LP TB PARU [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatam Medikal Bedah



DI SUSUN OLEH Atika Yuliani, S.Kep 2114901110012



PROGRAM PROFESI NERS FAKULATAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVESITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN AKADEMIK 2021



I.



Konsep Penyakit 1.1 Definisi/deskripsi penyakit 2.1.1 Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005). Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001). Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2001). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia. Klasifikasi Tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis : 1. Tuberkulosis paru 2. Bekas tuberculosis 3. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam : a. TB paru tersangka yang diobati ( sputum BTA negatif, tapi tanda – tanda lain positif )TB paru tersangka yang tidak dapat diobati ( sputum BTA negatif dan tanda – tanda lain meragukan ) 1.2 Etiologi 2.1.1 Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015).



Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut: 1. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif. 2. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker, lansia, HIV. 3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme. 4. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal ginjal kronis. 5. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia Tenggara, Haiti. 6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart. 7. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan. 8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai misalnya tunawisma atau miskin. 1.3 Tanda gejala 2.1.2 Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada, malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik (Padila,2013). 1. Gejala sistemik yaitu : a. Demam Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga timbul gejala demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri, maka terjadi 8 peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam. b. Malaise Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah. 2. Gejala respiratorik yaitu : a. Batuk Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang



terjadi



lebih



dari



3



minggu



(Suprapto,Abd.Wahid



&



Imam,2013). b. Batuk darah Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi akibat dari pecahnya pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi, berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013). c. Sesak nafas Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas ditemukan jika penyakit berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas atau karena adanya hal lain seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013). d. Nyeri dada 9 Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan berada pada tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik apabila nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam seperti ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer & Bare,2013).



1.4 Patofisiologi 2.1.3



Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paruparu atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau



proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price &



Wilson, 2005) 1.5 Pemeriksaan Penunjang 2.1.4 Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung, penderita TB diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu). b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan hasilnya BTA positif. 2. Pemeriksaan dahak a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) : S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang berkunjung pertama kali ke pelayanan kesehatan. Saat pulang pasien membawa sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua. P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas pelayanan kesehatan. S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah saat menyerahkan dahak pagi. b. Pemeriksaan biakan Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi mycbacterium tuberculosis. 3. Pemeriksaan uji kepekaan obat Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT. Pemeriksaan uji kepekaan obat harus dilakukan oleh laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu atau quality assurance. (Kemenkes,2014). 4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada TB paru meliputi : a. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat, limfositosis b. Pemeriksaan sputum BTA Untuk memastikan diagnostik paru,



pemeriksaan ini spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru berdasarkan pemeriksaan ini. c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) Yaitu uji serologi imunosperoksidase



memakai



alat



histogen



staining



untuk



menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB. d. Tes Mantoux/Tuberkulin Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB. e. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya resistensi. f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC) Deteksi Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh kuman TB. g. Pemeriksaan Radiologi Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis TB paru yaitu : 1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical lobus bawah. 2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular. 3) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru. 4) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian. 5) Bayangan millie 1.6 Komplikasi 2.1.5 Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu : 1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru. 3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.



4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency). 5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan pernafasan. 1.7 Penatalaksanaan 2.1.6 Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014): 1. Tujuan pengobatan Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien, mencegah



kekambuhan,



mencegah



kematian,



memutuskan



rantai



penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap OAT. 2. Prinsip pengobatan Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai. 3. Tahapan pengobatan pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. a. Tahap awal Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung guna mencegah terjadinya resisten obat. b. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih lama. 2.Obat anti tuberkulosis a. Isoniazid (H) Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular. Obat ini memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa gatal pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi, mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja (Astuti,2010). b. Rifampisin (R) Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna orange pada



urine dan air mata dan gangguan saluran pencernaan. c. Etambutol (E) Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi terhadap obat yang lain. d. Pirazinamid (Z) Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek samping rasa mual yang disertai nyeri ulu hati dan muntah. e. Streptomisin Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa kesemutan didaerah mulut dan muka setelah obat disuntikan.



1.8 Pathway Mycrobacterium tuberulosis Airbone / inhalasi droplet Saluran pernafasan Saluran pernafasan bawah



Saluran pernafasan atas



Bakteri yang besar bertahan di bronkus



Paru-paru Pengobatan Alveolus



Peradangan bronkus



Terjadi perdarahan



Penumpukan sekret



Efektif Sekret keluar saat batuk Batuk terus menerus Terhisap orang sehat



Resiko penyebaran infeksi Gangguan pola istirahat tidur



Nyeri



Tidak Efektif



Alveolus mengalami konsolidasi dan eksudasi



Sekret sulit dikeluarkan



Gangguan pertukaran gas



Obstruksi



Sesak nafas



Gangguan pola nafas tidak efektif



Bersihan jalan nafas tidak efektiftubuh



Penyebaran bakteri secara limfa hematogen



Peningkatan suhu tubuh



Demam



Hipertermia



Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan



Anoreksia Keletihan malaese mual muntah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan



Keletihan



Intoleransi aktivitas



II.



Rencana asuhan klien dengan gangguan Tuberculosis 2.1 Pengkajian 2.1.1 Pemeriksaan fisik: data fokus 2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas



2.2.1 Definisi Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas. 2.2.2 Batasan karakteristik  Suara napas tambahan  Perubahan pola napas  Perubahan frekuensi napas  Sianosis  Kesulitan verbalisasi  Penurunan bunyi napas 2.2.3 Faktor yang berhubungan  Mukus berlebihan  Terpajan napas  Benda asing dalam jalan napas Faktor yang berhubungan Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas 2.2.4 Definisi Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler 2.2.5 Batasan karakteristik  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.  Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Tanda-tanda Vital rentang normal 2.2.6 Faktor yang berhubungan  



Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Perubahan membrane alveolus-kapiler



2.3 Perencanaan Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): Mengeluarkan sputum, jalan nafas tetap paten



2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:  Batuk efektif  Posisi semipowler  Mobilisasi untuk memfasilitasi ekspansi dada dan ventilasi Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas 2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): Respon Ventilasi Mekanik :Dewasa,Stasus Pernapasan : Pertukaran gas 2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:  Manajemen jalan napas  Ventilasi mekanik  Terapi oksigen  Pemantauan tanda-tanda vital Daftar Pustaka Akmal Hasan, Fadli. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, Vol 7 No.2 78-83. Diakses pada tanggal 25 Juni 2020 melalui https://stikesmu-sidrap.ejournal.id/JIKP/article/view/32 Febrian, M. A. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB paru Anak di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan, 66. Diakses tanggal 05 November 2019 melalui https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/viewFile/154/151 Ganis indriati, N. S. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Tuberkulosis Paru. JOM, 729. Diakses 07 Oktober 2019 melalui https://media.neliti.com/media/publications/188864-ID-faktor-yangmempengaruhikeberhasil.pdf



NANDA Internasional 2018-2020. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit : EGC



Banjarmasin,14 Desember 2021 Preseptor akademik,



Preseptor klinik,



( Yurida Olviani, Ns.,M.Kep)



(Nurhikmah, S.Kep.,Ns)