mual 9. Untuk menghindari tekanan 9. Ajarkan untuk makan secara berlebihan dalam usus agar tidak perlahan memicu peningkatan mual 10. Untuk mengurangi rasa ingin 10. Ajarkan untuk membatasi minum muntah akibat naiknya cairan dari 1 jam sebelum, 1 jam setelah, usus dan selama makan 3.



21



3



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus



NOC Status nutrisi indikator: 1. Sangat menyimpang dari rentang normal 2. Banyak menyimpang dari rentang normal 3. Cukup menyimang dari rentang normal 4. Sedikit menyimpang dari rentang normal 5. Tidak menyimpang dari rentang normal Dengan hasil yang diharapkan : 45 Dengan kriteria hasil: 1. Asupan gizi 2. Asupan makanan 3. Asupan cairan 4. Energi 5. Rasio berat badan/tinggi badan 6. hidrasi



NIC menejemen nutrisi 1. 2.



3.



4. 5.



6.



7.



Identifikasi adanya alergi atau 1. Mengetahui adanya alergi terhadap intoleransi makanan yang obat-obatan untuk keamanan dimiliki pasien pemberian tindakan pemberian obat Berikan pilihan makanan sambil 2. Mengidenifikasi dengan menawarkan bimbingan terhadap menganjurkan pasien pilihan makanan yang lebih sehat mengungkapkan makann pilihan pasien untuk mendukung merencanakan diet diirumah sakit Atur diet yang diperlukan yaitu 3. Mencegah terjadinya kekurangan menyediakan makanan tinggi atau kelebihan intake atau output protein: menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternatif untuk garam, menyediakan pengganti gula; menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin, mineral, atau suplemen. Ciptakan lingkungan yang 4. Meningkatkan kenyamanan dan optimal pada saat mengkonsumsi nafsu makan pasien makanan Lakukan atau bantu pasien 5. Perawatan mulut dilakukan untuk terkait dengan perawaan mulut memberikan oral hygiene seperti sebelum makan gosok gigi, mengatasi stomatitis, untuk meningkatkan kenyamanan pasien selama makan dan setelah makan Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi, jika 6. Makan dalam posisi duduk akan memungkinkan mempermudah jalannya makanan dalam saluran cerna Anjurkan keluarga untuk 7. Meningkatkan nafsu makan pasien membawa makanan favorit selain makanan dari rumah sakit pasien sementara pasien berada dirumah sakit atau fasilitas



22



perawatan Tawarkan makanan ringan yang padat gizi 8. Makanan ringan yag padat gizi sebagai makanan sampingan atau cemilan yang dapat membantu mempertahankan nutrisi pasien yang 9. Pastikan diet mencakup makanan adekuat tinggi kandungan serat 9. Mencegah terjadinya konstipasi 5 Kerusakan Integritas  Integritas jaringan: kulit Perawatan luka Jaringan berhubungan dan membran mukosa 1. Bersihkan luka dengan normal 1. untuk mengatasi iritasi pada luka dengan kerusakan jaringan Indikator : saline ata pembersih yang tidak akibat isi hernia nekrosis 1. Sangat terganggu beracun 2. Banyak terganggu 2. Oleskan salep yang sesuai dengan 2. salep yang sesuai dapat membantu 3. Cukup terganggu kulit/lesi menjaga agar kulit tetap lkembab 4. Sedikit terganggu 3. Berikan balutan yang sesuai 3. balutan yang sesuai dengan jenis 5. Tidak terganggu dengan jenis luka luka dapat mempengaruhi proses penyembuhan Hasil yang diharapkan 4-5 4. Periksa luka setiap kali perbahan 4. memeriksa luka untuk mengetahui balutan perubahan-perubahan pada luka 5. Reposisi pasien setidaknya setiap 5. untuk mencegah terjadinya luka 2 jam decubitus kriteria hasil : 1. Suhu kulit Kontrol risiko : proses infeksi 2. Sensasi 6. Anjurkan pengunjung untuk 6. Menghindari masuknya 3. Elastisitas mencuci tangan pada saat mikroorganisme atau bakteri yang 4. Hidrasi memasuki dan meninggalkan akan menyebabkan infeksi 5. Tekstur ruang pasien 6. Perfusi jaringan 7. batasi jumlah pengunjung bila 7. menghindari terjadinya penularan 7. Integritas kulit perlu atau penyebaran infeksi 8. Dorong asupan cairan: tawari Kontrol risiko : proses infeksi makanan ringan, minuman ringan 8. untuk membantu perbaikan Indikator : dan buah-buahan segar/jus buah) jaringan yang rusak dari dalam 1. Tidak pernah menunjukkan 9. Tingkatkan intake nutrisi yang tubuh 2. Jarang menunjukkan tepat: dengan memotivasi pasien 9. Nutrisi yang tepat dapat membantu 3. Kadang-kadang menunjukkan untuk makan sesuai dengan porsi memperbaiki sel/jaringan yang 4. Sering menunjukkan yang disediakan dari rumah sakit. rusak dari dalam tubuh. 5. Secara konsisten menunjukkan 8.



4



23



Hasil yang diharapkan 4-5 (kontrol infeksi pasien pada awal pengkajian skala 2 : jarang melakukan) Kriteria hasil: 1. Mengidentifikasi faktor risiko infeksi 2. Mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas seharihari 3. Mengidentifikasi strategi umtuk melindungi diri dari orang lain yang terkena infeksi 4. Mempraktikkan strategi untuk mengontrol infeksi 5. Mempertahankan lingkungan yang bersih 5



Deficit



Pengetahuan



NOC : NIC :  Pengetahuan : Manajemen Pengetahuan : manajemen berhubungan dengan penyakit akut penyakit akut potensial komplikasi Indikator: 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Berikan kesempatan untuk 1. Tidak ada pengetahuan terkait proses penyakit yang mengidentifikasi tingkat pengetahuan gastrointestinal dan 2. Pengetahuan terbatas spesifik pasien tentang penyakitnya kurangnya informasi. 3. Pengetahuan sedang 2. Menjelaskan dengan pasien dan 4. Pengetahuan banyak 2. Jelaskan patofisiologi penyakit dan keluarga bahwa hernia dapat diawali 5. Pengetahuan sangat banyak bagaimana hubungannya dengan karena lemahnya dinding abdomen anatomi dan fisiologi,sesuai baik pada bayi baru lahir, dewasa, Dengan hasil yang diharapkan 3-4 kebutuhan. bahkan paling sering terjadi pada lansia, lemahnya dinding abdomen Kriteria hasil: dapa menimbulkan jalan keluarnya isi 1. Faktor-faktyor penyebab dan dari perut seperti usus sehingga perut faktor yang berkontribusi menjadi timbul benjolan dan nyeri 2. Perjalan penyakit b uasanya yang dikarenakan jepitan usus pada 3. Tanda dan gejala penyakit jaringan lain di dalam perut.



24



4. 5. 6.



Tanda dan gejala kompikasi 3. Kenali pengetahuan pasien 3. Mengidentifikasi respon pasien Strategi untuk mencegah mengenai kondisinya terhadap kondisinya selama sakit komplikasi 4. Jelaskan tanda dan gejala umum 4. Tanda dan gejalanya meliputi Penggunaan obat-obat dan dari penyakit terdapatnya benjolan pada area resep yang benar abdomen, nyeri, sering juga disertai dengan mual. 5. Identifikasi kemungkinan 5. Penyebab hernia diantaranya adalah penyebab, sesuai kebutuhan. lemahnya dinding bdomen, dan faktor pencetusnya seperti obesitas, batuk, mengangkat beban berat, mengejan saat BAB, dan umur >50 tahun beresiko tinggi terjadinya 6. Identifikasi perubahan kondisi hernia. pasien 6. Mengidentifikasi adanya dampak atau bahkan komplikasi dari penyakit 7. Beri ketenangan terkait kondisi pasien pasien 7. Kondisi pasienyang cmas, takut, bahkan kurangnya pengetahuan dapat memperburuk emosi dan proses 8. Jelaskan komplikasi kronik yang penyakit pasien mungkin ada 8. Jika tidak segera dilakukan penanganan yang tepat seperti operasi ditakutkan akan terjadi kematian jaringan yang menyebabkan terhmbatnya suplai darah dalam tubuh sehingga nyeri akan memberat 9. Edukasi pasien mengenai tindakan sampai menyebabkan kematian untuk mengontrol/meminimalkan 9. Cara meminimalkan terjadinya hernia gejala adalah dengan mengurangi mengankat beban yang berat, menurunkan berat badan, olahraga teratur, jika sudah terkena hernia maka disarankan indakan konservatif seperti memakai korset atau celana hernia; untuk mengurangi cemas dan nyeri dapat dilakukan teknik relaksasi guna untuk merelaksasikan otot-otot pernafasan seperti rektus abdominis.



25



1



INTERVENSI POST OPERASI HERNIA NOC : NIC :  Kontrol nyeri Manajemen nyeri dengan diskontuinitas Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara jaringan akibat tindakan 1. Tidak pernah menunjukkan komprehensif termasuk lokasi, manajemen nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, operasi. 2. Jarang menunjukkan kualitas dan intensitas atau manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor 3. Kadang-kadang menunjukkan presipitasinya manajemen nyeri 4. Sering menunjukkan manajemen nyeri 2. Observasi isyarat nonverbal 5. Secara konsisten ketidaknyamanan, khususnya menunjukkan manajemen pada mereka yang tidak mampu nyeri berkimunikasi efektif Nyeri akut berhubungan



1.



Dengan mengetahui lokasi, karakteristik,kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian, dapat dijadikan acuan untuk tindakan penghilang nyeri setelah pemberian obat



2.



Untuk mengetahui tingkat keparahan nyeri pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif



Hasil yang diharapkan 4-5 kriteria hasil: 1. Mengenali kapan nyeri terjadi 2. Menggambarkan faktor penyebab 3. Menggunakan jurnal han untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu 4. Menggunakan tindakan pencegahan 5. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik 6. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan 7. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan 8. Mengguankan sumber daya yang disediakan



3.



Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan prosedur



3.



Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-tanda nyeri sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnyaserta informasi yang tepat dan akurat membantu pasien dalam mengetahui tentang kondisinya



4.



Ajarkan tentang teknik farmakologi: nafas dalam



4.



Untuk meningkatkan alveoli, memelihara prtukaran gas, mencegah atektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional, menurunkan intensitas nyeri dengan merelaksasikan otototot pernafasan seperti rektus abominis, tranversus abdominis, internal abdominal oblique, dan



non



26



9.



Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri 10. Melaporkan nyeri yang terkontrol



5.



Ajarkan tentang teknik non farmakologi: massase area punggung



5.



6.



berikan pasien penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik



6.



Pemberian analgesik 7. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 8. Cek adanya riwayat alergi obat



7. 8. 9.



9.



2



Kerusakan Integritas  Integritas jaringan: kulit jaringan berhubungan dan membran mukosa dengan kerusakan jaringan Indikator : akibat dari tindakan 1. Sangat terganggu operasi. 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu



Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri Perawatan luka 1. Bersihkan luka dengan normal saline ata pembersih yang tidak beracun 2. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi 3. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka



Hasil yang diharapkan 4-5



4.



kriteria hasil : 1. Suhu kulit 2. Sensasi 3. Elastisitas 4. Hidrasi 5. Tekstur 6. Perfusi jaringan



5.



Periksa luka setiap kali perbahan balutan Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam



Kontrol risiko : proses infeksi 6. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan



external abdominal oblique. Massage dapat meningkatkan vaskularisasi sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pasien Obat analgesik dapat mengurangi atau meringankan nyeri



Menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian obat ke pasien dan perintah pemberian obat Mengetahui adanya riwayat alergi obat pasien Meciptakan lingkungan yang nyaman dengan membersihkan tempat tidur, mengatur suhu, dan mengurangi kebisingan.



1.



untuk mengatasi iritasi pada luka



2.



salep yang sesuai dapat membantu menjaga agar kulit tetap lkembab balutan yang sesuai dengan jenis luka dapat mempengaruhi proses penyembuhan memeriksa luka untuk mengetahui perubahan-perubahan pada luka untuk mencegah terjadinya luka decubitus



3. 4. 5.



6.



Menghindari masuknya mikroorganisme atau bakteri yang akan menyebabkan infeksi



27



7.



Integritas kulit 7.



Kontrol risiko : proses infeksi Indikator : 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang-kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten menunjukkan



8.



9.



ruang pasien batasi jumlah pengunjung bila perlu Dorong asupan cairan: tawari makanan ringan, minuman ringan dan buah-buahan segar/jus buah) Tingkatkan intake nutrisi yang tepat: dengan memotivasi pasien untuk makan sesuai dengan porsi yang disediakan dari rumah sakit.



7. 8. 9.



menghindari terjadinya penularan atau penyebaran infeksi untuk membantu perbaikan jaringan yang rusak dari dalam tubuh Nutrisi yang tepat dapat membantu memperbaiki sel/jaringan yang rusak dari dalam tubuh.



Hasil yang diharapkan 4-5 Kriteria hasil: 1. Mengidentifikasi faktor risiko infeksi 2. Mengidentifikasi risiko infeksi dalam aktivitas seharihari 3. Mengidentifikasi strategi umtuk melindungi diri dari orang lain yang terkena infeksi 4. Mempraktikkan strategi untuk mengontrol infeksi 5. Mempertahankan lingkungan yang bersih 3.



Hambatan mobilitas fisik berhubungan luka post operasi



NOC Indikator : posisi tubuh: berinisiatif sendiri 1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu



NIC : Exercise therapy : ambulation 1. Bantu pasien untuk duduk di sisi 1. tempat tidur 2. Ajarkan pasien tentang dan 2. pantau penggunaan alat bantu mobilitas : kursi roda 3.



Ajarkan dan bantu pasien dalam 3. proses berpindah



Untuk mengurangi nyeri selama melaukan latihan ataupun aktivitas Untuk mengetahui Terapi ambulasi yang tepat untuk meningkatkan atau mengembalikan gerakan tubuh yang terkendali Untuk membantu pasien dalam melatih kemampuan gerak



28



Hasil yang diharapkan : 4-5 kriteria hasil: 1. Bergerak dari posisi berbaring ke posisi berdiri 2. Bergerak dari posisi duduk ke posisi berbaring 3. Bergerak dari posisi duduk ke posisi berdiri 4. Bergerak dari posisi beriri ke posisi duduk



Pengaturan posisi 4. Posisikan pasien semi fowler 4. 5. Balikkan tubuh pasien sesuai 5. dengan kondisi kulit 6. Minimalisir gesekan atau cedera 6. ketika memposisikan dan membalikkan tubuh pasien



7.



4



Risiko



infeksi



NOC :  kontrol risiko proses infeksi berhubungan dengan Indikator : luka insisi bedah/operasi. 1. Tidak pernah mennjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang-kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten menunjkkan



NIC : Infection Control (Kontrol infeksi) 1. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infek(misalnya, usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, sistem imun lemah, dan malnutrisi). 2. pantau tanda dan gejala infeksi 3.



Hasil yang diharapkan 4-5 4. dengan kriteria hasil: 1. Terbbebas dari tanda dan gekjala infeksi 2. Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat 3. Mengindikasikan status gastrointestinal dan imun dalam batas normal 4. Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta



Dorong pasien untuk terlibat 7. dalam perubahan posisi



5. 6.



7.



amati penampilan praktik hygiene personal instruksikan untuk menjaga hygiene personal (misalnya mencuci tangan) ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien batasi jumlah pengunjung bila perlu



Mencegah terjadinya dispnea Untuk mencegah luka dekubitus akibat tekanan yang terlalu lama dibutuhkan bantuan dari keluarga untuk menahan dan memegangi pasien selama berpindah posisi, menghindarkan dari benda-benda tajam, serta memasang said rail agar pasien tidak jatuh. Pasien kooperatif dapat memudahkan proses latihan bergerak dan berpindah.



1.



untuk mengetahui potensi terjadi infeksi luka



2.



untuk mengetahui adanya tanda dan gejalainfeksi Meminimalkan risiko infeksi



3. 4. 5. 6.



7.



Menghindari masuknya mikroorganisme atau bakteri yang akan menyebabkan infeksi mengurangi mikroba bakteri yang dapat menyebabkan infeksi meminimalkan patogen yang ada di sekeliling pasien menghindari terjadinya penularan atau penyebaran infeksi



29



mengikuti prosedur skrining dan pemantauan  Status nutrisi: Asupan Makanan & Cairan indikator: 1 : Tidak Adekuat 2 : Sedikit adekuat 3 : Cukup adekuat 4 : Adekuat 5 : Sangat Adekuat Dengan hasil yang diharapkan : 45 Dengan kriteria hasil: 1. 2. 3. 4. 5.



Asupan nutmakanan secara oral Asupan makanan secara tube feeding Asupan cairan secara oral Asupan cairan intravena Asupan cairan parenteral



8.



hitung jumlah leukosit (leukosit normal 4000-10000 sel/mm3)



8.



9.



kolaborasi pemberikan terapi antibiotik, bila diperlukan



9.



manajemen nutrisi 10. monitor kalori dan asupan makanan 11. instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu membahas pedoman diet dan piramida makanan 12. berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang sehat 13. anjurkan keluarga membawa makanan favorite pasien sementara pasien berada dirumah sakit atau fasilitas perawatan 14. tawarkan makanan ringan yang padat gizi



15. pastikan diet makanan tinggi serat untuk konstipasi



mencakup kandungan mencegah



jumlah leukosit yang lebih dari batas normal menandakan terjadinya infeksi antibiotic digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri atau kuman pathogen



10. untuk mengetahui adakah perubahan asupan makanan dan kalori pasien 11. untuk menganjurkan diet yang sehat dan sesuai kebutuhan 12. untuk membahas masalah diet yang diperlukan 13. untuk meningkatkan nafsu makan pasien



14. menawarkan pasien makanan yang ringan namun sehat dan bernutrisi dapat membantu pemulihan/penyembuhan 15. diet tinggi serat seperti pada sayuran (missal bayam, sawi, brokoli) dapat mencegah konstipasi



30



4.  Implementasi Keperawatan Implementasi



keperawatan



adalah



serangkaian



kegiatan



yang



dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011). Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) : a. Mengkaji kembali pasien b. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan      5.  Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011). Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. A (analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011)



31



DAFTAR PUSTAKA Carpenito,L.J.2001. Buku Diagnosa Keperawatan (Terjemah: Monica Ester). Edisi 8. Jakarta; EGC Dermawan. 2010. Keperawatan medikal bedah (sistem pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing: http://eprints.ums.ac.id/33991/1/NASKAH %20PUBLIKASI.pdf.diakses pada tanggal 7 Desember 2020, pukul 21.00 WITA Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6. Jakarta: Mocomedia Grace. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga. Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari Ke-1. Surakarta Judith M.Wilkinson. 2006. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83 http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.diakses pada tanggal 7 Desember 2020, pukul 21.00 WITA Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta: EGC Luhndorrf,Suravaram S, Bellolio MF, Enduri S, Rabinstein A, Gilmore RM, Bhagra A, Manivannan V, Decker WW.First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2013, 307-317: https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/hernia_files_of_drsmed_ fkur.pdf. 7 Desember 2020, pukul 21.00, pukul 14.14 WITA Moore & Dalley. 2013. Anatomi Fisiologi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5. Jakarta: Mocomedia



32



Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC Oswari. 2006.Bedah dan Perawatannya. Jakarta: FKUI: http://194.27.141.99/dosyadepo/ders-notlari/murat-suphan-erturk/ 7_ 8_ Hernias. Pdf.diakses pada tanggal 7 Desember 2020, pukul 21.00 Potter & Perry. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC Rekam Medik, 2015. Data Rekam Medik. Bengkulu: RSUD Dr. M.Yunus kota Bengkulu Ruhl, C.E,: Everhart, J.E.,2007. Risk Factors foringuinal Hernia Adult in the US Population. Am Jepidemiol. http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH _PUBLIKASI.pdf Rumiati. 2013. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia. Surakarta Suratun. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem gastrointestinal. Jakarta: CV. Trans Info Media: http://eprints.ums.Ac.id/22022/16/naskah_publikasi.pdf.diakses pada tanggal 7 Desember 2020, pukul 21.00 Townsend. 2011. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217: http://medicine.comdiakses pada 7 Desember 2020, pukul 21.00 WITA Vera



Anik A. 2014. Unnes Journal of http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujphdiakses Desember 2020, pukul 21.00 WITA



Public Health. pada tanggal 7



WHO. 2013. Obesity and Overweight :http://www.who.int/mediacentre/fact sheets/fs311/en/diakses pada tanggal 7 Desember 2020, pukul 21.00 WITA