LP Isk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)



Oleh: OKTAVIANA SURNIA NIM : 14420201060 PROFESI NERS ANGKATAN XI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2021



I. KONSEP DASAR TEORI A. Definisi Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Tractus Infection adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Nuari, 2017) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pada pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria. (Sudoyo Aru, dkk, 2009) . infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012)dalam (cempaka 2018) B. Klasifikasi Jenis infeksi saluran kemih, antara lain ; 1. Kandung kemih (Sistisis) 2. Uretra (Uretritis) 3. Prostat (Prostatis) 4. Ginjal (Pielonefritis) Klasifikasi menurut letaknya : 1. ISK Atas -



Pielonefritis Akut (PNA), proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri.



-



Pielonefritis Kronis (PNK), kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.



2. ISK Bawah -



Perempuan (Sistisis), presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna.



-



Sindrom Uretra Akut (SUA), presentasi klinis sistisis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistisis bakterialis.



-



Laki-laki sistisis, proastisis, epididymis dan urethritis.



Menurut Purnomo, 2012 Infeksi Saluran Kemih diklasifikasikan menjadi dua macam: -



ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.



-



ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.



C. Etiologi ISK terjadi tergantung banyak factor seperti ; usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia: (Imvitahul Mawaddah 2018) 1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: -



Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)



-



Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated.



-



Enterobacter, Staphylococcus epididymis, enterocci, dan lain-lain.



2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:



-



Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.



-



Mobilitas menurun



-



Nutrisi yang sering kurang baik



-



Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral



-



Adanya hambatan pada aliran darah



-



Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat



D. Patofisiologi Sebagian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh Escherecia Coli, suatu organisme yang ditemukan di daerah anus. Organisme- organisme lain yang juga menyebabkan infeksi saluran kemih adalah golongan proteus, klebsiella, pseudomonas enterokok dan staphylococcus. Pada kebanyak kasus, organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih saja atau dapat pula merambat keatas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening, tetapi cara ini dianggap jarang terjadi. Tekanan dari aliran kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja antibakteri yang dimiliki oleh selaput lender uretra, sifat bakterisidal dari cairan prostat pada pria, dan sifat fagositik epitel kandung kemih. Meskipun ada mekanisme pertahanan seperti ini, infeksi tetap mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan dengan factor predisposisi. Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal. Keadaan ini disebut hidronefrosis. Di samping itu, obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih



sering disertai refluks vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal atau uretra, batu, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan congenital pada leher kandung kemih dan uretra dan penyempitan uretra. ISK sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih. Factor lain yang berperan meningkatkan infeksi saluran kemih pada wanita adalah kecenderungan menahan urin, perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dalam ureter, sehingga mereka cenderung menahan urin dibagian-bagian tersebut. Uterus pada kehamilan juga dapat menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu. Factor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah pembentukan selaput mucus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mucus ini memiliki fungsi sebagai antimikroba. Pada kedua jenis kelamin, proteksi terhadap ISK terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai bahan antibakteri. Pengidap diabetes juga berisiko mengalami ISK berulang karena tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun menurun dan peningkatan frekuensi kandung kemih neurogenik. Individu yang mengalami cedera korda spinalis atau menggunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami peningkatan risiko infeksi. (Nuari, 2017) E. Tanda dan Gejala Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2014). 1. Bakteriuria



2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis) 3. Hematuria 4. Nyeri punggung 5. Demam 6. Menggigil, nyeri ketika berkemih 7. Terdesak kencing (urgency), disuria 8. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih 9. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat. b. Urine kultur : 1) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya: streptococcus, E. Coli, dll 2) menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan 3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin. 2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP ) a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul. b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan. c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih



G. Komplikasi Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu : 1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal. 2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.



H. Penatalaksanaan Menurut M. Clevo Rendy TH, 2012, pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan : 1. Perawatan dapat berupa : a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi b. Perubahan pola hidup diantaranya : -



Membersihkan perineum dari depan ke belakang



-



Pakaian dalam dari bahan katun



-



Menghindari kopi, alkohol



c. Obat-obatan 1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri. -



Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu.



-



Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu.



-



Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.



PENYIMPANGAN KDM Akumulasi etiologi dan factor resiko(infeksi mikroorganisme, penggunaan steroid dalam jangka panjang, usia lanjut, anomaly saluran kemih, cidera uretra, riwayat isk ) Makanan terkontaminasi mikroorganisme masuk lewat mulut



Jaringan parut -> total tersumbat Obstruksi saluran kemih yang bermuara kevesika urinaria



HCL (Lambung) Risiko infeksi Hidup



Peningkatan tekanan VU Penebalan dinding VU



Usus terutama pleg player



Penurunan kontraksi otot VU Kuman mengeluarkan endotoksin Kesulitan berkemih Bakteremia primer Retensi urine Tidak difagosit Bakteremia sekunder



Hipotalamus



Peradangan



Ureter



Menekan thermoregular



Peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi



Iritasi ureteral



Hipertermi



Depresi saraf perifer Nyeri Akut



Oliguria Gangguan Eliminasi Urine



II. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Anamnesis a. Identitas klien Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009). b. Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien infeksi saluran kemih ,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar mandi tetapi kemih yang di keluarkan hanya sedikit. c. Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan dan bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa. d. Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit infeksi saluran kemih e. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam keluarga. f. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.



g. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan eliminasi urine 2) Pola nutrisi Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali 3) Pola eliminasi Eliminasi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar 4) Pola aktivitas/istirahat Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena nyeri yang di alami 5) Nilai dan keyakinan Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan penyakit yang d ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya. 2. Pemeriksaan Fisik a. Sistem Pernafasan Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit b. Sistem Kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah c. Sistem Neurologi Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorentasi.



d. Sistem Perkemihan Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus ( pembukaan yang dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria. Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi Perkusi : pada perkusi terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah abdomen dan nyeri saat berkemih e. Sistem Pencernaan Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. f. Sistem Integument Turgor kulit menurun, kulit kering. B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut a. Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan b. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengeluh Nyeri Objektif 1) Tampak meringis 2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri) 3) Gelisah 4) Frekuensi nadi meningkat 5) Sulit tidur c. Gejala dan tanda Minor



Subjektif Tidak tersedia Objektif 1) Tekanan darah meningkat 2) Pola napas berubah 3) Nafsu makan berubah 4) Proses berfikir terganggu 5) Menarik diri 6) Berfokus pada diri sendiri 7) Diaphoresis 2. Hipertermia a. Definisi Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. b. Penyebab 1) Dehidrasi 2) Terpapar lingkungan panas 3) Proses penyakit (mis: infeksi, kanker) 4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan 5) Peningkatan laju metabolisme 6) Respon trauma 7) Aktivitas berlebihan 8) Penggunaan inkubator c. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal d. Gejala dan Tanda Minor Subjektif: Objektif : 1) Kulit merah



2) Kejang 3) Takikardi 4) Takipnea 5) Kulit terasa hangat e. Kondisi Klinis Terkait 1) Proses infeksi 2) Hipertiroid 3) Stroke 4) Dehidrasi 5) Trauma 6) Prematuritas 3. Retensi Urine a. Definisi Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap b. Penyebab 1) Peningkatan tekanan uretra 2) Kerusakan arkus refleks 3) Blok spingter 4) Disfungsi neurologis (mis, trauma, penyakit saraf) 5) Efek agen farmakologis (mis, atropine, belladonna, psikotropik, antihistamin, opiate) c. Gejala dan Tanda Minor Subjektif Sensasi penuh pada kandung kemih Objektif 1) disuria/anuria 2) distensi kandung kemih d. Gejala dan tanda minor Subjektif



Dribbling Objektif 1) Inkontinensia berlebih 2) Residu urine 150 ml atau lebih e. Kondisi klinis terkait 1) Benigna prostat hiperplasia 2) Pembengkakan perineal 3) Cedera medula spinalis 4) Rektokel 5) Tumor di saluran kemih 4. Gangguan Eliminasi Urine a. Definisi Disfungsi eliminasi urine b. Penyebab 1) Penurunan kapasitas kandung kemih 2) Iritasi kandung kemih 3) Penuruan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih 4) Efek tindakan medis dan diagnostik (misalnya : operasi ginjal, operasi saluran kemih, anastesi dan obat-obatan) 5) Kelemahan otot pelvis 6) Ketidak mampuan mengakses toilet (misalnya : imobilisasi) 7) Hambatan lingkungan 8) Ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi 9) Outlet kandung kemih tidak lengkap (misalnya : anomali saluran kemih kongenital) 10) Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun) c. Gejala dan tanda mayor



Subjektif 1) Desakan berkemih (urgensi) 2) Urine menetes (dribbling) 3) Sering buang air kecil 4) Nokturia 5) Mengompol 6) Enuresis Objektif 1) Distensi kandung kemih 2) Berkemih tidak tuntas 3) Volume residu urine meningkat d. Kondisi klinis terkait 1) Infeksi ginjal dan saluran kemih 2) Hiperglikemi 3) Trauma 4) Kanker 5) Cedera/tumor/infeksi medula spinalis 6) Neuropati diabetikum 7) Neuropati alkoholik 8) Stroke 9) Parkinson 10) Skeloris multiple 11) Obat alpha adrenergik 5. Risiko Infeksi a. Definisi Beresiko mengalami pengingkatan terserang organisms patogenik b. Faktor Risiko 1) Penyakit kronis 2) Efek prosedur invasive



3) Melnutrisi 4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan 5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer a) Gangguan peristaltic b) Kerusakan integritas kulit c) Perubahan sekresi pH d) Merokok 6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder a) Penurunan hemoglobin b) Imununosupresi c) Leukopenia C. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri Akut Manajemen Nyeri a.



Tujuan dan kriteria hasil Kriteria Hasil Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan berintraksi ringan hingga berat dan konstan dapat menurut dengan kriteria hasil: 1) Keluhan nyeri menurun 2) Meringis dapat menurun 3) Gelisah dapat menurun 4) Sikap protektif dapat menurun 5) Kesulitan tidur menurun b. Intervensi keperawatan 1) Observasi a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri



b) Identifikasi skala nyeri c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup 2) Terapeutik a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas dalam) b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri c) Fasilitasi isterahat dan tidur 3) Edukasi a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 4) Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 2. Hipertermia Termoregulasi a. Tujuan dan kriteria hasil Kriteria Hasil Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal dengan kriteria hasil: 1) Suhu tubuh menurun 2) Suhu kulit menurun b. Intervensi Keperawatan 1) Observasi a) Indentifikasi penyebab hipertermia (misal : dehidrasi, terpapar lingkungan panas, pengunaan inkobator) b) Monitor suhu tubuh



c) Monitor haluaran urine 2) Terapeutik a) Sediakan lingkungan yang dingin b) Longgarkan atau lepaskan pakaian c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh d) Berikan cairan oral 3) Edukasi a) Anjurkan tirah baring 4) Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu 3. Retensi urine a. Tujuan dan kriteria hasil Pengosongan kandung kemih yang lengkap dengan kriteria hasil : 1) Desakan berkemih (urgensi) menurun 2) Distensi kandung kemih menurun 3) Berkemih tidak tuntas menurun b. Intervensi keperawatan Perawatan Retensi Urine 1) Observasi a) Identifikasi penyebab retensi urine (mis: peningkatan tekanan uretra) b) Monitor intake dan output cairan c) Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi/perkusi 2) Terapeutik a) Fasilitasi berkemih dengan interval yang teratur 3) Edukasi a) Jelaskan penyebab retensi urine



b) Anjurkan pasien atau keluarga untuk mencatat output urine 4. Gangguan eliminasi urine a. Tujuan dan kriteria hasil Pengosongan kandung kemih yang lengkap dengan kriteria hasil : 1) Desakan berkemih (urgensi) menurun 2) Distensi kandung kemih menurun 3) Berkemih tidak tuntas menurun b. Intervensi keperawatan Manejemen eliminasi urine 1) Observasi a) Indentifikasi tanda dan gejala retensi dan inkontnensia urine b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi dan inkontnensia urine c) Monitor eliminasi urine (misalnya : frekuensi, konsistensi, aroma, volume dan warna) 2) Terapeutik a) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih b) Batasi asupan cairan, jika perlu 3) Edukasi a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih b) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih 4) Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu 5. Risiko Infeksi Pencegahan Infeksi



a. Tujuan dan Kriteria Hasil Kriteria Hasil Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil: 1) Demam menurun 2) Nyeri menurun 3) Kadar sel darah putih membaik b. Intervensi Keperawatan dan Rasional 1) Observasi a) Monitor tanda dan gejalan infeksi 2) Terapeutik a) Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien b) Pertahankan teknik aseptik 3) Edukasi a) Jelaskan tanda dan gejalan infeksi b) Ajarkan etika batuk 4) Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA



Cempaka (2018) .Asuhan Keperawatan Pada Klien An.S Dengan Infeksi Saluran Kemih Di Ruangan Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Program Studi D III Keperawatan Tahun 2018 Mawaddah,I (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Infeksi Saluran Kemih (Isk) Dengan Masalah Gangguan Eliminasi Urine: Program Studi Diploma Iii Keeprawatan Sekoalh Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang Nuari, Nian Afrian. 2017. Gangguan pada Sistem Perkemihan dan Penatalaksanaan Keperawatan. Sleman : CV Budi Utama. Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Mediacton Publishing. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI Purnomo B. (2012). Dasar-Dasar Urologi. Ed. 3. Jakarta. Sagung Seto.