LP Hiperpireksia Arini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERPIREKSIA



Disusun Oleh : Nama : Arini Ulfa Hidayati Nim : 1820161007



STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS PRODI DIII KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2017/2018



A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38 oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2 Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005). Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430 C sampai 450 C.14



2. ETIOLOGI Penyebab dari demam antara lain dimungkinkan oleh : 1. Infeksi 2. Toksemia 3. Keganasan 4. Pemakaian obat. 5. Gangguan pada pusat regulasi suhu tubuh, seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma, atau gangguan sentral lainnya Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan hiperpireksia dapat dibagi sebagai berikut: a. Set point hipotalamus meningkat 1) Pirogen endogen 



Infeksi







Keganasan







Alergi







panas karena steroid







penyakit kolagen



2) Penyakit atau zat 



kerusakan susunan saraf pusat







keracunan DDT







racun kalajengking







penyinaran







keracunan epinefrin



b. Set point hipotalamus normal 1) Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas 



hipertermia malignan







hipertiroidisme







Hipernatremia







keracunan aspirin



2) Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas 



mandi sauna berlebihan







panas di pabrik







pakaian berlebihan



3) Pengeluaran panas tidak baik (rusak) 



displasia ektoderm







kombusio (terbakar)







keracunan phenothiazine







heat stroke



c. Rusaknya pusat pengatur suhu 1) Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus:  ensefalitis/ meningitis  trauma kepala  perdarahan di kepala yang hebat  penyinaran2



3. MANIFESTASI KLINIS



tanda dan gejala demam antara lain : 1. suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C) 2. Kulit kemerahan 3. Hangat pada sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil 6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5 ºC-40ºC, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000). KLASIFIKASI DEMAM UNTUK MENENTUKAN TINDAKAN Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serious bacterial infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale Acute Illness Observation Scale atau Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit



dan hitung jenis) dapat merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik empirik. Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi: 1.



Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.



2.



Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.



3.



Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus.



4.



Patofisiologi Pengaturan Suhu Tubuh Manusia ialah makhluk yang homeotermal, artinya makhluk yang dapat mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu di sekitarnya berubah. Yang dimaksud dengan suhu tubuh ialah suhu bagian dalam tubuh seperti viscera, hati, otak. Suhu rectal merupakan penunjuk suhu yang baik. Suhu rectal diukur dengan meletakkan thermometer sedalam 3 – 4 cm dalam anus selama 3 menit sebelum dibaca. Suhu mulut hampir sama dengan suhu rectal. Suhu ketiak biasanya lebih rendah daripada suhu rectal. Pengukuran suhu aural pada telinga bayi baru lahir lebih susah dilakukan dan tidak praktis. Suhu tubuh manusia dalam keadaan istirahat berkisar antara 36oC – 37oC, yang dapat dipertahankan karena tubuh mampu mengatur keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Panas dapat berasal dari luar tubuh seperti iklim atau suhu udara di sekitarnya yang panas. Panas dapat berasal dari tubuh sendiri. Pembentukan panas oleh tubuh (termogenesis) merupakan hasil metabolisme tubuh. Dalam keadaan basal tubuh membentuk panas 1 kkal/ kg BB/ jam. Jumlah panas yang dibentuk alat tubuh, seperti hati dan jantung relative tetap, sedangkan panas yang dibentuk otot rangka berubah-ubah sesuai dengan aktifitas. Bila tidak ada mekanisme pengeluaran panas, dalam keadaan basal suhu tubuh akan naik 1oC/ jam, sedang dalam aktivitas normal suhu tubuh akan naik 2oC/ jam. Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara ekspirasi yang dikeluarkan paru jenuh dengan uap air yang berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk menguapkan 1 ml air diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas melalui kulit dapat dengan dua cara yaitu:



a.



Konduksi – konveksi : pengeluaran panas melalui cara ini bergantung kepada perbedaan suhu kulit dan suhu udara sekitarnya.



b.



Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat. Dapat juga melalui perspirasi insensibilitas, difusi air melalui epidermis.



Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Hipotalamus karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf eferen hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di kulit yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk panas atau untuk mengeluarkan panas. Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat kenaikan suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan terjadi vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan keringat.



5.



Pathways



Demam tinggi



hipertermi



Sumber :https://id.scribd.com/doc/146012967/Pathway-demam



6.



Komplikasi a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering



terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak



7.



Pemeriksaan penunjang Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi.



8.



Penatalaksanaan pasien hiperpireksia a. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran. b. Berikan oksigen c. Berikan anti konvulsan bila ada kejang d. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal. Tidak boleh memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin. e. Berikan kompres f. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5-1 mgr/kgBB (I.V). g. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin melalui nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema. h. Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen (1 mgr/kgBB I.V.), maksimal 10 mgr/kgBB. i.



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan b.



Riwayat kesehatan a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas. b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat



masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.



c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain



yang pernah diderita oleh pasien). d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain



yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak). 2. Pemeriksaan fisik a.



Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi



b. Pemeriksaan persistem a) Sistem persepsi sensori b) Sistem persyarafan : kesadaran c) Sistem pernafasan d) Sistem kardiovaskuler e) Sistem gastrointestin f) Sistem integumen g) Sistem perkemihan 3. Pada fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan b. Pola nutrisi dan metabolisme c. Pola eliminasi d. Pola aktivitas dan latihan e. Pola tidur dan istirahat f.



Pola kognitif dan perseptual



g. Pola toleransi dan koping stress h. Pola nilai dan keyakinan i.



Pola hubungan dan peran



4. Pemeriksaan penunjang a.



Laboratorium



b. foto rontgent c. USG 5. Discharge Planning a. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau



perawat b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi



d. Intruksikan untuk kontrol ulang e. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.



6. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.



Hipertemia berhubungan dengan penyakit atau trauma



2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme 3.



Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif



7. RENCANA KEPERAWATAN



No.



1.



Diagnosa



Tujuan



Keperawatan



Hasil (NOC)



Hipertemia



Setelah dilakukan tindakan Mengontrol panas



berhubungan



perawatan selama ….X 24·



dengan



proses jam,



dan



pasien



penyakit.



keseimbangan



Batasan



termoregulasi



karakeristik :



kriteria hasil :



·



kenaikan ·



Suhu



Kriteria Intervensi (NIC)



Monitor suhu minimal tiap 2



mengalami jam



tubuh



·



Monitor suhu basal secara



dengan kontinyu



sesui



dengan



kebutuhan. dalam · Monitor TD, Nadi, dan RR



suhu tubuh diatas rentang normal 35,9 C –· Monitor warna dan suhu kulit rentang normal



37,5 C



·



serangan ·



atau



konvulsi rentang normal



(kejang)



·



·



·



·



· Monitor WBC,Hb, Hct



Tidak ada perubahan · Monitor intake dan output



Tidak ada pusing



· Berikan anti piretik ·



pertambahan



RR



Monitor penurunan tingkat



Nadi dan RR dalam kesadaran



kulit warna kulit



kemerahan



·



Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam



· Selimuti pasien



·



takikardi



·



·



saat disentuh



· Berikan cairan intra vena



tangan hangat



terasa



·



Lakukan Tapid sponge



Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan leher



· Tingkatkan sirkulasi udara ·



Berikan pengobatan untuk mencegah



terjadinya



menggigil Temperature Regulation ·



Monitor



tanda-



tanda



hipertermi ·



Tingkatkan intake cairan dan nutrisi



·



Ajarkan pada pasien cara mencegah



keletihan



akibat



panas ·



Diskusikan tetang pentingnya pengaturan



suhu



dan



kemungkinan efek negative dari kedinginan ·



Berikan



obat



antipiretik



sesuai dengan kebutuhan ·



Gunakan matras dingin dan mandi



air



mengatasi



hangat



untuk



gangguan



suhu



tubuh sesuai dengan kebutuhan ·



Lepasakan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan



hanya



selembar



pakaian. Vital Sign Monitoring § Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR § Catat adanya fluktuasi tekanan darah § Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk dan berbaring



§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan § Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama, dan sesudah aktivitas § Monitor kualitas dari nadi § Monitor frekuensi dan irama pernapasan § Monitor suara paru §



Monitor



pola



pernapasan



abnormal §



Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit



§ Monitor sianosis perifer § Monitor adanya tekanan nadi yang melebar , bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing Triad) §



Identifikasi penyebab dari perubahan vital Sign



2.



Resiko



injury Setelah dilakukan tindakan ·



berhubungan dengan



keperawatan selama …x aman untuk pasien



infeksi 24



mikroorganisme



Sediakan lingkungan yang



jam,



pasien



tidak ·



Identifikasi



kebutuhan



mengalami injury.



keamanan



Risk Injury



dengan kondisi fisik dan fungsi



Kriteria Hasil :



kognitif pasien dan riwayat



§ Klien terbebas dari cidera



mencegah



Menghindari lingkungan



untuk yang injury



cedera



·



resiko



berbahaya



misalnya



atau memindahkan perabotan Memasang side rail tempat



§ Klien mampu menjelaskan tidur factor



sesuai



penyakit terdahulu pasien



§ Klien mampu menjelaskan · cara/metode



pasien



dari



lingkunga atau perilaku · personal



yang nyaman dan bersih



§ Mampu memodifikasi gaya · hidup



untuk



fasilitas ·



kesehatan yang ada Mampu



yang



mudah



dijangkau pasien



Menggunakan



§



Meletakan saklar lampu



mencegah ditempat



injury §



Menyediakan tempat tidur



·



Membatasi pengunjung Memberikan penerangan



mengenali yang cukup



perubahan status kesehatan ·



Menganjurkan



keluarga



untuk menemani pasien ·



Mengontrol lingkungan dari kebisingan



·



Memindahkan barang



barang-



yang



dapat



membahayakan ·



Berikan penjelasan pada pasien



dan



keluarga



atau



pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit. 3



Resiko



Setelah dilakukan tindakan Fluid management:



kekurangan



keperawatan selama …x ·



volume



cairan 24



dengan



faktor dengan kriteria hasil :



resiko faktor yang · mempengaruhi



jam,



fluid



Pertahankan catatan intake



balance dan output yang akurat ·



Monitor status dehidrasi(



Mempertahankan urine kelembaban



membrane



output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat, tekanan



kebutuhan cairan dan BB, BJ urine normal, darah ortostatik) (hipermetabolik)



HT normal ·



·



Tekanan darah, nadi, ·



Monitor vital sign Monitor asupan makanan/



suhu tubuh dalam batas cairan dan hitung intake kalori normal ·



Tidak ada tanda- tanda · dehidrasi, elastisitas turgor ·



harian Lakukan terapi IV Monitor status nutrisi



kulit



baik,



membrane ·



mukosa lembab, tidak ada · rasa haus yang berlebihan. ·



Berikan cairan Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral



·



Berikan



penggantian



nasogastrik sesuai output ·



Dorong keluarga untuk membantu pasien makan



·



Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari



·



Kolaborasi dokter jika tanda cairan



berlebih



muncul



memburuk ·



DAFTAR PUSTAKA



Atur kemungkinan transfusi



F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies & Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGrawHill Companies; by Appleton & Lange. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak. Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S, penyunting. Textbook of pediatric emergency medicine; edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins, 1993 Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange.