16 0 616 KB
I. LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN VERTIGO ”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita
yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum). Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang
dapat
kita
saksikan
adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003). Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008). 1
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta, 2005) Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009) Jenis vertigo Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu 1.
Vertigo Periferal Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis,
yaitu
telinga
bagian
tengah
yang
bertugas
mengontrol
keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2
2.
Vertigo Sentral Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi
tentang posisi
tubuh
ke
otak
untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
2.
ETIOLOGI VERTIGO Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008) 1.
Keadaan lingkungan Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2.
Obat-obatan a. Alkohol b. Gentamisin
3.
Kelainan sirkulasi Transient
ischemic
attack
(gangguan
fungsi
otak sementara
karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
3
4. Kelainan di telinga a. Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo) b. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri c. Herpes zoster d. Labirintitis (infeksi labirin di dalam teling e. Peradangan saraf vestibuler f. Penyakit Meniere 5. Kelainan neurologis a. Sklerosis multiple b. Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya c. Tumor otak d. Tumor yang menekan saraf vestibularis.
4
3. PATOFISISIOLOGI VERTIGO 1. Anatomi Vertigo Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo: a.
Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia: 1) Reseptor mekanis divestibulum 2) Resptor cahaya diretina 3) Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat keseimbangan di otak: 1) Saraf vestibularis 2) Saraf optikus 3) Saraf spinovestibulosrebelaris. c. Pusat-pusat
keseimbangan,
berperan
dalam
proses
modulasi,
komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis 2.
Patofisiologi Vertigo Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan 5
muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata disebut nistagnus. 4. Manifestasi klinis 1. Vertigo Sentral Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturutturut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler. 2. Vertigo perifer Lamanya vertigo berlangsung: a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik. Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan. b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
6
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan. Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium(gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere. c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam. Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan
total
pada
beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna. Pada penderita 7
dengan
serangan vertigo mendadak
harus
ditelusuri
kemungkinan
stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular periferyaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.
N
VERTIGO PERIFERAL
VERTIGO SENTRAL
O
(VESTIBULOGENIK)
(NON-VESTIBULER)
1
Pandangan gelap
Penglihatan ganda
2
Rasa lelah dan stamina menurun
Sukar menelan
3
Jantung berdebar wajah
Kelumpuhan otot-otot
4
Hilang keseimbangan
Sakit kepala yang parah
5
Tidak mampu berkonsentrasi
Kesadaran terganggu
6
Perasaan seperti mabuk
Tidak mampu berkata-kata
7
Otot terasa sakit
Hilangnya koordinasi
8
Mual dan muntah-muntah
Mual dan muntah-muntah
9
Memori dan daya pikir menurun Sensitif Tubuh terasa lemah pada cahaya terang dan Suara
8
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Tes Romberg yang dipertajam Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
2.
Tes Melangkah ditempat (Stepping Test) Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing) Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal) kemudian kembali kesemula 4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus 5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita 6. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul 7.
Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan somatosensori
9
6. PENATALAKSANAAN 1. Vertigo posisional Benigna (VPB) a. Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo. b. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan. 2.
Neurotis Vestibular Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3.
Penyakit Meniere Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere. Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah: a. Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan berikutnya.
10
b.
Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
c. Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya. 4.
Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut) Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan vestibular dengan
dosis
rendah
dengan
tujuan
meningkatkan
mobilisasi.
Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi. 5.
Sindrom Vertigo Fisiologis Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6.
Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler) a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam b. RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna terjadi lebih dari 24 jam. Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat.
11
Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo: Tujuannya: 1.
Melatih
gerakan
kepala
yang
mencetuskan vertigo atau disekuilibrium
untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun 2.
Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
3.
Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
contoh latihan: a.
Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
b. Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak miring) c.
Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup
d. Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup e. Berjalan “tandem” f. Jalan menaiki dan menuruni lereng g. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical h. Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga menfiksasi pada objek yang diam Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
12
13
B. KONSEP KEPERAWATAN 1.
Fokus Pengkajian a.
Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b.
Sirkulasi Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan
c.
Integritas Ego Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d.
Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e.
Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara
yang
keras,
epitaksis,
parastesia,
kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema. f.
Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
14
g.
Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h.
Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i.
Penyuluhan / pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2.Pathway Vertigo
(Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi)
15
3. Nursing care plan (Rencana Asuhan Keperawatan) a. Analisis Data No
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Subjektif (S)
Gangguan
Stress dan
Gangguan rasa nyaman
rasa nyaman
ketegangan,
nyeri berhubungan
nyeri
iritasi/
dengan stress dan
bahwa nyeri
tekanan
ketegangan, iritasi/
kalau akan
syaraf,
tekanan syaraf,
dilakukan
vasospressor,
vasospressor,
ganti posisi,
peningkatan
peningkatan
2.
intrakranial.
intrakranial ditandai
1.
Klien
mengatakan
Klien
mengatakan
dengan menyatakan
sudah terjadi
nyeri yang dipengaruhi
perubahan
oleh faktor misal,
pola tidur
perubahan posisi,
karena nyeri
perubahan pola tidur,
yang
gelisah.
dirasakan Objektif (O) 1.
Pucat
pada daerah wajah 2.
Klien
tampak gelisah
16
2.
Subjektif (S)
Koping
ketidak-
Koping individual tak
1. Perubahan
individual tak adekuatan
efektif berhubungan
ketidakmamp
efektif
relaksasi,
dengan ketidak-
uan,
metode
adekuatan relaksasi,
keputusasaan
koping tidak
metode koping tidak
,
adekuat,
adekuat, kelebihan
ketidakberda
kelebihan
beban kerja
yaan depresi
beban kerja
Objektif (O) 1. Otot-otot daerah leher juga menegang 2.Penurunan refleks tendon dalam
3. Subjektif (S)
Kurang
keterbatasan
Kurang pengetahuan
1.klien tidak
pengetahuan
kognitif,
(kebutuhan belajar)
tahu akan
(kebutuhan
tidak
mengenai kondisi dan
penyakit
belajar)
mengenal
kebutuhan pengobatan
yang diderita
mengenai
informasi dan berhubungan dengan
kondisi dan
kurang
keterbatasan kognitif,
kebutuhan
mengingat
tidak mengenal
Objektif (O) 1.ketidak-
adekuatannya pengobatan
informasi dan kurang
mengikuti
mengingat
instruksi.
17
b. Intervensi Kperawatan NO
DIAGNOSA
INTERVENSI
RASIONAL
KEPERAWATAN DAN TUJUAN 1.
Gangguan rasa nyaman
1.Pantau tanda-tanda
1. Mengenal dan
nyeri berhubungan dengan
vital, intensitas/skala
memudahkan dalam
stress dan ketegangan,
nyeri
melakukan tindakan
iritasi/ tekanan syaraf,
keperawatan
vasospressor, peningkatan
2. Anjurkan klien
2. istirahat untuk
intrakranial ditandai
istirahat ditempat tidur.
mengurangi intesitas
dengan menyatakan nyeri
nyeri
yang dipengaruhi oleh
3. Atur posisi pasien
3. posisi yang tepat
faktor misal, perubahan
senyaman mungkin
mengurangi
posisi, perubahan pola
penekanan dan
tidur, gelisah.
mencegah ketegangan otot
Tujuan: setelah melalui
serta mengurangi
perawatan selama 1 x 24
nyeri.
jam gangguan rasa
4. Ajarkan teknik
4. relaksasi
nyaman nyeri dapat
relaksasi dan napas
mengurangi
teratasi.
dalam
ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
5. Kolaborasi untuk
5. analgetik berguna
pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2.
Koping individual tak
1. Kaji kapasitas
1. Mengenal sejauh
efektif berhubungan
fisiologis yang bersifat
dan mengidentifikasi
dengan ketidak-adekuatan
umum
penyimpangan
18
relaksasi, metode koping
fungsi fisiologis
tidak adekuat, kelebihan
tubuh dan
beban kerja
memudahkan dalam melakukan tindakan
Tujuan: setelah melalui
keperawatan.
perawatan selama 1 x 24
2. Sarankan klien untuk
2. klien akan
jam koping individu
mengekspresikan
merasakan kelegaan
menjadi lebih adekuat
perasaannya
setelah mengungkapkan segala perasaannya dan menjadi lebih tenang
3. Berikan informasi
3. agar klien
mengenai penyebab
mengetahui kondisi
sakit kepala,
dan pengobatan
penenangan dan hasil
yang diterimanya,
yang diharapkan.
dan memberikan klien harapan dan semangat untuk pulih.
4. Dekati pasien dengan
4. membuat klien
ramah dan penuh
merasa lebih berarti
perhatian, ambil
dan dihargai.
keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan. 3.
Kurang pengetahuan
1. Kaji tingkat
1. megetahui
(kebutuhan belajar)
pengetahuan klien dan
seberapa jauh
mengenai kondisi dan
keluarga tentang
pengalaman dan
kebutuhan pengobatan
penyakitnya.
pengetahuan klien
berhubungan dengan
dan keluarga tentang 19
keterbatasan kognitif,
penyakitnya
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat
2. Berikan penjelasan
2. dengan
pada klien tentang
mengetahui penyakit
Tujuan: setelah melalui
penyakitnya dan
dan kondisinya
perawatan selama 1 x 24
kondisinya sekarang.
sekarang, klien dan
jam pasien mengutarakan
keluarganya akan
pemahaman tentang
merasa tenang dan
kondisi, efek prosedur dan
mengurangi rasa
proses pengobatan.
cemas 3. Diskusikan mengenai
3. agar klien mampu
pentingnya posisi atau
melakukan dan
letak tubuh yang normal merubah posisi/letak tubuh yang kurang baik. 4. Anjurkan pasien
4. dengan
untuk selalu
memperhatikan
memperhatikan sakit
faktor yang
kepala yang dialaminya
berhubungan klien
dan faktor-faktor yang
dapat mengurangi
berhubungan
sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring, beristirahat pada saat serangan.
20
Daftar Pustaka
Mansjoer et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo Aru.W et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Doengoes Marilynn. E et al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999. Marilynn E. Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta, 1999. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415 Terapi Akupunktur untuk Vertigo.pdf/144_15 Terapi Akupunktur untuk Vertigo.html Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.
21