LP Leukimia Limfosit Kronis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, semakin banyak penyakit yang bermunculan leukimia limfosit kronik adalah penyakit yang sedang ramai dibahas. Leukemia limfositik kronis (LLK) adalah jenis kanker darah dan sumsum tulang – jaringan kenyal di dalam tulang tempat sel darah dibuat. Pengertian Kronis dalam leukemia limfositik kronis berasal dari kenyataan bahwa biasanya berkembang lebih lambat dibandingkan dengan jenis leukemia lainnya . Istilah “limfositik” pada leukemia limfositik kronis berasal dari sel-sel yang terkena penyakit – sekelompok sel darah putih yang disebut limfosit, yang membantu memerangi infeksi tubuh Anda.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian penyakit Leukimia Limfosit Kronik? 2. Apa saja penyebab penyakit Leukimia Limfosit Kronik? 3. Bagaimana Perjalanan penyakit Leukimia Limfosit Kronik? C. Tujuan 1. Mampu memahami pengertian dari penyakit Leukimia Limfosit Kronik. 2. Mampu mendeskripsikan tentang penyebab Leukimia Limfosit Kronik. 3. Mampu Menjelaskan perjalanan penyakit Leukimia Limfosit Kronik.



1



BAB II PEMBAHASAN I.



Laporan Pendahuluan A. Pengertian Leukimia Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997). Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, 2002). Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002). Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan. B. Klasifikasi Leukimia Leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan leukemia kronik. Pembagian ini



tidak menggambarkan lamanya harapan hidup tetapi menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi. Pada garis besarnya pembagian leukemia adalah sebagai berikut: 1. Leukemia myeloid a. Leukemia granulositik/myeloid/mielositik/mielogenous kronik b. Leukemia mieloblastik/granulositik/myeloid/mielositik akut 2. Leukemia limfoid



2



a. Leukemia limfositik kronik b. Leukemia limfositik akut



C. Pengertian Leukimia Limfosit Kronik Leukimia limfosit kronik merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit. . Leukemia tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda (Tejawinata, 1996). Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Leukemia limfositik kronis (LLK) adalah jenis kanker darah dan sumsum tulang – jaringan kenyal di dalam tulang tempat sel darah dibuat. Pengertian Kronis dalam leukemia limfositik kronis berasal dari kenyataan bahwa biasanya berkembang lebih lambat dibandingkan dengan jenis leukemia lainnya . Istilah “limfositik” pada leukemia limfositik kronis berasal dari selsel yang terkena penyakit – sekelompok sel darah putih yang disebut limfosit, yang membantu memerangi infeksi tubuh Anda.



D. Etiologi Penyebab LLK sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang berperan antara lain:



3



1. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri). 2. Faktor endogen seperti ras 3. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadangkadang dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur). Faktor predisposisi: 1. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV) 2. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya 3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 4. Obat-obat



imunosupresif,



obat



karsinogenik



seperti



diethylstilbestrol 5. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur 6. Kelainan kromosom Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.



4



E. Patofisiologi Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu: 1. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur. 2. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik. Ketika



leukemia



mempengaruhi limfosit atau



sel



limfoid,



maka



disebut leukemia limfositik. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya mulai membesar.Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal.



5



F. Gejala klinis 1. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. 2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. 3. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. 4. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan



berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.



5. Penurunan nafsu makan 6. Kelemahan dan kelelahan fisik



6



G. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia). Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES, granulosit, pulp cell. 70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1). 50 – 70% dari pasien Leukemia Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa: 1. Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid 2. Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid (2n+a) 3. Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion) 4. Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar sampai yang sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis



7



H. Penatalaksanaan 1. Program terapi Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu: a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan: 1) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit. 2) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.



b. Pengobatan spesifik Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak. 2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi. 3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat 4) Terapi



rumatan



(pemeliharaan)



dimaksudkan



untuk



mempertahankan masa remisi



2. fase Pelaksanaan Kemoterapi:



8



a. Fase Induksi Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan Lasparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%. b. Fase profilaksis sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. c. Konsolidasi Pada



fase



ini,



kombinasi



pengobatan



dilakukan



untuk



mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi. 3. Penatalaksanaan Keperawatan a. Pendekatan psikososial harus diutamakan b. Ruangan aseptik dan bekerja secara aseptik



9



I. Prognosis Sebagian besar LLK berkembang secara perlahan. Prognosisnya ditentukan oleh stadium penyakit. Penentuan stadium berdasarkan kepada beberapa faktor, seperti: 1. jumlah limfosit di dalam darah dan sumsum tulang 2.



ukuran hati dan limpa



3. ada atau tidak adanya anemia 4. jumlah trombosit.



II.



Konsep Asuhan Keperawatan



A. PENGKAJIAN 1. Anamnesa a. Identitas. b. Keluhan utama. c. Riwayat kesehatan sekarang. d. Riwayat kesehatan yang lalu. e. Riwayat kesehatan keluarga. 2. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas Gejala : kelelahan, malaise, kelemaha Tanda : kelemahan otot, somnolen. b. Sirkulasi Gejala : palpitasi. Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat. c. Eliminasi Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.



10



d. Makanan / cairan Gejala



:



anoreksia,



muntah,



penurunan



BB,



disfagia.



Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusimengindikasikan leukemia monositik akut). e. Integritas ego Gejala



:



perasaan



tidak



berdaya



/



tidak



ada



harapan.



Tanda : depresi, ansietas, marah. f. Neurosensori Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan. Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang. g. Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot. Tanda : gelisah, distraksi. h. Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal. Tanda : dispnea, takipnea, batuk. i. Keamanan Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.



B. DIAGNOSA 1. Hipertermi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu tubuh meningkat



11



2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien meringis 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu memasukan dan mencerna makanan ditandai dengan pasien tidak mampu mengunyah dan menelan 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan pasien tidur dan semua ADL(activity daily live) dibantu. 5. Resiko



infeksi



berhubungan



dengan



penurunan



leukosit



yang



menyebabkan penurunan daya tahan tubuh 6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, dan tidak akurat dalam mengikuti instruksi/pencegahan komplikasi.



C. INTERVENSI 1. DX 1: Hipertermi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh ditandai dengan suhu tubuh meningkat Tujuan dan criteria hasil: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan suhu tubuh pasien normal dengan criteria hasil - Suhu tubuh antara (36 – 37)0C Intervensi :



a. Kaji suhu tubuh pasien Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan intervensi b. Beri kompres air hangat 12



Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air



hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan



tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil. c. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai



toleransi)



Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. d. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. e. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi. Rasionla : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien



2. DX 2 : Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan pasien meringis



Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang/hilang dengan kriteria hasil: -



Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1)



-



Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas 13



Intervensi a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas Rasional : Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan. b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya Rasional : Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi c. Ajarkan tenik ROM Rasional : Untuk melancarkan peredaran darah sehingga nyeri berkurang d. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri



3. DX 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adanya pengangkut nutrisi ke sel ditandai dengan pasien terlihat lemas Tujuan dan criteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil: -Pasien tidak lemas -Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan berat badan yang seimbang. 14



Intervensi : a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi b. Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan) Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. e. Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral



D. IMPLEMENTASI Sesuai dengan intervensi. E. EVALUASI 1. DX 1: - Suhu tubuh antara (36 – 37)0C 2. DX 2: -Klien melaporan nyeri bekurang atau hilang skala (3-1) -Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas



15



3. DX 3: -Pasien tidak lemas -Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Menunjukkan berat badan yang seimbang.



16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah yang kami buat dapt disimpulan bahwa leukimia limfosit kronik adalah adalah jenis kanker darah dan sumsum tulang – jaringan kenyal di dalam tulang tempat sel darah dibuat dan penyebab LLK sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena virus (virus onkogenik).



B. Saran Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mahasiswa/i untuk menambah ilmu tentang defisiensi penyakit imun primer. Demikian makalh ini kami buat, dalam pembuatan makalh ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kritik dan saran sangatlah kami harapkan untuk makalah kami selanjutnya agar dalam pembuatan tugas-tugas yang akan datang kami akan menjadi lebih baik.



17