LP Prolaps Tali Pusat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN PROLAPS TALI PUSAT



DISUSUN OLEH : NAMA



: NI MADE SUMAWATI



NPM



: 019.02.036



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN PROLAPS TALI PUSAT



DISUSUN OLEH : NAMA



: NI MADE SUMAWATI



NPM



: 019.02.036



Mengetahui CI Institusi



(



)



Mengetahui CI Klinik



( Ns. Noviany B. Rasiman, M.N.S )



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU 2020



BAB I TINJAUAN TEORI 1.



Pengertian Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul ibu (Prawiroharjo, 2012). Prolaps tali pusat merupakan keadan dimana tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah yang mengakibatkan kompresi (Stright, 2004). Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000). Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini dapat mengancam jiwa janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia (Phelan, 2013). Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000) Prolaps Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. (Maternal Invant Health)



Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu :  Prolaps Occult : Keadaan dimana tali pusat terletak diatas di dekat pelvis tetapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.  Tali Pusat mungkin fore lying : Adalah keadaan dimana tali pusat dapat diraba melalui arteum uteri, tetapi berada didalam kantong ketuban yang utuh.  Tali pusat mungkin prolaps kedalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah. ( Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)



Sumber: www.google.com Gambar 1. Gambar Prolaps Tali Pusat 2.



Klasifikasi Prolaps Tali pusat dapat dibedakan menjadi 3 derajat yaitu : 1. Occult prolapsed, jika tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. 2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka), jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketuban masih intek atau belum pecah. 3. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli), jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat



dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah (Winkjosastro, 2005).



Sumber: www.google.com Gambar 2 Klasifikasi Prolaps Tali Pusat 3.



Epidemiologi Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan atau sekitar 1:3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1:200 kelahiran, tetapi insiden dari occult prolapse 50% tidak diketahui. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala 0,5% , letak sungsang 5%, presentasi kaki 15%, dan letak lintang 20%. Prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah (Sodikin, 2008)



4. Etiologi 1. Etiologi fetal a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang, presentasi bokong, terutama presentasi kaki.



b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif bergerak. c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, kemungkinan presentasi yang tidak normal. d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak engage. e. Ruptur membran amnion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut membawa sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke vagina. 2. Etiologi Maternal a. Disproporsi kepala panggul Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung. b. Bagian terendah yang tinggi Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal. 3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta a. Tali pusat yang panjang Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung. b. Plasenta letak rendah Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.



5. Tanda dan Gejala a. Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina. b. Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan didalam bagian yang lebih sempit dari vagina. c. Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul. d. Auskultasi terdengar jantung janin ireguler e. Terdapat bradikardia janin ( DJJ 500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual. c. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular. 3. Riwayat obstetrik 



Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT







Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil







Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu 1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta. 2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan



anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir. 3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi 4. Riwayat Kehamilan sekarang 1. Hamil muda, keluhan selama hamil muda 2. Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain 3. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat 5. Pola aktifitas sehari-hari. a) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan. b) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 ) c) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. d) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau dukPemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum. 6. Pemeriksaan khusus : a. Kepala :  Rambut : Kebersihan kulit kepala  Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak



 Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.  Hidung : Kebersihan→sekret ada atau tidak, sinus paranasal membesar atau tidak.  Mulut : Kebersihan→mukosa mulut merah atau tidak, gigi berlubang atau tidak.  Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.  Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak. b. Toraks :  Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara ada striae dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau tidak, serta puting susu menonjol datar atau terbenam.  Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.  Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2 diapeks c. Abdomen :  Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.  Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.  Auskultasi : DJJ normal tidak. d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak. e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak. b. Pemeriksaan vaginal toucher c. Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasentaatau melalui tali pusat (prolaps). 2. Ketakutan dan kecemasan b/d situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu atau janin. 3. Resiko cedera terhadap janin b/d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu. 4. Koping individu inefektif b/d komplikasi persalinan. 5. Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin.



3 INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke plasentaatau melalui tali pusat (prolaps). Tujuan : Pertukaran gas pada janin efektif. Hasil yang yang diharapkan menunjukan DJJ pada batas normal, memanifestasikan variabilitas pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat. Intervensi : 1. Perhatikan maturasi janin berdasarkan riwayat ibu dan pengukuran uterus. R/ : Usia gestasi janin, harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan. 2. Lakukan manuver Leupold dan pemeriksaan vaginal steril, perhatikan presentasi dan posisi janin. R/ : Menentukan kelainan pada letak janin apakah persentasi verteks, persentasi bokong dan lain –lain. 3. Posisikan ibu telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang dipotong dengan bantal. R/ : Membantu mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola kontraksi dan irama jantung janin. 4. Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin. R/ : Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan oksigenuntuk janin. 5. Gunakan EFM (electric fetal monitoring) 15- 20 menit sebelum prosedur induksi. R/ : Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian dasar DJJ dan aktivitas uterus. 6. Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut deselerasi selama dan setelah kontraksi. R/ : Distres janin dapat terjadi karena hipoksia,mungkin dimanifestasikan dengan



penurunan viabilitas,daselerasi lambat,dan takikardi yang diikuti



dengan brakikadi.



7. Perhatikan adanya adanya deselerasi perubahan posisi ibu dari sisi ke sisi . R/



: Komperesi tali pusat di antara jalan lahir dan bagian presentasi dapat



dihilangkan dengan perubahan posisi. 8. Perhatikan warna dan jumblah cairan aminon bila ketuban pecah. R/ : Distres janin pada presentasi verteks dimanifesasikan dengan kandungan mekonim yang mrupakan akibat dari respons vegal pada hipoksia. 9. Keji reaksi DJJ terhadap kontraksi,perhatikan beradikardi atau deselerasi lambat. R/



:



Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya



hipiksia.Rentang normal DJJ adalah 120 – 160 kali permenit. 10. Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban. R/



:



Pada keadaan prolaps tali pusat dan tidak adanya dilatasi serviks



penuh,mungkin diperlukan kelahiran seksio caeserea. 11. Pantau respons janung janin untuk obat praopresi atau anestesi regional. R/ : Narkotik biasanya menurunkan viabilitas DJJ dan memerlukan pemberian naloksos (narcan) setelah melahirkan untukmemperbaiki depresi pernapasan akibat narkotik.Hipontesi maternal pada respons terhadap anestesi secara umum menyebabkan bradikardi janin sementara. Kolaborasi. 12. Tinjau ulang hasil USG dan aminiosintesis,pelvimentri,dan rasio L/S. R/



:



Menentukan usia janin dan presentasi membantu mengidentfikasi



kebutuhan



janin/neonatallain selama dan setelah kelahiran.



13. Bantu sesuai dengan kebutan dalam penggunaan elektroda janin internal R/



: Elektroda janin internal harus digunakan untuk observasi lebih



akurat,khususnya ada tanda-tanda disters janin dan mekonium. 14. Izinkan ibu berkemih sebelum pemberian oksitoksin dan sebelum penggunaan elektroda janin. R/ : Kandung kemih penuh dapat menganggu posisi janin dan penempatan pemantau. 15. Bantu dokter dengan meninggikan verteks bila diperlukan. R/ : Perubahan posisi dapat menghilangakan tekanan pada tali pusat.



16. Siapkan dokter dan perawat.Perawat intensif neonatal pada ruang melahirkan untuk jadwal dan kelahiran secara darurat . R/



: Bayi mungkin belum cukup bulan (preterm)atau dapat mengalami



perubahan respons karena kondisi dasar maternal atau perubahan proses kelahiran memerlukan perawatan segera atau resistensi. Diagnosa 2 : Ketakutan/ kecemasan b/d situasi atau ancaman yangdirasakan oleh ibu Intervensi : 1.



Diskusikansituasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan. R/ : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.



2.



Pantau respon verbal dan non verbal klien/ pasangan. R/ : Menandakan rasa cemas yang sedang dialami klien/ pasangan/ keluarga.



3.



Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin. R/ : Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi, sehingga dapat menurunkan rasa cemas.



4.



Dengarkan masalah klien secara aktif. R/ : Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri.



5.



Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala. R/ : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.



6.



Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klienuntuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur. R/ : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa cemas.



Diagnosis 3: Risiko cedera janin yang berhubungan dengan hipoksida janin dan abnormalitas pelvis ibu Tujuan :Cedera pada janin tidak terjadi . Kriteria hasil: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi. Intervensi : 1. Kaji DJJ secara manual atau elektronik ,prhatikan variabilitas perubahan periodik dan



frekuensi dasar .



R/: Untuk mendeteksi respons abnormal seperti variabilitas yang dilebihkan bradikardi



dan



takikardi



yang



mungkin



di



sebabkan



oleh



stres



,hipoksida,asidosis,atau sepsis 2. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia. R/: Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi >50 mmHg menurunkan atau menggangu oksigenasi 3.



Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi,asidosis,dan ansietas. R/:



Kadang kadang prosedur sederhana meningkatkan sirkulasi darah juga



oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksida janin . 4.



Observasi terhadap prolaps tali pusat sama atau dapat dilihat bila pecah ketuban khususnya pada janin presentasi bokong . R/: Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi pada presentasi bokong karena bagian presentasi tidak menonjol keluar juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentasi verteks.



5.



Perhatikan bau dan perubahan warna cairan aminion pada pecah ketubn lama.Dapatkan kultur bila temuan obnormal. R/ : Infeksi asendens dan spesis disertai dengan takikardi dapat tarjadi pada pada pecah ketuban lama.



Kolaborasi a. Perhatikan konfresi kontraksi uterus.Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang R/ : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat. b. Kaji malposisi dengan menggunakan manuver leoplod dan temuan pemeriksaan internal.Tinjau ulang hasil USG. R/ : Menentukan baringan janin,posisi dan presenatsi dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan. c. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi. R/ : Resiko cedera atau kematian janin meningkat dengan melahirkan pervaginam bila presentasi selain perteks. d. Berikan anti biotik pada ibu sesuai indikasi. R/ : Mencegah atau mengatasi infeksi asendens dan akan melindungi janin juga. e. Siapkan untuk kelahiran secara cesarea bila presentasi bokong terjadi,janin gagal urunkemajuan persalinan berhenti. R/



: Melahirkan pervaginam dari bokong dihubungkan dengan cedera pada



vertebra janin ,sutua otak,klavikuladan meningkan mortalitas dan morbiditas janin. Risiko hipoksia karena stimulasi vegina lama dapat dicegah dan intervensi bedah segera dilakukan. Diagnosa 4 : Resiko infeksi b/d terpaparnya tali pusat dengan udara dingin. Intervesi : 1. Lakukanpemeriksaan vagina awal R/ : Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam infeksi saluran asendens. 2. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat. R/ : Menurunkan resiko yang memerlukan/ menyebarkan agen. 3. Gunakan tekhnik aseptik selama pemeriksaan vagina. R/ :



Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari



pencapaian ke vagina. 4. Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.



R/ : Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau dapat dideteksi. 5. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih sesuai indikasi. R/ : Dalam 1 jam setelah membran ruptur, insiden koriamnionitis meningkat secara progresif sesuai waktu ditunjukan dengan peningkatan tanda- tanda vital dan leukosit.



DAFTAR PUSTAKA NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sodikin. 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC. Stright, Barbara R. 2004. Panduan Belajar: Keprerawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC. Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBBSP. https://id.scribd.com/doc/307881440/Askep-Prolaps-Tali-Pusat-Rusmiati ( diakses tanggal 19 Agustus 2020 / 19 : 00) https://id.scribd.com/doc/84878321/Askep-Pd-Klien-Dgn-Prolaps-Tali-Pusat ( diakses tanggal 20 Agustus 2020 / 12 : 30 )