LP Ppok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK) I.



KONSEP DASAR PENYAKIT



A. PENGERTIAN Penyakit paru obstruktif kronis merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. (Tamsuir,Anas,2008). PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) ataupun COPD adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bron-kiektasis, emfisema dan asma (Smeltzer dan Bare : 2002). PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial. (Sylvia A. Price , 2006 : 784). Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan basal sesak napas, batuk, dan/atau sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari (GOLD,  2009). PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya yang merupakan bentuk kesatuan dari penyakit bronkitis kronis dan emfisema paru ataupun asma bronkial (Price, 2006). Menurut beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Definisi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan



karakteristik adanya peruba-han basal sesak napas, batuk, dan sputum yang diluar batas normal dalam variasi hari ke hari. Penyakit yang termasuk dalam kelompok PPOK adalah sebagai berikut : 1. Bronchitis Kronis a. Definisi Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut (Bruner & Suddarth, 2002). b. Etiologi Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu : 1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae. 2) Alergi 3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll c. Manifestasi klinis 1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana akanmeningkatkan produksi mukus. 2) Mukus lebih kental 3) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan normal) 4) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.  5) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. 2. Emfisema a. Definisi Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002). b. Etiologi Faktor tidak diketahui



1) Predisposisi genetik 2) Merokok 3) Polusi udara c. Manifestasi klinis 1) Dispnea 2) Takipnea 3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan 4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru 5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi 6) Hipoksemia 7) Hiperkapnia 8) Anoreksia 9) Penurunan BB 10) Kelemahan 3. Asthma Bronchiale a. Definisi Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas. b. Etiologi 1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll) 2) Infeksi saluran  nafas 3) Stress 4) Olahraga (kegiatan jasmani berat) 5) Obat-obatan 6) Polusi udara 7) Lingkungan kerja 8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet) c. Manifestasi Klinis 1) Dispnea 2) Wheezing,



3) Batuk Non Produktif 4) Takikardi 5) Takipnea (Smeltzer dan Bare : 2002). B. ETIOLOGI Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), antara lain : 1. Faktor Eksternal a. Polusi udara (bahan kimia, zat iritan, gas beracun) b. Asap rokok, (perokok pasif) kebiasaan merokok menahun (perokok aktif) Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak merokok. Resiko menderita PPOK tergantung pada umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental tobacco smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru “terbakar”. Merokok selama masa kehamilan juga dapat mewariskan faktor resiko kepada janin, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru-paru dan perkembangan janin dalam kandungan, bahkan mungkin juga dapat mengganggu sistem imun dari janin tersebut. c. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan Batubara, arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya, sehngga menyebabkan polusi dalam ruangan. 2. Faktor Internal a. Asap rokok atau zat kimia berbahaya yang masuk ke saluran pernafasan kemudian menyebabkan peradangan b. Reaksi antigen-antibodi c. Emosional : takut, cemas dan tegang d. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus e. Umur (semakin tua semakin berisiko) f. Keletihan, kelelahan, malaise.



C. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok, yaitu : 1. Batuk disertai peningkatan produksi sputum Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita. 2. Sesak Nafas Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami eksaserbasi akut. a. Bertambahnya keterbatasan aktifitas b. Terdapat gagal nafas akut pada gagal nafas kronis c. Terdapat suara nafas tambahan (mengi atau wheezing) d. Ekspirasi yang memanjang e. Bentuk dada tong (barrel chest) pada penyakit lanjut. f. Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung). g. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal h. Pernapasan cuping hidung



D. POHON MASALAH Pencetus Asma, Bronkitis, emfisema



Rokok dan Polusi Inflamasi



PPOK



Sputum meningkat Perubahan anatomis parenkim paru



Batuk



Perbesaran Alveoli



Bersihan Jalan Nafas tdk Efektif



Hipertiroid kelenjar mukosa Penyempitan saluran udara



Inflamasi Leukosit meningkat



Ekspansi paru menurun



Suplay O2 tidak adekuat Hipoksia Sesak Pola Nafas Tidak Efektif



Gg. Pertukaran Gas



Frekuensi pernafasan cepat



Imun menurun Kuman patogen & endogen difagosit makrofag Anoreksia



Kontraksi otot pernafasan Penggunaan energi untuk pernafasan meningkat Intoleransi Aktifitas



Defisit Nutrisi



F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan radiologis Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a.



Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.



b.



Corak paru yang bertambah.



Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada, yaitu : a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer. b. Corakan paru yang bertambah. 2. Pemeriksaan faal paru Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permu-kaan alveoli untuk difusi berkurang. 3. Analisis gas darah Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung kanan. 4. Pemeriksaan EKG Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.



5. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi. 6. Laboratorium darah lengkap G. PENATALAKSANAAN MEDIS Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu : 1.



Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik.



2.



Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.



3.



Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.



Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut : 1.



Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghenti-kan merokok, menghindari polusi udara.



2.



Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.



3.



Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.



4.



Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggu-naan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spas-me) masih controversial.



5.



Pengobatan simtomatik.



6.



Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.



7.



Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberi-kan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit.



8.



Tindakan rehabilitasi yang meliputi: a.



Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengelu-aran secret bronkus.



b.



Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa me-lakukan pernapasan yang paling efektif.



c.



Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani.



d.



Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.



e.



Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesu-aian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.



II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a. Identitas 1) Identitas klien. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis, dan status pernikahan. 2) Identitas penanggung jawab klien. Identitas penanggung jawab klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, status pernikahan, dan hubungan dengan klien. b. Riwayat Kesehatan 1) Alasan utama masuk rumah sakit. Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien sudah merasakan sakit yang dialami. 2) Keluhan utama Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu keluhan yang paling menganggu pasien atau mengancam nyawa pasien. 3) Riwayat kesehatan sekarang. Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien datang kerumah sakit. Pada pasien dengan sinusitis biasanya mengeluh nyeri saat BAK atau susah untuk BAK. 4) Riwayat kesehatan dahulu. Riwayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. Misalnya adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain. 5) Riwayat kesehatan keluarga. Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien.



6) Riwayat alergi. Riwayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan tertentu atau tidak. c. Genogram Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar mengetahui informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga pasien. d. Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan management Pola ini menjelaskan bagaimana klien mengatasi penyakitnya, cara klien memandang penyakitnya dan pemeliharaan kesehatannya. 2) Pola nutrisi dan metabolik Pola ini menjelaskan bagaimana makan dan minum klien, meliputi frekuensi, jenis makanan dan minuman klien serta gangguan yang terjadi pada pemenuhan nutrisi klien seperti mual dan muntah. Pada penderita sinusitis biasanya nafsu makan berkurang karena terjadi gangguan pada hidung. 3) Pola eliminasi Pola ini menjelaskan bagaimanan pola eliminasi klien, intensitas, konsentrasi, warna dan bau dari BAK dan BAB pasien. Khususnya pada pasien yang mengalami batu ureter akan lebih banyak mengalami gangguan pada saluran perkemihannya. 4) Pola aktivitas dan latihan Pola ini menjelaskan tentang sejauh mana kemandirian klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 5) Pola kognitif dan perceptual Pola ini menjelaskan tentang persepsi sensori dan kognitif pasien. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan kognitif meliputi daya ingat pasien, orientasi terhadap waktu, tempat, dan nama orang. Biasanya pada penderita. 6) Pola istirahat dan tidur Pola ini menjelaskan tentang pola istirahat dan tidur pasien, jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk.



7) Pola konsep diri dan persepsi Pola ini menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi tentang kemampuan meliputi gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. 8) Pola peran dan hubungan Pola ini menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat di sekitar tempat tinggal klien. 9) Pola reproduksi dan seksual Pola ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan system reproduksi dan seksual klien. 10) Pola koping dan toleransi Pola ini menggambarkan kemampuan pasien untuk menangani stress dan bagaimana cara klien menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi. 11) Pola nilai dan keyakinan Pola ini menjelaskan tentang bagaimana cara klien melakukan ibadah. Biasanya pasien yang menderita anemia tidak mengalam gangguan pada ibadahnya karena tidak ada organ tubuhnya yang rusak atau tidak berfungsi hanya saja penderita mengalami kelemahan dan keletihan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup hal berikut ini: Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini: 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, batuk tidak efektif, dan sekresi yang tertahan. 3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan kelemahan. 5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, faktor psikologi



C. INTERVENSI KEPERAWATAN



No 1.



Diagnosa Keperawatan Gangguan Pertukaran Gas Penyebab



Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Setelah dilakukan tindakan keperawatan …..



Standar Intervensi Keperawatan Indoensia (SIKI) Pemantauan Respirasi



x…. jam, maka pertukaran gas meningkat



Observasi



dengan kriteria hasil :







Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya







Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi







Tingkat kesadaran meningkat







Perubahan membrane alveolus-kapiler







Dispnea menurun







Bunyi nafas tambahan menurun



hiperventilasi,







Pusing menurun



ataksisk)



Tanda dan Gejala Mayor



nafas 



Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, kussmaul,



cheyne-stokes,







dyspnea







Penglihatan kabur menurun







Monitor kemampuan batuk efektif







PCO2 meningkat/ menurun







Diaforesis menurun







Monitor adanya produksi sputum







PO2 menurun







Gelisah menurun







Monitor adanya sumbatan jalan napas







Takikardia







Napas cuping hidung menurun







Palpasi kesimetrisan ekspansi paru







pH arteri meningkat/menurun







PCO2 membaik







Auskultasi bunyi napas







bunyi napas tambahan







PO2 membaik







Monitor saturasi oksigen







Takikardia membaik







Monitor nilai AGD







pH arteri membaik







Monitor hasil x-ray thoraks



Tanda dan Gejala Minor 



Pusing







Sianosis membaik



Terapeutik







Penglihatan kabur







Pola napas membaik











Sianosis







Warna kulit membaik







Diaphoresis







Gelisah



Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien







Dokumentasikan hasil pemantauan



Edukasi







Napas cuping hidung







Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan







Pola nafas abnormal







Informasikan hasil pemantauan, jika perlu







Warna kulit abnormal







Kesadaran menurun



Terapi Oksigen Observasi



Kondisi Klinis Terkait



 Monitor kecepatan aliran oksigen







PPOK



 Monitor posisi alat terapi oksigen







Gagal Jantung Kongestif



 Monitor aliran oksigen secara periodic dan







Asma







Pneumonia







Tuberkulosis paru







Penyakit membrane hialin







Asfiksia







Persisten Pulmonary Hipertension of New born (PPHN)







Prematuritas







Infeksi saluran nafas



pastikan fraksi yang diberikan cukup  Monitor



efektifitas



terapi



oksigen



(mis.



Oksimetri, AGD), jika perlu  Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan  Monitor tanda - tanda hipoventilasi  Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis  Monitor



tingkat



kecemasan



akibat



terapi



oksigen 



Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen



Terapeutik  Bersihkan secret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu  Pertahankan kepatenan jalan napas



 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen  Berikan oksigen tambahan, jika perlu  Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi  Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien Edukasi  Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah Kolaborasi  Kolaborasi penentuan dosis oksigen  Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur



No



Diagnosa Keperawatan



Standar Luaran Keperawatan Indonesia



Standar Intervensi Keperawatan Indoensia



2.



Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif



Setelah



(SLKI) dilakukan tindakan



(SIKI) keperawatan



selama …. X…. jam, maka bersihan jalan Penyebab Fisiologis



nafas meningkat dengan kriteria hasil :



Latihan Batuk Efektif Observasi 



Identifikasi kemampuan batuk







Batuk efektif meningkat







Monitor adanya retensi spuntum







Spasme jalan nafas







Produksi spuntum menurun







Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas







Hipersekresi jalan nafas







Mengi menurun







Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah







Disfungsi neuromuscular







Wheezing menurun







Benda asing dalam jalan nafas







Meconium (pada neonates) menurun







Adanya jalan nafas buatan







Dyspnea menurun







Atur posisi semi fowler







Sekresi yang tertahan







Ortopnea menurun







Pasang perlak dan bengkok di pangkuan







Hyperplasia dinding jalan nafas







Sulit bicara menurun







Proses infeksi







Sianosis menurun











Respon alergi







Gelisah menurun



Edukasi







Efek agen farmakologis







Frekuensi nafas membaik







Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif







Pola nafas membaik







Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung



Situasional



dan karakteristik) Terapeutik



pasien Buang secret pada tempat spuntum







Merokok aktif



selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,







Merokok pasif



kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir







Terpajan polutan



mencucu selama 8 detik 



hingga 3 kali



Tanda dan Gejala Mayor 



Batuk tidak efektif







Tidak mampu batuk







Sputum berlebih



Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam







Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah Tarik napas dalam yang ketiga



Kolaborasi











Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering







Meconium



Kolaborasi



pemberian



mukolitik



atau



ekspektoran, jika perlu di



jalan



napas



neontus)



(pada Manajemen Jalan Nafas Observasi



Tanda dan Gejala Minor 



Dyspnea







Sulit bicara







Ortopnea







Gelisah







Sianosis







Bunyi napas menurun







Frekuensi napas berubah







Pola nafas berubah



Kondisi Klinis Terkait







Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas







Monitor



bunyi



nafas



tambahan



(mis.



Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi) 



Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)



Terapeutik 



Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift (jaw thrust jika curiga trauma servikal)







Posisikan semi fowler atau fowler







Berikan minuman hangat







Gullian bare syndrome







Lakukan fisioterapi dada jika perlu







Sclerosis multiple







Lakukan penghisapan lender kurang dari 15







Myasthenia gravis







Prosedur diagnostic







Depresi system saraf pusat







Cedera kepala







Stroke



detik 



Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal







Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill







Berikan oksigen jika perlu







Kuadriplegia







Sindrom aspirasi meconium







Infeksi saluran nafas



Edukasi 



Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi







Ajarkan teknik batuk efektif



Kolaborasi 



Kolaborasi



pemberian



bronkodilator,



ekspektoran, mukolitik, jika perlu Pemantauan Respirasi Observasi 



Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas







Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,



kussmaul,



cheyne-stokes,



ataksisk) 



Monitor kemampuan batuk efektif







Monitor adanya produksi sputum







Monitor adanya sumbatan jalan napas







Palpasi kesimetrisan ekspansi paru







Auskultasi bunyi napas







Monitor saturasi oksigen







Monitor nilai AGD







Monitor hasil x-ray thoraks



Terapeutik







Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien







Dokumentasikan hasil pemantauan



Edukasi 



Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan







Informasikan hasil pemantauan, jika perlu



No



Diagnosa Keperawatan



Standar Luaran Keperawatan Indonesia



Standar Intervensi Keperawatan Indoensia



(SLKI)



(SIKI)



3.



Pola Napas Tidak Efektif Penyebab



Setelah dilakukan tindakan keperawatan …



Manajemen Jalan Nafas



x…. jam, maka pola nafas membaik dengan



Observasi



kriteria hasil :







Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,







Depresi pusat pernapasan







Ventilasi semenit meningkat







Hambatan upaya napas







Kapasitas vital meningkat







Deformitas dinding dada







Diameter thoraks anterior-posterior







Deformitas tulang dada







Gangguan neuromuscular







Tekanan ekspirasi meningkat







Gangguan neurologis







Tekanan inspirasi meningkat







Imaturitas neurologis







Dispnea menurun



tilt dan chin lift (jaw thrust jika curiga trauma







Penurunan energi







Penggunaan otot bantu nafas menurun



servikal)







Obesitas







Pemanjangan fase ekspirasi menurun







Posisikan semi fowler atau fowler







Posisi



Ortopnea menurun







Berikan minuman hangat



tubuh



yang



meningkat



menghambat 



usaha nafas 



Monitor



bunyi



nafas



tambahan



(mis.



Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi) 



Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)



Terapeutik 



Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head



ekspansi paru







Pernapasan pursed lips menurun







Lakukan fisioterapi dada jika perlu







Sindrom hipoventilasi







Pernapasan cuping hidung menurun







Lakukan penghisapan lender kurang dari 15







Kerusakan inervasi diafragma







Frekuensi nafas membaik







Cedera pada medulla spinalis







Kedalaman nafas membaik







Efek agen farmakologis







Ekskursi dada membaik







Kecemasan



Tanda dan Gejala Mayor 



Dyspnea







Penggunaan otot bantu pernafasan



detik 



Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal







Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill







Berikan oksigen jika perlu



Edukasi 



Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi







Fase ekspirasi memanjang







Pola nafas abnormal







Ajarkan teknik batuk efektif



Kolaborasi 



Kolaborasi







Ortopnea







Pernapasan pursed lips







Pernapasan cuping hidung



Observasi







Diameter thoraks anterior posterior







Pemantauan Respirasi







Kapasitas vital menurun







Tekanan ekspirasi menurun







Tekanan inspirasi menurun







Ekskursi dada berubah



Kondisi Klinis Terkait



Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas



meningkat Ventilasi semenit menurun



bronkodilator,



ekspektoran, mukolitik, jika perlu



Tanda dan Gejala Minor







pemberian







Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,



kussmaul,



cheyne-stokes,



ataksisk) 



Monitor kemampuan batuk efektif







Monitor adanya produksi sputum







Monitor adanya sumbatan jalan napas







Palpasi kesimetrisan ekspansi paru







Depresi system saraf pusat







Auskultasi bunyi napas







Cedera kepala







Monitor saturasi oksigen







Trauma thoraks







Monitor nilai AGD







Gullian bare syndrome







Monitor hasil x-ray thoraks







Multiple sclerosis







Myasthenia gravis







Stroke



Terapeutik 



Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien







Dokumentasikan hasil pemantauan



No







Kuadriplegia







Intoksikasi alcohol



Diagnosa Keperawatan



Edukasi



Standar Luaran Keperawatan Indonesia







Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan







Informasikan hasil pemantauan, jika perlu



Standar Intervensi Keperawatan Indoensia



4.



(SLKI) dilakukan asuhan



(SIKI)



Intoleransi Aktivitas



Setelah



Penyebab :



selama …. X 24 jam diharapkan toleransi Observasi







Ketidakseimbangan antara suplai dan



keperawatan



aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :



Manajemen Energi 



Identifikasi



gangguan



fungsi



kebutuhan oksigen







Frekuensi nadi meningkat







Tirah baring







Saturasi oksigen meningkat







Monitor kelelahan fisik dan emosional







Kelemahan







Kemudahan dalam melakukan aktivitas







Monitor pola dan jam tidur







Imobilisasi



sehari-hari meningkat







Monitor







Gaya hidup monotom



Kecepatan berjalan meningkat







Jarak berjalan meningkat



Gejala dan Tanda Mayor







Kekuatan tubuh bagian atas meningkat



Subjektif







Kekuatan







Mengeluh lelah











Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat



Toleransi



dalam



dan



ketidaknyamanan



selama



Terapeutik



bagian menaiki



lokasi



melakukan aktivitas 



tangga



meningkat



Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (ms. Cahaya, suara, kunjungan)



bawah



meningkat



Objektif



yang



mengakibatkan kelelahan







tubuh



tubuh







Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif







Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan







Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan







Keluhan lelah menurun







Dispnea saat aktivitas menurun



Gejala dan Tanda Minor







Dispnea setelah aktivitas menurun







Anjurkan tirah baring



Subjektif







Perasaan lemah menurun







Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap







Aritmia saat aktivitas menurun







Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala







Aritmia setelah aktivitas menurun







Sianosis menurun







Warna kulit membaik







Tekanan darah membaik







Dispnea saat/setelah aktivitas







Merasa



tidak



beraktivitas 



Merasa lemah



Objektif



nyaman



setelah



Edukasi



kelelahan tidak berkurang 



Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan



Kolaborasi 



Kolaborasi



dengan



ahli



gizi



tentang



cara



 



Tekanan darah berubah >20% dari







Frekuensi napas membaik



kondisi istirahat







EKG iskemia membaik



Gambaran



EKG



menunjukkan



Gambaran



EKG



menunjukkan



iskemia 



Terapi Aktivitas Observasi



aritmia vsaat/setelah aktivitas 



meningkatkan asupan makanan







Identifikasi defisit tingkat aktivitas







Identifikasi kemampuan berpatisipasi dalam aktivitas tententu



Sianosis 



Kondisi Klinis Terkait



Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yanng diinginkan







Anemia







Gagal jantung kongestif







Penyakit jantung koroner







Penyakit katup jantung







Aritmia







Penyakit







Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas







Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. Bekerja) dan waktu luang



paru



obstruktif



kronis







terhadap aktivitas



(PPOK) 



Gangguan metabolik







Gangguan muskuloskeletal



Monitor respon emosional, fisik, sosial, dan spiritual



Terapeutik 



Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami







Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang aktivitas







Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan sosial







Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia







Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih







Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai







Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih







Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan







Fasilitasi



aktivitas



pengganti



saat



mengalami



keterbatasan waktu, energi, atau gerak 



Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif







Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai







Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasikan otot







Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implisit dan emosional (mis. Kegiatan keagamaan khusus) untuk pasien demensia, jika sesuai







Libatkan keluarga dalam aktivitas, bila perlu







Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri







Fasilitasi



pasien



dan



keluarga



memantau



kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan 



Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari







Berikan penguatan positif dalam aktivitas



Edukasi 



Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu







Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih







Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan







Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai







Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas



Kolaborasi 



Kolaborasi



dengan



terapis



okupasi



dalam



merencanakan dan memonitor program aktivitas, jika sesuai 



Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu



No



Diagnosa Keperawatan



Standar Luaran Keperawatan Indonesia



Standar Intervensi Keperawatan Indoensia



5.



(SLKI) Setelah dilakukan asuhan keperawatan



Resiko Defisit Nutrisi



(SIKI) Manajemen gangguan makan



selama …. X 24 jam diharapkan status Observasi Faktor Resiko 



Ketidakmampuan



menelan







makanan 







Ketidakmampuan



mencerna







otot



mengunyah







Kekuatan otot menelan meningkat



mengabsorbsi nutrien







Serum albumin meningkat



Peningkatan







Verbalisasi



Faktor



ekonomi



(mis.







Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan)



Kondisi Klinis Terkait Stroke







Parkinson







Mobius syndrome







Cerebral palsy







Cleft lip







Cleft palate



Pengetahuan



tentang



Pengetahuan



tentang



Pengetahuan asupan



tentang



nutrisi



yang







Timbang berat badan secara rutin







Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai



 



Penyiapan











Penyiapan



Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak



standar 



Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah (mis. Medis, konseling)



dari



penyimpanan Edukasi



makanan yang aman meningkat 



Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku



pilihan



meningkat 



Dampingi kekamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan



pilihan



tepat



Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan, tanggung jawab perilaku)



untuk



minuman yang sehat meningkat 







keinginan



makanan yang sehat meningkat 



serta kebutuhan kalori







meningkatkan nutrisi meningkat



Finansial tidak mencukupi) 



Kekuatan



Ketidakmampuan kebutuhan



Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan



Terapeutik



meningkat



metabolisme 



Porsi makanan yang dihabiskan meningkat



makanan 







nutrisi membaik dengan kriteria hasil :



dari



penyimpanan







Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis.



minuman yang aman meningkat



Pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas



Sikap terhadap makanan/minuman



berlebih)







Amyotropic lateral sclerosis



sesuai dengan tujuan kesehatan







Ajarkan pengaturan diet yang tepat







Kerusakan neuromuskular



meningkat







Ajarkan keterampilan koping untuk menyelesaikan







Luka bakar







Perasaan cepat kenyang menurun







Kanker







Nyeri abdomen menurun







Infeksi







Sariawan menurun







AIDS







Rambut rontok menurun







Penyakit crohn’s







Diare menurun



Manajemen nutrisi







Enterokolitis







Berat badan membaik



Observasi







Fibrosis kistik







Indeks



masalah perilaku makan Kolaborasi 



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan







Identifikasi status nutrisi



membaik







Identifikasi alergi dan toleransi makan







Frekuensi makan membaik







Identifikasi makanan yang disukai







Nafsu makan membaik







Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien







Bising usus membaik







Identifikasi







Tebal lipatan kulit trisep membaik







Membran mukosa membaik



massa



tubuh



(IMT)



perlunya



penggunaan



selang



nasogastrik 



Monitor asupan makanan







Monitor berat badan







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium



Terapeutik 



Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu







Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)







Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai







Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah



konstipasi 



Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein







Berikan suplemen makanan, jika perlu







Hentikan



pemberian



makan



melalui



selang



nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi 



Anjurkan posisi duduk, jika mampu







Ajarkan diet yang diprogramkan



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu







Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart, dkk. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Lynda, Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC. PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Deficit Dan Criteria Hasil Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keprawatan. Jakarta : DPP PPNI Price, S.A. dan Wilson L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6. Volume 1. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 1. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC. Tamsuri, Anas .2008.Seri Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Pernafasan.Jakarta : EGC