LP Supraventrikular Takikardi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI (SVT)



Disusun Oleh:



Ismawati Latado G3A019002



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2019



BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2009). B. Etiologi Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah sebagai berikut : 1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls. 2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls. 3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obatobat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung. 4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.



5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium. 6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi senteralntan. 7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung. 8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri. 9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung. 10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun terganggu. C. Tanda dan Gejala SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat menetap sampai berjam-jam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi anatar lain : 1) Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit 2) Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, 3) 4) 5) 6)



kulit pucat, sianosis, berkeringat Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)



7) Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus otot (Hudak & Galo, 2009) D. Patofisiologi Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity 1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari enteraltensial



aksi



jantung. Aritmia



ventrikel



karena



gangguan



automaticity biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila berhadapan dengan aritmia ventrikel



karena



gangguan



automaticity,



perlu



dikoreksi



faktor



penyebabnya yang mendasarinya. 2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini terbentuk maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak 3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi enteraltensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi enteraltensial baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization (Sudoyo, 2006).



E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah :



1.



EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.



2.



Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.



3.



Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung Mekanisme VT sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup



4.



Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu Otomatisasi Reentry gerakan dinding dan kemampuan enteralmpa.



5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan Sel mengalami percepatan Dua jalur (di atrium, AV- juntion, yang menyebabkan disritmia. bundel HIS dan ventrikel) 6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium Jalur distal dapat menyebabkan disritmia.



Jalur proksimal



Hipokalemia dan hipoksia 7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya Membentuk obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. rangkaian kondisi 8. Pemeriksaan serum Perubahan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid tertutup Ventrikel irama dapatjantung menyebabkan.meningkatkan disritmia. Takikardi 9.



Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut Terjadi aliran listrik contoh endokarditis Penurunan curah jantung sebagai faktor pencetus disritmia. antegad secara lambat 10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi Hipoksia disritmia. jaringan (Sudoyo,2006) Jalur distal terangsang Cerebral



Kardio



Pulmo Sesak nafas/ hiperventilasi



F. Pathway



Pola nafas tidak efektif Perubahan irama jantung



Intoleransi aktifitas



Terjadi kelelahan



Terjadi aliran listrik retrograd secara cepat Mempengaruhi pusat kardiovaskuler dan reduksi mekanik vena dan arteri



Inefektif perfusi jaringan kardiopulomonal



Gambar 1. Supraventrikular takikardi



BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Primer a. Airway 1) Apakah ada peningkatan sekret ? 2) Adakah suara nafas : krekels ? b. Breathing 1) Adakah distress pernafasan ? 2) Adakah hienteralksemia berat ? 3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ? 4) Apakah ada bunyi whezing ? c. Circulation 1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ? 2) Apakah ada takikardi ? 3) Apakah ada takipnoe ? 4) Apakah haluaran urin menurun ? 5) Apakah terjadi penurunan TD ? 6) Bagaimana kapilery refill ? 7) Apakah ada sianosis ? B. Pengkajian Sekunder a. Riwayat penyakit 1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi 2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi 3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi 4) Kondisi psikososial b. Pengkajian fisik 1) Aktivitas : kelelahan umum 2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat. 3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis. 4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit



5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. 6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah 7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis. 8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan. C. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi, antara lain: 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard. 2. Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler 3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.



D. Intervensi dan Rasional Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Penurunan curah setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care 1. Monitor TTV pasien jantung selama 1x24jam, diharapkan curah jantung berhubungan dengan normal dengan kriteria hasil : Cardiac pump effectiveness : perubahan denyut/irama



No



Indikator



jantung, perubahan sekuncup



jantung:



preload,



afterload,



penurunan



2. Monitor Status kardiovaskuler



Skala



Skala



awal



target



1



TD



dalam 2



4



2



batas normal 2 HR dalam



4



kontraktilitas



3



miokard.



4



batas normal 2 Tidak terdapat 2 disritmia Tidak terdapat



5



suara



jantung 2



abnormal Tidak terdapat angina Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan



3. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi dan durasi) 4. Monitor adanya perubahan



4



tekanan darah 5. Auskultasi suara jantung



5



klien 6. Anjurkan untuk istirahat



4



Rasional 1. Mengetahui kondisi umum klien 2. Mengetahui perubahan status kardiovaskuler klien 3. Mengkaji kondisi nyeri pasien 4. Mengetahui perubahan tekanan darah 5. Mengetahui adanya suara abnormal jantung 6. Mempercepat pemulihan kondisi 7. Mempercepat proses pemulihan



7. Kolaborasi pemberian obat antiaritmia 1. Mengetahui keadaan pasien Fluid monitoring 1. Monitor Balance cairan



5. tidak ada keluhan



Inefektif perfusi jaringan kardio



setelah dilakukan tindakan keperawatan Intracranial pressure 1. Monitor intake dan output selama 1x24jam, diharapkan perfusi



1. Memantau kondisi intak dan output



pulmonal



jaringan kardiopulmonal efektif, dengan 2. Ukur



klien 2. mengetahui kondisi pasien



berhubungan dengan kriteria hasil : Circulation Status : kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler



No



Indikator



tanda-tanda



tekanan



darah,



vital: nadi,



pernapasan, suhu, saturasi Skala



Skala



awal



target



O2 3. Monitor



kemampuan



aktivitas pasien 4. Anjurkan untuk



cukup



istirahat 5. Monitor Balance cairan 6. Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet



3. Mengetahui kemampuan pasien 4. Mempercepat pemulihan kondisi 5. Mengetahui keadaan pasien 6. mempercepat pemulihan kondisi



1



TTV



2



batas normal Perfusi



3 4 5 6



dalam 2



4



2



4



jaringan perifer 2 JVP tidak 2 tampak Edema perifer 2 tidak muncul Kelemahan 2 ekstrim tidak



4



ada Intake



5 4 4



dan



output seimbang Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan



Pola napas tidak efektif berhubungan dengan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management : 1. Enteralsisikan klien untuk selama 1x24 jam pola nafas efektif, dengan memaksimalkan ventilasi kriteria hasil : 2. Monitor RR klien Respiratory status : ventilation



1. Mencukupi kebutuhan oksigen 2. Mengetahui keadaan klien



hiperventilasi,



No



Indikator



Skala



Skala



1



RR dalam



awal 2



target 4



2



batas normal 2 Tidak terdapat suara



3 4



4



3. Auskultasi suara nafas klien 3. Mengeidentifikasi 4. Monitor respirasi dan status O2 5. Berikan terapi O2



suara



nafas tambahan klien 4. Mengetahui keadaan klien 5. Mencukupi kebutuhan oksigen



nafas



tambahan Tidak terdapat



adanya



2



4



2



4



dispnea Tidak terdapat nafas pendek



Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan berhubungan dengan selama 1x24 jam diharapkan aktivitas klien Ketidakseimbangan antara



suplai



dengan kebutuhan



O2



meningkat, dengan kriteria hasil : Pain Level :



Activity therapy 1. Rencanakan dan jadwalkan periode istirahat dan tirah baring yang cukup dan adekuat. 2. Pantau resenteraln



1. Upaya untuk menurunkan keletihan dan kelemahan pasien.



No



Indikator



Skala



Skala



kardiopulmonal sebelum dan



HR dalam



awal 2



target 4



sesudah beraktivitas



1 2 3



batas normal 2 RR normal 2 Tekanan darah



4 5



sistol normal 2 Tekanan darah 2 diastol normal EKG dalam



4 5 5 4



3. Minimalkan kerja



resenteraln abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.



kardiovaskuler dengan memberikan enteralsisi setengah duduk 4. Monitor RR, HR, dan



3. Mengurangi pemakaian enargi sampai kekuatan pasien pulih kembali.



tekanan darah



batas normal



4. Menjaga kemungkinan adanya 5. Ajarkan klien bagaimana



Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan



2. Menjaga kemungkinan adanya



menggunakan teknik mengontrol pernafasan



resenteraln abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 5. Pernafasan dapat meminimalkan kerja kardiopulmonal



DAFTAR PUSTAKA Cheitlin M D, dkk. (2009). Clinical Cardilogy. Edisi ke-6. California: Prenticehall Interntional Inc Hanafi B. Trisnohadi. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Hudak, C.M, Gallo B.M. (1997) Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC. McCloskey, J. & Gloria M. B. (2000).Nursing Outcome Classificatian (NOC).Second Ed. New York : Mosby. McCloskey, J. & Gloria M. B..(2005). Nursing Intervention Classificatian (NIC).Second Ed. New York : Mosby. NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC. Santoso Karo karo. (1996) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Sudoyo,D Arua, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.