20 0 297 KB
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI POST OP: PADA PASIEN Tn. S. DENGAN CLOSE FRACTUR RADIUS ULNA DEXTRA 1/3 DISTAL DAN FRACTUR CLAVIKULA DEXTRA 1/3 LATERAL DI RUANG EDELWEIS RSUD WATES Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar Profesi Pembimbing : Ns. Agus Sarwo Prayogi, APP., S.Kep., M.H.Kes
Disusun oleh : Maulana Akbar
(P07120522020)
Rizqika Lufieta Wibowo
(P07120522075)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2022
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI POST OP: PADA PASIEN Tn. S. DENGAN CLOSE FRACTUR RADIUS ULNA DEXTRA 1/3 DISTAL DAN FRACTUR CLAVIKULA DEXTRA 1/3 LATERAL DI RUANG EDELWEIS RSUD WATES
Diajukan untuk disetujui pada : Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Pembimbing Pendidikan
(Ns. Agus Sarwo Prayogi, APP., S.Kep., M.H.Kes)
Pembimbing Lapangan
(
)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya, manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama guna mempertahankan
keseimbangan
fisiologis
maupun
psikologisnya,
untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Menurut teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow, setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigenasi), kemanan, cinta, harga diri, dan aktualiasasi diri (Budiono, 2015) Kebutuhan rasa nyaman dan aman adalah kebutuhan kedua yang harus di penuhi. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman adalah kebutuhan kedua yang harus di penuhi. Kebutuhan rasa aman dan nyaman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan kenyamanan meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan seharihari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri. Konsep kenyamanan ini memiliki subjektifitas yang sama dengan nyeri (Potter & Perry, 2012). Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya (Hidayat, 2014). Hal yang menyebabkan nyeri salah satunya adalah akibat trauma. Nyeri yang diakibatkan oleh trauma berkaitan dengan tergangguanya serabut saraf reseptor nyeri. Serabut reseptor ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam (Sutanto, Fitriana, 2017). Trauma pada jaringan yang menjadi sumber stimulus nyeri dapat dirasakan pada pasien dengan penyakit kanker, luka bakar, gastritis, tumor penyakit jantung dan fraktur. Fraktur di sebabkan karena cidera. Cidera banyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Seiring dengan perkembangan zaman maka angka kecelakaan lalu lintas terus meningkat, yang akan menimbulkan angka kejadian fraktur ikut meningkat. Hal ini juga akan menjadikan masalah nyeri ikut meningkat. Angka kejadian kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dari jumlah kecelakaan lalu lintas, terjadinya peningkatan pada kasus fraktur (Jitowijono, Kristiyanasari, 2012)
Pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi nyeri yaitu dengan cara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan farmakologi yaitu yang berkolaborasi antara dokter dengan perawat, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri. Sedangkan penanganan non farmakologi merupakan manajemen untuk menghilangkan rasa nyeri dengan menggunakan teknik yaitu pemberian kompres dingin atau panas, teknik relaksasi, terapi hypnothis, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf dan terapi music (Mediarti, 2015) B. Rumusan Masalah Bagaimana Konsep Gangguan Rasa Aman Nyaman (Nyeri) di Ruang Edelweis RSUD Wates? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui konsep gangguan rasa aman nyaman (nyeri) di Ruang Edelweis RSUD Wates 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan Konsep Gangguan Rasa Aman Nyaman (Nyeri) b. Menjelaskan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Nyaman (Nyeri)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nyeri 1. Definisi Nyeri Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya (Hidayat, 2014). Nyeri merupakan suatu bentuk pengalaman sensoris dari individu yang bersifat tidak menyenangkan dan terjadi karna adanya suatu kerusakan jaringan di bagian tubuh individu tersebut (Judha dkk, 2012). Nyeri adalah sensasi yag rumit, unik, universal dan bersifat individual. Di katakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa di samakan dengan orang lain (Sutanto, Fitriana, 2017) 2. Etiologi Nyeri Menurut NANDA (2015), menyebutkan bahwa factor agen cedera yang berhubungan dengan nyeri adalah: a. Agen cidera biologis, seperti gangguan pada jaringan tubuh, iskemia, pada jaringan, sumbatan pada saluran tubuh, edema, tumor dan lainnya. b. Zat kimia, seperti tersentuh asam atau basa yang kuat c. Fisik, seperti abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, olahraga berlebihan, trauma mekanik (benturan, gesekan, luka bakar), dan trauma elektrik d. Psikologis 3. Klasifikasi Nyeri Menurut Hidayat (2014) klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni: a. Nyeri akut Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
b. Nyeri kronis Merupakan
nyeri
yang
timbul
secara
perlahan-lahan,
biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Hal yang termaksud dalam nyeri kronis nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategosi, diantaranya nyeri tertusuk dan terbakar. 4. Respon Tubuh Terhadap Nyeri Menurut Atollah & Engkus (2013), tanda dan akibat nyeri yaitu: a. Gangguan Fisik 1) Shock akibat sakit yang berlebihan ditandai dengan nadi cepat, berkeringat, muka pucat 2) Nafsu makan menurun 3) Perasaan tidak nyaman b. Gangguan Psikologis 1) Cemas, takut, dan gelisah 2) Insomnia 3) Depresi c. Gangguan Sosial d. Gangguan Spiritual 5. Pengukuran Intensitas Nyeri Menurut Jundha (2012), intensitas nyeri dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya: a. Skala Nyeri (Hayward) Pengukuran dilakukan dengan meminta pasien memilih satu bilangan (010) yang menurutnya paling menggambarkan nyeri yang dirasakan. Skala nyeri Hayward dituliskan sebagai berikut: 1) 0 = tidak nyeri 2) 1-3 = nyeri ringan 3) 4-6 = nyeri sedang 4) 7-9 = sangat nyeri, namun masih dapat dikendalikan dengan aktivitas yang biasa dilakukan 5) 10 = sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan
b. Skala Nyeri (McGill) Pengukuran dilakukan dengan meminta pasien memilih satu bilangan (05) yang menurutnya paling menggambarkan nyeri yang dirasakan. Skala McGill dapat dituliskan sebagai berikut: 1) 0 = tidak nyeri 2) 1 = nyeri ringan 3) 2 = nyeri sedang 4) 3 = nyeri berat atau parah 5) 4 = nyeri hebat 6) 5 = nyeri sangat hebat c. Skala Nyeri Muka atau Wong-Baker Face Rating Scale Pengukuran dilakukan dengan skala wajah dengan memperhatikan mimic wajah pasien saat nyeri menyerang. Cara ini dilakukan pada pasien yang tidak dapat menyatakan intensitas nyerinya dengan skala angka, missal pada anak dan lansia.
6. Pengukuran Karakteristik Nyeri Menurut Judha dkk (2012), karakteristik nyeri dapat dilihat berdasarkan metode PQRST sebagai berikut: a. Provocate Tenaga kesehatan harus mengkaji tenang penyebab terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termaksud enghubungkan antara nyeri yang di derita dengan faktor psikologisnya. Karena biasanya terjadi nyeri hebat karena dari faktor psikologis bukan dari lukanya. b. Quality Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti
di tusuk, terbakar sakit nyeri dalam atau superfisial atau bahkan seperti digencet. c. Region Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebainya tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah nyeri yang sangat hebat. Namun hal ini akan sulit untuk dilakukan apabila nyeri yang di rasakan bersifat menyebar. d. Severe Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subjektif yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas. e. Time Tenaga kesehatan mengkaji tentang durasi dan rangkaian nyeri. Perlu di tanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.
7. Pathway Nyeri
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
(NANDA, 2015-2017; Smeltzer & Bare, 2013)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Nyeri 1. Pengkajian Menurut Brunner & Suddarth (2016), pengkajian keperawatan untuk pasien berfokus pada pemantauan keefektifan terapi dan kemampuan pasien untuk memahami dan menjelaskan strategi manajemen diri. Tanda dan gejala nyeri harus segera dilaporkan yang akan mengganggu pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman. Pengkajian keperawatan meliputi : a.
Identitas Klien Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor register, usia, agama, alamat, status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal masuk rumah sakit.
b.
Identitas Penanggungjawab
c.
Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Keluhan utama yang dirasakan klien adalah rasa nyeri. Nyeri pada pasien fraktur biasanya bersifat akut. 2) Riwayat Kesehatan sekarang Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien menggunakan pengkajian karakteristik PQRST. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu 4) Pola Aktivitas Sehari-hari a) Pola nutrisi dan metabolisme Pasien dengan nyeri biasanya terdapat penurunan nafsu makan. b) Pola eliminasi Biasanya pada pasien CHF didapatkan pola berkemih yang menurun, urine yang berwara gelap, berkemih malam hari (nokturia), dan bisa terjadi diare ataupun konstipasi. c) Pola istirahat dan tidur Pasien dengan nyeri biasanya terdapat kesulitan dalam istirahat dan tidur. d) Pola aktivitas dan latihan
Pasien dengan nyeri biasanya mengalami keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang nyeri. e) Data psikologis Pasien dengan nyeri mengalami cemas, takut, gelisah, putus asa, dan depresi. d. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa seluruh anggota tubuh (head to toe) e. Pemeriksaan Diganostik 2. Analisa Data Keperawatan yang Mungkin Muncul (SDKI, 2017) Data Subjektif: Mengeluh nyeri Objektif: Tampak meringis Bersikap protektif Gelisah Frekuensi nadi meningkat Sulit tidur Subjektif: Mengeluh nyeri Merasa depresi Objektif: Tampak meringis Gelisah Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Penyebab
Diagnosa
Agen pencedera fisiologis Agen pencedera kimiawi Agen pencedera fisik
Nyeri akut
Kondisi muskuloskeletal kronis Kerusakan sistem saraf Penekanan saraf Infiltrasi tumor Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor Gangguan imunitas Gangguan fungsi metabolik Riwayat posisi kerja statis Peningkatan IMT Kondisi pasca trauma Tekanan emosional Riwayat penganiayaan Riwayat penyalahgunaan obat/zat
Nyeri kronis
3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul (SDKI, 2017) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan gangguan aman nyaman nyeri adalah; a. Nyeri akut b. Nyeri kronis 4. Intervensi Keperawatan No. 1.
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan
(SIKI, 2019)
(SIKI, 2018)
Nyeri akut
Setelah
dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan, Observasi tingkat nyeri menurun
a. Identifikasi
lokasi,
dengan kriteria hasil:
karakteristik,
a. Keluhan
frekuensi,
nyeri
durasi, kualitas,
intensitas nyeri
menurun b. Meringis menurun
b. Identifikasi skala nyeri
c. Sikap
c. Identifikasi respons nyeri
protektif
menurun
non verbal
d. Gelisah menurun e. Kesulitan
d. Identifikasi
tidur
Membaik (L.08066)
yang
memperberat
menurun f. Frekuensi nadi
factor
dan
memperingan nyeri e. Monitor efek samping penggunaan analgetik Nursing Treatment f.
Berikan
Teknik
farmakologis
non untuk
mengurangi nyeri g. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri h. Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi i.
Jelaskan
penyebab,
periode, dan pemicu nyeri j.
Ajarkan nonfarmakologis
Teknik untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi k. Kolaborasi
pemberian
analgetik jika perlu Terapi Relaksasi Observasi a. Identifikasi relaksasi
Teknik yang
efektif
digunakan b. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Nursing Treatment c. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan
tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan d. Gunakan pakaian longgar e. Gunakan
suara
lembut
dengan irama lambat dan berirama Edukasi f. Anjurkan
mengambil
posisi nyaman g. Anjurkan
rileks
merasakan
dan sensasi
rileksasi h. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi 2.
Nyeri kronis
Setelah
dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan, Observasi tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil: a. Keluhan
nyeri
karakteristik, frekuensi,
lokasi, durasi, kualitas,
intensitas nyeri
menurun
b. Identifikasi skala nyeri
b. Meringis
c. Identifikasi respons nyeri
menurun c. Sikap
a. Identifikasi
protektif
menurun d. Gelisah menurun e. Kesulitan
tidur
non verbal d. Identifikasi
membaik
nadi
yang
memperberat
menurun Frekuensi
factor
dan
memperingan nyeri e. Monitor
efek
samping
penggunaan analgetik Nursing Treatment f. Berikan
Teknik
farmakologis
non untuk
mengurangi nyeri g. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri h. Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi i. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri j.
Ajarkan
Teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu Terapi Relaksasi Observasi a. Identifikasi relaksasi
Teknik yang
efektif
digunakan b. Monitor respons terhadap terapi relaksasi Nursing Treatment c. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan
gangguan
tanpa dengan
pencahayaan d. Gunakan pakaian longgar e. Gunakan
suara
lembut
dengan irama lambat dan berirama Edukasi f.
Anjurkan
mengambil
posisi nyaman g. Anjurkan
rileks
merasakan
dan sensasi
rileksasi h. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media. Hidayat, Uliyah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Jitowiyono, Kristiyanasari. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika Judha, Sudarti dan Fuziah. 2012. Teori Pengukuran Nyeri. Yogyakarta: Nuha Medika Brunner, & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Potter, A & Perry, A .2012 Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses, dan praktik, vol.2, edisi keempat. Jakarta: EGC Sutanto, Fitriana. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Pustaka baru press Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI