12 0 225 KB
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS
OLEH: NI KOMANG AYU TRISNAWATI NIM. P07120120030 KELAS 2.1/ D III KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2022
A. Definisi Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lender sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. (Efiaty,2007 dalam Nurarif,2015). Sinusitas didefinisikan sebagai inflamasi/ peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.Sinus adalah suatu rongga/ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis akut yang sering terjadi adalah disebabkan oleh virus dan alergi akan tetapi diagnosa sinusitis fungal atau bacterial yang akurat sangatlah penting bagi kebaikan pasien dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi, seperti sinusitis kronis atau menyebarkan infeksi ke tempat lain (misalnya meningitis). Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi, infeksi virus, bakteri dan jamur. Sinusitis biasa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (Cangjaya, 2002).Fungsi sinus adalah sebagai bilik personansi saat bicara.Sinus menjadi tempat terjadinya infeksi. Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernafasan atas. Jika ostium ke dalam nasal bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpanan atau oleh turbinasi yang mengalami hipertrofi, taji atau polips, maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurative akut. Sinusitis dibagi menjadi : 1.
Akut (berlangsung kurang dari 4 minggu)
2.
Kronik (berlangsung lebih dari 12 minggu)
B. Etiologi Sinus paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah tenggorokan untuk ditelan ke saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan
menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu : 1.
Faktor Lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput lendir).
2.
Faktor Sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (Diabetes, AIDS), penggunaan obat-obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.
C. Patofisiologi Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM.Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous.Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri.Secret menjadi purulen.Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang.Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi. Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik
jika lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat.Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas. Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%).Hemopylus influenzae (2040%) dan moraxella catarrhalis (4%).Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%).Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
Pathway Membran mukosa sinus
Infeksi oleh virus/ bakteri
Inflamasi
Peningkatan sekresi mukus
Hilangnya fungsi silia normal
Edema,kemerahan, demam, nyeri kepala
Pengeluaran sekresi terhambat
Bakteri dapat masuk dan berkembang
Hipertermi / Nyeri akut
Bakteri dapat tumbuh dengan baik
Obstruksi sinus pada nasal
Penyebaran bakteri secara sistemik
Iritasi sinus
Kesalahan interpretasi
Pengobatan tidak adekuat
Sekresi nasal yang purulen
Defisiensi pengetahuan /ansietas
Komplikasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Gangguan menelan
Intracranial
Orbita, osteomyelitis & abses sub periosteal pada tulang frontal
Meningitis akut Abses subdural diotak
Gangguan istirahat tidur
D. Manifestasi Klinis 1.
Sinusitis Akut Sinusitis akut sering terjadi sebagai akibat infeksi traktus respiratorius atas, terutama infeksi virus atau eksaserbasi rhinitis alergika. Manifestasi klinis sinusitis akut : a) Nyeri diatasi area sinus Nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu : - Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi, sakit kepala. - Sinusitis frontalis : sakit kepala di dahi. - Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi, nyeri tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat. - Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang menyababkan sakit telinga dan leher b) sekresi nasal yang purulent
2.
Sinusitis Kronik Sinusitis kronik biasanya disebabkan oleh obstruksi hidung kronik akibat rabas dan edema membrane mukosa hidung. Manifestasi klinis sinusitis kronik yaitu : a) Batuk, karena tetesan konstan rabas kental kea rah nasofaring b) Sakit kepala kronis pada daerah periorbital c) Nyeri wajah, yang paling menonjol saat bangun tidur pada pagi hari d) Keletihan
Gejala yang lainnya adalah : 1.
Hidung tersumbat
2.
Hiposmia/anosmia
3.
Halitosis
E. Pemeriksa Penunjang 1.
Rinoskopi anterior : Mukosa merah, mukosa bengkak, mukosa di meatus medius
2.
Rinoskopi posterior : Mukopus nasofaring
3.
Nyeri tekan pipi sakit
4.
Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
5.
X foto sinus paranasalis: Kesuraman, gambaran “airfluidlevel”, penebalan muka
F. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari : 1.
Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang ideal 45-55%
2.
Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
3.
Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
4.
Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
5.
Antihistamin jikaada factor alergi
6.
Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah. Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis,
otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan
sebagai perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus. G. Data Fokus 1.
Data Objektif a) Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen b) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang → Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus c) Kemerahan dan Odema membran mukosa d) Pemeriksaan penunjung :
2.
-
Kultur organisme hidung dan tenggorokan
-
Pemeriksaan rongent sinus.
Data Subjektif a) Observasi nares : -
Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
-
Riwayat pembedahan hidung atau trauma
-
Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya
b) Sekret hidung : -
warna, jumlah, konsistensi secret
-
Epistaksis
-
Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.
c) Riwayat Sinusitis : -
Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
-
Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.
d) Gangguan umum lainnya : kelemahan
H. Analisa Data No.
Data
Etiologi
DS : -
Pembedahan
DO :
Anastesi
- Klien
Masalah Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
terlihat
sulit
bernafas
Pemasangan tampon
melalui hidung dan
bernafas
Aspirasi
melalui mulut 1.
- Pernafasan
Akumulasi secret
terlihat lambat - Pasien
terlihat
tidak nyaman
Ketidakefektifan jalan nafas
- RR : 14 x/menit - TD
:
110/70
mmHg - T : 36°C - N : 60 x/menit DS : -
Infeksi saluran pernafasan atas
DO : - TD
:
100/60
mmHg 2.
Makrofag menangkap benda asing yang masuk
- Nadi : 90 x/
ke tubuh
menit - Rr : 26 x/menit - Suhu
tubuh
Merangsang pengeluaran mediator kimia
39°C Prostaglandin
Hipertermia
Peningkatan set. point hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
3.
DS : -
Pembedahan
DO :
Terputusnya inkontinuitas
- Klien
terlihat
tidak
nyaman,
skala nyeri 6 - Klien
Nyeri
jaringan
Hormon BPH meningkat
terlihat
meringis
Merangsang SSp
kesakitan - Ekspresi wajah
Sensasi rasa nyeri
meringis DS : -
Perubahan pada status
Ansietas
kesehatan DO : - Klien
tampak
Ansietas
gelisah 4.
- Klien
terlihat
tegang - Klien
terlihat
cemas - Klien
terlihat
takut DS : -
Gelisah
Defisiensi pengetahuan
5.
DO : - Klien
Klien bingung terlihat
bingung dengan
Kurangnya informasi
penyakit
yang
dideritanya sekarang - Klien
tampak
gelisah - Klien
terus
bertanya-tanya dengan pernyataan yang sama DS : -
Inflamasi
Gangguan istirahat tidur
DO :
Rasa tidak nyaman karena
- Klien
sering
hidung tersumbat (buntu)
terbangun - Gelisah 6.
- Tidur
Kualitas tidur terganggu/ kurang
dari 6 jam - Nafas pendek - RR : 14 x/menit - TD
:
110/70
mmHg - T : 36°C - N : 60 x/menit
tidur tidak nyenyak
I.
Diagnosa Keperawatan 1.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
2.
Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi, pemajanan kuman
3.
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
4.
Ansietas berhubungan dengan proses penyakit (kesulitan bernapas), perubahan dalam status kesehatan (eksudet purulen)
5.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya.
6.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
J.
Perencanaan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Bersihan jalan napas tidak Tujuan : efektif berhubungan dengan Bersihan jalan nafas kembali sekresi berlebihan sekunder efektif akibat proses inflamasi
Intervensi Manajemen Jalan Nafas - Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
- Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
-
Mengobservasi pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
- Mengetahui pola nafas, frekuensi, kedalaman dan usaha nafas
-
Memonitor bunyi nafas
- Mengetahui adanya bunyi nafas tambahan
Kriteria Hasil : - Mendemonstrasikan
Rasional
batuk
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 1.
dan
dyspnea
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
dengan
bernafas
tambahan
(mis,
gurgling,
mengi,
wheezing, ronkhi)
mudah, tidak ada pursed lips)
-
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa
tercekik,
Posisikan semi fowler
- Memberikan rasa nyaman kepada pasien dan memaksimalkan menarik nanfas
irama
nafas, frekuensi pernafasan
- Kerjasama untuk menghilangkan
dalam rentang normal, tidak
-
ada suara nafas abnormal) - Mampu
menghambat
jalan
nafas. Hipertermia dengan
berhubungan Setelah
proses
pemajanan kuman
penumpukan secret/ masalah
lendir jika perlu
mengidentifikasi
dan mencegah factor yang dapat
Lakukan penghisapan
-
-
Kolaborasi pemberian
dalam obat
jika
Nebulizing dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai bronkodilator
perlu dilakukan
tindakan - Observasi TTV
- Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien
inflamasi, keperawatan 1x24 jam suhu tubuh pasien kembali normal, dengan KH : - Suhu tubuh dalam rentang - Monitor
2.
normal
suhu
tubuh
sesering mungkin
- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing - Monitor intake dan output cairan
-
Mengetahui kebutuhan pasien
- Kompres pasien pada lipat paha dan aksila - Kolaborasi
- Dapat
membantu
mengurangi demam pemberian
antipiretik
- Mengurangi
demam
dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus,
meskipun
demam
mungkin
dapat
berguna
dalam
membatasi pertumbuhan organisme
dan
autodestruksi dari selsel terinfeksi.
Nyeri
akut
berhubungan Setelah
dilakukan
tindakan
dengan iritasi jalan napas atas keperawatan 3x24 jam nyeri 3.
sekunder akibat infeks
Manajemen Nyeri -
Identfikasi
lokasi,
berkurang atau hilang, dengan
karakteristik,
durasi,
KH :
frekuensi, intensitas nyeri
kualitas,
- Mengetahui nyeri
klien
tingkat dalam
menentukan tindakan selanjutnya
- Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab
mampu
Identifikasi skala nyeri
-
Identifikasi
menggunakan
teknik untuk
nyeri,
-
nonfarmakologi mengurangi
nyeri non verbal -
nyeri,
-
Berikan
sejauhmana nyeri yang
dan
- Mengetahui faktor apa yang
memperberat
nyeri
teknik
- Klien
mengetahui
dengan
nonfarmakologis untuk
teknik relaksasi dan
manajemen
mengurangi rasa nyeri
distraksi
(mis.
dapat
nyeri - Mampu
faktor
memperingan nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri
menggunakan
Identifikasi
mengetahui
dirasakan
memperberat
mencari bantuan)
berkurang
respon
- Klen
mengenali
nyeri
Distraksi
dan
relaksasi)
(skala, intensitas, frekuensi,
sehingga
mempraktekkannya bila mengalami nyeri
dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman
-
Fasilitasi istirahat tidur
setelah nyeri berkurang
- Menghilangkan/ mengurangi
keluhan
nyeri klien -
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Untuk nyeri
mringankan
-
Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik
- Untuk
meredakan
nyeri yang dirasa
jika perlu Ansietas berhubungan dengan Setelah proses
tindakan Edukasi Teknik napas
(kesulitan keperawatan 1x24 jam cemas
-
Identifikasi
kesiapan
bernapas), perubahan dalam klien berkurang atau hilang
dan
status
menerima informasi
purulen)
4.
penyakit
dilakukan
kesehatan
(eksudet dengan KH : - Klien
mampu
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
cemas
-
-
pendidikan
memudahkan edukasi
Jadwalkan pendidikan
-
mengontrol cemas
tindakan edukasi -
Berikan
kesempatan
-
untuk bertanya
dalam
pemahaman klien -
tubuh,
ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
Agar memaksimalkan
batas
normal
Membuat kesepakatan
dan
menunjukkan tehnik untuk
- Postur
Untuk
sesuai kesepakatan
mengungkapkan
sign
-
kesehatan
- Mengidentifikasi,
- Vital
Agar klien siap
kemampuan
Sediakan materi dan media
-
Agar klien lebih memahami
tingkat
aktivitas
-
dan
tindakan yang
menunjukkan berkurangnya
manfaat teknik napas
akan diberikan
kecemasan
dalam -
Jelaskan
tujuan
Jelaskan
prosedur
Memberikan pemahaman pada
teknik napas
klien tentang proedur tindakan
-
Anjurkan
posisikan
tubuh
senyaman
-
mungkin -
ekspansi paru
Ajarkan
melakukan
inspirasi
dengan
menghirup
udara
melalui hidung secara perlahan -
Ajarkan
Memaksimalkan
melakukan
ekspirasi melalui mulut
-
Memberikan pemahaman pada klien
-
Memberikan pemahaman pada klien
Defisiensi
pengetahuan Setelah
tindakan
- Berikan penjelasan pada
berhubungan dengan kurang keperawatan 1x24 jam klien
klien tentang penyakit yang
pemahaman
informasi tentang penyakit dapat lebih memahami penyakit
di
perlahan,
tentang penyakit dan
yang
tenang
gunakan
terapi untuk penyakit
kalimat yang jelas, singkat
tersebut sehingga klien
dan mudah dimengerti
lebih kooperatif
diderita
pengobatannya
dilakukan
dan yang dideritanya, dengan KH : - Klien
dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit, kondisi, 5.
prognosis,
dan
deritanya serta
program
- Mengetahui umum
- Klien dan keluarga mampu
keadaan dan
perkembangan kondisi
prosedur - Gambarkan
tanda
dan
klien
yang dijelaskan secara benar
gejala yang biasa muncul
- Meningkatkan
- Klien dan keluarga mampu
pada penyakit dengan cara
pengetahuan
menjelaskan kembali apa
klien
- Observasi TTV
pengobatan
melaksanakan
- Meningkatkan
yang tepat
yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya Gangguan
istirahat
tidur Setelah
dilakukan
- Kaji kebutuhan tidur klien.
- Mengetahui
berhubungan dengan hidung keperawatan 1x24 jam istirahat
permasalahan
buntu.,
dalam
nyeri
peradangan hidung
sekunder tidur kembali normal, dengan KH :
kebutuhan
Klien dapat tidur 6 sampai 8
tidur
jam setiap hari 6.
tindakan
- Ciptakan
suasana
istirahat
- Agar klien dapat tidur klien
bernafas
lewat mulut - Kolaborasi
pemenuhan
yang
nyaman. - Anjurkan
klien
dengan tenang - Pernafasan
dengan
medis pemberian obat
tim
tidak
terganggu. - Pernafasan
dapat
efektif kembali lewat hidung
K. Evaluasi 1.
Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.
2.
Nyeri teratasi atau berkurang.
3.
Suhu tubuh kembali normal
4.
Rasa cemas berkurang
5.
Klien menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
6.
Istirahat tidur klien kembali normal
DAFTAR PUSTAKA
Bare, Brenda G., Suzanne C. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi., Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.
Reeves, Charlene J., Gayie Roux., Robin Lochart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keprawatan Indonesia. J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). (2018). Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610. https://www.academia.edu/9635763/LAPORAN_PENDAHULUAN_SINUSIT
IS. Diakses tanggal 23 Mei 2022 Jam 18.45 WIB https://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-sinusitis?from_action=save Diakses tanggal 23 Mei 2022 Jam 19.00 WIB
Lembar Pengesahan
Semarapura , 24 Mei 2022 Nama Pembimbing / CI,
Nama Mahasiswa,
Ns.Ni Putu Ari Malini,S.Kep.
Ni Komang Ayu Trisnawati
NIP . 1947005281992032004
Nama Pembimbing / CT
I Made Mertha, Skp.M.Kep NIP 196910151993031015
NIM : P07120120030