8 0 140 KB
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT VERTIGO
DISUSUN OLEH :
NAMA : KASFIATUL IZZATI NIM : 209STYC21 KELAS : A1 TINGKAT 2 SEMESTER 4
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN MATARAM 2022
1. Pengertian Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008). Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009) 2. Etiologi Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008) 1. 2.
3.
4.
Keadaan lingkungan Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) Obat-obatan Alkohol Gentamisin Kelainan sirkulasi Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler Kelainan di telinga Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo) Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri Herpes zostes Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
5.
Peradangan saraf vestibuler Penyakit Meniere Kelainan neurologis Sklerosis multipel Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya Tumor otak Tumor yang menekan saraf vestibularis.
3. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun. Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala : a. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan b. Merasakan mual yang luar biasa c. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual d. Gerakan mata yang abnormal e. Tiba - tiba muncul keringat dingin f. Telinga sering terasa berdenging g. Mengalami kesulitan bicara h. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar i. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan 4. Komplikasi 1. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan. 2. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot. 5. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Medis Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti : Anti kolinergik Sulfas Atropin : 0,4 mg/im Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam Simpatomimetika Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit Menghambat aktivitas nukleus vestibuler Golongan antihistamin Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah: Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam. Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari : Terapi kausal Sebagian besar kausa vertigo tidak diketahui penyebabnya, sehingga terapi biasanya bersifat simtomatik. Terapi kausal disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Terapi simtomatik Ditujukan kepada 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonomnya. Pemilihan obat-obat anti vertigo tergantung pada efek obat bersangkutan, berat ringan vertigo dan fasenya. Misalnya pada fase akut dapat diberikan obat penenang untuk menghilangkan rasa cemas, disamping anti vertigo lainnya. Terapi Rehabilitasi Bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibuler. Beberapa bentuk latihan yang dapat dilakukan adalah latihan vestibuler, latihan visual vestibuler atau latihan berjalan. b. Penatalaksanaan Keperawatan Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut 6. Patofisiologi dan Pathway Dalam kondisi fisiologi / normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus.
PATHWAY Menurut NANDA Internasional (2006). Trauma
Ukuran lensa mata
cerebellum
Aliran darah
tidak sama
ke otak
Infeksi pada telinga dalam (vestibuler)
VERTIGO
Penurunan
Tekanan
fungsi kognitif
intra kranial
Stress meningkat
Tekanan pada otot leher
meningkat
Cemas
Nyeri
Koping individu tidak efektif
Gangguan pola tidur
7. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian. b. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo. c. Riwayat kesehatan yang lalu Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat. d. Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik
e. Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. f. Sirkulasi Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal. Pucat, wajah tampak kemerahan. g. Integritas Ego Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik). h. Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain). Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan5. i. Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema.
j. Nyeri/ kenyamanan Karakteristik
nyeri
tergantung
pada
jenis
sakit
kepala,
misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. Fokus menyempit Fokus pada diri sendiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. k. Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).8. l. Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit. m. Penyuluhan / pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsioral/hormone, menopause. n. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Pemeriksaan Persistem 1) Sistem persepsi sensori Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur. 2) Sistem Persarafan Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual maupun dengan alat. 3) Sistem Pernafasan Adakah gangguan pernafasan 4) Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung 5) Sistem Gastrointestinal Adakah Nausea dan muntah 6) Sistem integumen 7) Sistem Reproduksi 8) Sistem Perkemihan 9) Pola Fungsi Kesehatan a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai penyakit, pengobatan dan prognosa. b) Pola aktivitas dan latihan Adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi yang dapat memicu vertigo. c) Pola nutrisi metabolisme Adakah nausea dan muntah d) Pola eliminasi e) Pola tidur dan istirahat f) Pola Kognitif dan perseptua g) Adakah disorientasi dan asilopsia h) Persepsi diri atau konsep diri i) Pola toleransi dan koping stress j) Pola sexual reproduksiPola hubungan dan peran k) Pola nilai dan kenyakinan 1. Diagnosa Keperawatan a. Risiko jatuh berhubungan dengan pusing ketika menggerakan kepala. b. Nausea berhubungan dengan penyakit meniere, labirintitis c. Defisit self care: toileting, bathing, feeding. d. Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan perawatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi. e. Perfusi jaringan tidak efektif; cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat.
NO 1.
SDKI
SLKI
SIKI
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Gejala penyakit Kurang
pengendalian
situasional
Dukungan
sumber
daya
Gelisah menurun
Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi,
dan
Rileks meningkat
Kurangnya privasi stimulus lingkungan
Dibuktikan dengan :
3. Terapi Relaksasi
(mis.
Keluhan
(Medikasi,radiasi,kemotrapi)
2. Pengaturan Posisi Observasi
finacial,social
samping
kenyamanan
Keluhan tidak nyaman menurun
pengetahuan) Efek
status
/ meningkat, dengan kriteria hasil :
lingkungan Ketidakadekuatan
....
1. Manajeman Nyeri
terapi
kepanasan/
menurun Gatal menurun Menangis menurun
kualitas dan intensitas nyeri kedinginan
Identifikasi skala nyeri Identifikasi respon non verbal Identifikasi
faktor
yang
memperberat
dan
memperingan nyeri
Polaa eliminasi membaik
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Postur tubuh membaik
Monitor respons terhadap teraapi relaksasi
Data Subyektif :
Teraupetik
Mengeluh sulit tidur
Berikan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Tidak mampu rileks Mengeluh kepanasan/kedinginan Merasa gatal
(terapi pijat, kompres hangat/dingin) Control lingkunngan yang memperberat nyeri (suhu rungana, pencahayaan, kebisingaan) Fasilitasi istirahat dan tidur
Data Obyektif : Menunjukan gejala distress
Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
Tampak merintih/ menangis
Beri posisi nyaman
Pola eliminasi berubah
Ciptakan lingkungan yang nyamaan
Postur tubu berubah
Tempatkan posisi teurapetik Atur posisi teraupetik Atur
posisi
yang
disukai,
jika
tidak
aada
kontraindikasi Motivasi melakukan ROM aktif dan pasif Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi Ubah posisi setiap 2 jam Gunakan pakaian yang longgar Edukasi Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Ajarkan teknik relaksaasi Ajarkan latihan nafas dalam Informasikaan saat akan dilakukan posisi Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Anjurkan mengambil posisi nyaman Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi Kalaborasi Kalaborasi
pemberian
premidikasi
sebelum
mengubah posisi,jika perlu 2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : Ketidakseimbangan
antara
suplai
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan selama .... status aktivitas membaik,
kebutuhan oksigen
dengan kriteria hasil :
Tirah baring
Tidak mengeluh lelah
Kelemahan
Pola nafas membaik
Imobilitas
Merasa nyaman
Gaya hidup monoon
Tidak erasa lemah
Dibuktikan dengan :
Frekuensi jantung membaik
Data Subyektif :
Tekanan darah membaik
Mengeluh lelah Dispneu saat/setelah aktivitas Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas Merasa lemah Data Obyektif : Frekuensi jantung meningkat > 20% dari
1. Manajeman energii 2. Terapi akivitas 3. Dukungan ambulasi Observasi Identifikasi
gangguan
fungsi
tubuh
yang
mengabitkan kelelahan Monitor kelelahan fisik dan emosional Monitor lokasi daan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya Identifikasi toleransi jantung dan tekanan tekanan darah sebelum memulai ambulasi Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Teraupetik Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
kondisi istirahat
Lakukan latihan renatang ferak pasif atau aktif
Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat Gambaran
berpindah atau berjalan EKG
menunjukan atritmia
saat/setelah aktivitas Sianosis
Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidaak dpat Edukasi Anjurkan melakukan ambulsi sedini mungkin Ajarkan ambulasi sederhana Anjurkan tirah baring Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Kalaborasi Kalaborasi
pemberian
mengubah posisi,jika perlu
premidikasi
sebelum
Daftar Pustaka Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC