LP Hipertensi 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HIPERTENSI DI RUANG AYUB 2 RS ROEMANI MUHAMADIYAH SEMARANG



Di Susun Oleh : Edo Rizkia Semptembri G3A016075



PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG 2016 / 2017



LAPORAN PENDAHULUAN



A. PENGERTIAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama( Saraswati,2009). WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Klasifikasi Hipertensi Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:



Kategori Stadium Stadium 1 (hipertensi ringan) Stadium 2 (hipertensi sedang) Stadium 3 (hipertensi berat)



Tekanan Sistolik 140-159 mmHg 160-179 mmHg 180-209 mmHg



Tekanan Diastolik 90-99 mmHg 100-109 mmHg 110-119mmHg



B. ETIOLOGI Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).



Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain: 1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol: a. Jenis kelamin Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause. (Marliani,2007). Peran hormone estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar,2005). b. Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko hipertensi (Elsanti,2009). Prevalensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. c. Keturunan (Genetik)



Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. 2. Faktor resiko yang dapat dikontrol: a. Merokok Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya. Laporan dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa upaya menghentikan kebiasaan merokok dalam jangka waktu 10 tahun dapat menurunkan insiden penyakit jantung koroner (PJK) sekitar 24.4% (Karyadi 2002). Tandra (2003) menyatakan bahwa nikotin mengganggu sistem saraf simpatis yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, dan kebutuhan oksigen jantung, merangsang pelepasan adrenalin, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak dan bagian tubuh lainnya. b. Status Gizi Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakitpenyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan



mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. c. Konsumsi Na (Natrium) Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain yang ikut berperan yaitu sistem renin angiotensin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air. Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi (Susalit dkk,2001). d. Stres Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Roehandi, 2008). Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. C. ANATOMI DAN FISIOLOGI 1. Anatomi



2. Fisiologi a. Jantung Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung adalah: Atas : pembuluh darah besar Bawah : diafragma Setiap sisi : paruparu Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis b. Arteri Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ). c. Arteriol Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat. d. Pembuluh darah utama dan kapiler Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.



e. Sinusoid Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem



retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. f. Vena dan venul Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.( John. Edisi 2 tahun 2012) D. PATOFISIOLOGI Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008). E. MANIFESTASI KLINIK Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah



marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung). F. PENATALAKSANAAN Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonic (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu: pengobatan non obat (non farmakologis) dan pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) 1. Pengobatan non obat (non farmakologis). Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat



mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak



diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat



dipakai sebagai pelengkap



untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah : a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan



garam



secara



drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis. c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol penderitanya.



2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter. a. Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan



tubuh



(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid. b. Penghambat Simpatetik Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas



). Contoh obatnya adalah : Metildopa,



Klonidin dan Reserpin. c. Betabloker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang gangguan



pernapasan seperti



asma bronkial.



telah



Contoh



diketahui mengidap obatnya



adalah



:



Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati. d. Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot



pembuluh



darah).Yang termasuk dalam golongan ini adalah:



Prasosin,



Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing. e. Penghambat ensim konversi Angiotensin Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril.Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas. f. Antagonis kalsium Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi



jantung



(kontraktilitas).



Yang



termasuk golongan obat ini adalah :



Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah. g. Penghambat Reseptor Angiotensin II



Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan. G. PENGKAJIAN FOKUS 1. Aktivitas dan Istirahat Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea 2. Sirkulasi Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katupdan penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi. Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan



diagnosis).



Hipotensi



postural



(mungkin berhubungna dengan regimen



obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis



posterior,



pedalis



tidak



teraba



atau



lemah.



Frekuensi/irama



:takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis Ekstremitas



;



perubahan



warna



kulit,



suhu



valvular.



dingin (vasokonstriksi perifer) ;



pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)



3. Integritas ego Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).



Faktor-faktor stress multiple(hubungan,



keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu). 5. Makanan dan Cairan



Gejala



: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi



lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun). Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik) 6. Neurosensori Gejala :keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur). Tanda :status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi. 7. Nyeri dan ketidaknyamanan Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (feokromositoma) 8. Pernafasan Gejala : dispnea dispnea merokok. Tanda :



nokturnal distress



yang



berkaitan



paroksismal.



dengan



Batuk



aktivitas/kerja.



Takipnea, ortopnea,



dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat



respirasi/penggunaan otot



tambahan (krekles/mengi). Sianosis. 9. Keamanan Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan.



aksesori



pernapasan. Bunyi napas



Episode parestesia unilateral transien.



Hipotensi posturnal. 10. Pembelajaran dan Penyuluhan Gejala : faktor-faktor risiko keluarga :hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit serebrovaskular/ginjal. G. Pemeriksaan Penunjang Berbagai macam pemeriksaan yang rutin dikerjakan sebagai work up dari penderita hypertensi adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan urine, yang meliputi :



a. Albumin b. Reduksi c. Sedimen d. Biakan urine ( bila da tanda infeksi uru gental ) e. BD urine 2. Pemeriksaan darah, yang meliputi : a. Hb untuk melihat adanya anemia b. BUN, serum kreatinin untuk melihat adanya kerusakan pada ginjal c. Colesterol dan trigiseda pada kasus hypertensi sebagai faktor predisposisi d. Glukosa untuk melihat adanya hyperglikemia karena DM adalah pencetus hypertensi 3. Pemeriksaan EKG, yang meliputi : a. Apakah ada hypertrofi jantung b. Adakah tanda – tanda ischemia jantung c. Adakah tanda – tanda eritmia 4. Pemeriksaan thorax, yang meliputi : a. Adakah pembesaran jantung b. Adakah tanda – tanda bendungan paru 5. Pemeriksaan funduscopy untuk melihat tanda dari hipertensi retinopathy 6. Pemeriksaan IVP atas indikasi: a. Umur < 25 thn, tekanan diastolik > 110 mmhg b. Umur > 25 thn, tekanan diastolik > 130 mmhg c. Tidak ada respon dengan obat d. Hypertensi ditandai dengan tanda – tanda penyakit ginjal



H. PATHWAYS KEPERAWATAN Terlampir I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh darah 2. Resiko gangguan ketidak efektifan jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan



kebutuhan oksigen



4. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran / penglihatan ganda (diplopia ) J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL No. diagnosa 1



Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) NOC  Efektifitas pompa jantung  Status sirkulasi  Status tanda vital Kriteria Hasil  Tanda vital dalam rentang Normal (TD, Nadi, RR)  Dapar metoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan  Tidak ada edema paru perifer dan tidak ada asites  Tidak ada penurunan kesadar



Rencana Keperawatan (NIC) 1. Pantau tekanan darah R/ Untuk mengetahui derajat hipertensi. 2. Amati warna kulit, kelembaban dan suhu R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab mungkin berkaitan dengan vasokontriksi/ mencerminkan penurunan COP 3. Berikan lingkungan tenang dan nyaman R/ Membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi. 4. Pertahankan pembatasan aktivitas R/ Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah. 5. Ajarkan teknik nafas dalam R/ 6. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi R/ Mengontrol tekanan darah



2



Setelah



diberikan



asuhan



1.



Pantau



TD,



catat



hipertensi



keperawatan selama 3x24



sistolik



jam



tekanan nadi yang semakin berat. Pantau frekuensi jantung, catat adanya



diharapkan



Perfusi



jaringan



pasien



kembali



efektif,



dengan



kriteria



hasil: a. GCS normal (15) b. Nilai TIK dalam batas normal ( 0-15 mmHg ) c. TTV dalam batas normal



2.



secara terus



adanya



Bradikardi, Takikardia



menerus



atau



dan



bentuk



3.



disritmia lainnya. Pantau pernapasan meliputi



4.



iramanya Catat status neurologis dengan teratur dan



bandingkan



normalnya



dengan



pola



dan



keadaan



5. 4



Setelah



diberikan



asuhan 1.



Berikan obat anti hipertensi. Kaji respon pasien terhadap aktivitas,



keperawatan selama 2x24



perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali



jam diharapkan pasien dapat



per menit di atas frekuensi istirahat,



berpartisipasi



dalam



peningkatan tekanan darah yang nyata



yang



selama /sesudah aktivitas,dipsnea atau



aktivitas diinginkan/diperlukan



nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang



dengan kriteria hasil: 2.



a. Melaporkan peningkatan



penghematan



dalam toleransi aktivitas



tanda-tanda



energi,



misalnya



menggunakan kursi saat mandi, duduk saat



yang dapat diukur b. Menunjukkan penurunan dalam



berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan Instruksikan pasien tentang teknik



menyisir rambut atau menggosok gigi, 3.



intoleransi fisiologi



melakukan aktivitas dengan perlahan Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi



Mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas 5



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami cidera dengan kriteria hasil: a. Pasien tidak mengalami cidera



1. 2.



3. 4. 5.



Jauhkan dari benda-benda tajam Berikan penerangan yang cukup Usahakan lantai tidak licin dan basah Pasang side rail Anjurkan pada keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas



DAFTAR PUSTAKA Adib, M.2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke. Yogjakarta:Dianloka Brunner dan Suddarth. 2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC Elsanti,S.2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan Jantung.Yogjakarta:Araska Ignatavicus, Donna, et.all. 2004. Medical Surgical Nursing. Philadelphia:W.B Sauders Company Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta:EGC NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006. NANDA International. Philadelphia. Price, A.S.2005. Patofisologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi 4), Jakarta: EGC Rohaendi.2008. Treatment Of High Blood Preassure. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sustrani, L.2006. Hipertensi.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Saraswati, S.2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat, Diabetes, Hipertensi dan Stroke. Yogjakarta:Aplus Sutanto.2009. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan Diabetes.Yogyakarta: CV Andi Offset Lili, Marliani.2007.100 Questions & Answer Hipertensi.Jakarta: PT Elex Media Komputindo