Lp&Askep Kep Anak Hiperpireksia Ayu Wardani 1720035 R. Anggrek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN AN. B DENGAN KASUS HIPERPIREKSIA DI RUANG ANGGREK 2 RSU MITRA DELIMA Departemen Keperawatan Anak



Disusun Oleh:



AYU WARDANI (1720035)



PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG 2021



LAPORAN PENDAHULUAN AN. B DENGAN HIPERPIREKSIA A. DEFINISI Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu sehat atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2 Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2005). Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,10 C. Hiperpereksia sangat berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme, fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >430 C dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 430 C sampai 450 C.14



B. KLASIFIKASI 1. KLASIFIKASI DEMAM UNTUK MENENTUKAN TINDAKAN Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serious bacterial infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale Acute Illness Observation Scale atau Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) dapat merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik empirik. Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi: 1.



Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,



diagnosis etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau tanpa bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut. 2.



Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium, misalnya demam tifoid.



3.



Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus. Di samping klasifikasi tersebut di atas, masih ada klasifikasi lain yaitu



klasifikasi kombinasi yangmenggunakan tanda kegawatan dan umur sebagai entry, dilanjutkan dengan tanda klinis, lama demam dan daerah paparan sebagai kriteria penyebab, seperti terlihat pada algoritme di bawah ini.



C. ETIOLOGI Penyebab dari demam antara lain dimungkinkan oleh : 1.



Infeksi



2.



Toksemia



3.



Keganasan



4.



Pemakaian obat.



5. Gangguan pada pusat regulasi suhu tubuh, seperti pada heat stroke, perdarahan otak, koma, atau gangguan sentral lainnya Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan hiperpireksia dapat dibagi sebagai berikut: a. Set point hipotalamus meningkat 1) Pirogen endogen •



Infeksi







Keganasan







Alergi







panas karena steroid







penyakit kolagen



2) Penyakit atau zat •



kerusakan susunan saraf pusat







keracunan DDT







racun kalajengking







penyinaran







keracunan epinefrin



b. Set point hipotalamus normal 1) Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas •



hipertermia malignan







hipertiroidisme







Hipernatremia







keracunan aspirin



2) Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas •



mandi sauna berlebihan







panas di pabrik







pakaian berlebihan



3) Pengeluaran panas tidak baik (rusak) •



displasia ektoderm







kombusio (terbakar)







keracunan phenothiazine







heat stroke



c. Rusaknya pusat pengatur suhu 1) Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus: • ensefalitis/ meningitis • trauma kepala • perdarahan di kepala yang hebat



D. MANIFESTASI KLINIS Tanda gejala dari hiperpireksia adalah sebagai berikut: 1. Suhu lebih tinggi dari 37,8 – 40oC 2. Kulit kemerahan 3. Hangan pasa sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil 6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan Masih banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan somolen. E. PATOFISIOLOGI Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,50 C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5 0 C diatas normal pada malam hari.3 Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point sekitar 370 C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point. Hipotalamus posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot rangka dalam bentuk menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan vasokontriksi kulit dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tubuh tetap dipertahankan tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat. Umumnya peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel PMN untuk



membuat pirogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin 6 atau tumor nekrosis faktor. Pirogen endogen bekerja di hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigenase membentuk protaglandin selanjutnya prostaglandin meningkatkan set point hipotalamus. Selain itu pelepasan pirogen endogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipiretik endogen) yang ikut memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam jiwa.



F. PATHWAY



Etiologi



Faktor Endogen: Mikroorganisme (virus, bakteri)



Faktor Eksogen



Sel host inflamasi Tubuh kehilangan cairan dan elektrolit



Sitokin Pirogen Terbentuk



Mempengaruh i hipotalamus anterior



Cairan ekstrasel dan intrasel menurun



Aksi antipiretik Demam



Peningkatan suhu tubuh



Evaporasi tubuh meningkat



Kecepatan metabilosme meningkat



Metabolisme n meningkat



Gangguan rasa nyaman



pH tubuh menurun Hipertermi



Hipovolemia pH tubuh menurun



Konsentras i, pikiran logis



rewel



cemas Masukan makanan dan minuman menurun



Risiko Defisit Nutrisi



kelemahan



Intoleransi aktifitas



Defisit Pengetahua n



G. KOMPLIKASI Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan otak



H. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara klinis faktor risiko tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu: 1. Pemeriksaan awal Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung jenis



lekosit 2. Pemeriksaan atas indikasi Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro



spinal, toraks foto I. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pasien hiperpireksia berupa: 1. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran. 2. Pakaian anak di lepas 3. Berikan oksigen 4. Berikan anti konvulsan bila ada kejang 5. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal. Tidak boleh



memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin. 6. Berikan kompres es pada punggung anak 7. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5-1 mgr/kgBB (I.V). 8. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin melalui



nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema. 9. Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen (1 mgr/kgBB I.V.),



maksimal 10 mgr/kgBB.



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan b. Riwayat kesehatan a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah. c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). d) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik. 1.



Pemeriksaan fisik (Head to toe) a.



Kulit dan rambut Inspeksi: Kulit: pucat, tidak ada lesi, turgot kulit menurun, edema Rambut: tidak rontok, berwarna hitam/coklat, bersih/kotor Palpasi: akral teraba dingin



b. Kepala Inspeksi: Bentuk simetris atau tidak, bentuk kepala bulat/lontong, terdapat lesi atau tidak, bentuk bola mata, sclera mata ikhterik, ukuran telinga, telinga simtris atau tidak antara kanan dan kiri, terdapat serumen atau tidak pada telinga, terdapat benjolan atau tidak pada area telinga, bentuk hidung simetris atau tidak, pada hidung terdapat secret/ lesi atau tidak, bentuk mulut simetris atau tidak, lidah bersih atau tidak, gigi bersih atau tidak mukosa bibir palpasi : terdapat nyeri tekan/tidak pada kepala, terdapat benjolan atau tidak pada hidung



c.



Leher : Inspeksi: bentuk leher simetris, terdapat benjolan dilehar/tidak Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid



d. Paru Inspeksi: simetris antara kanan dan kiri, tidak cekung ataupun menonjol Palpasi: getaran local femitus sama antara kanan dan kiri Auskultasi: bunyi suara paru vasikuler atau tidak Perkusi: resonan e. Abdomen Inspeksi: perut simetris atau tidak, terdapat luka atau tidak Palpasi: terdapat nyeri tekan atau tidak Auskultasi: terdapat suara bising usus atau tidak Perkusi: resonan f. Ekstremitas Inspeksi: terdapat luka atau tidak di ekstremitas atas maupun bawah Palpasi: terdapat nyeri tekan atau tidak di ekstremitas atas maupun bawah g. Genetalia : tidak ada kelainan B. DIAGNOSA 1. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal 2. Hypovolemia b.d evaporasi tubuh meningkat d.d suhu tubuh diatas normal 3. Risiko deficit nutrisi dibuktikan dengan nafsu makan menurun 4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot d.d merasa lemah dam mengeluh Lelah 5. Deficit pengetahuan b.d keterbatasan kognitif d.d menunjukkan perilaku berlebih (rewel) C. INTERVENSI KEPERAWATAN SDKI



SLKI



SIKI



Hipertermi Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh Penyebab: 1. Dehidrasi 2. Terpapar lingkungan panas



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan termoregulasi membaik. Dengan kriteria hasil: Termoregulasi (L.14134)



MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506) 1. Observasi ▪ Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan incubator) ▪ Monitor suhu tubuh



No 1A



Indikator Pucat



1 2 1 2 



3 3



4 4



5 5



3.



Proses penyakit (mis. infeksi, kanker) 4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan 5. Peningkatan laju metabolisme 6. Respon trauma 7. Aktivitas berlebihan 8. Penggunaan inkubator Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. (tidak tersedia) Objektif 1. Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1. (tidak tersedia) Objektif 1. Kulit merah 2. Kejang 3. Takikardi 4. Takipnea 5. Kulit terasa hangat Kondisi Klinis Terkait 1. Proses infeksi 2. Hipertiroid 3. Stroke 4. Dehidrasi 5. Trauma 6. Prematuritas



Hipovolemia Definisi: Penurunan volume cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraselular. Penyebab: 1. Kehilangan cairan aktif 2.kegagalan mekanisme regulasi 3.Peningkatan permeabilitas kapiler 4.Kekurangan intake cairan 5.Evaporasi Tandad Gejala Mayor Subjektif (tidak ada) Objektif 1. Frekuensi nadi meningkat 2.nadi terasa lemah



2A 3A



Suhu tubuh Suhu kulit



1 2  1 2 



3



4



5



3



4



5



Keterangan: A: 1 : Menurun 2 : Cukup menurun 3 : Sedang 4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun C: 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan status cairan membaik. Dengan kriteria hasil: SLKI: Status Cairam (L.03028) No Indikator 1 2 3 4 5 1A Output 1 2 3 4 5 urine 2A Turgor 1 2 3 4 5  kulit 3A Perasaan 1 2 3 4 5 lemah 3A Intake 1 2 3 4 5  cairan 4C Suhu 1 2 3 4 5 tubuh Keterangan: A: 1 : Menurun 2 : Cukup menurun 3 : Sedang 4 : Cukup meningkat



▪ Monitor kadar elektrolit ▪ Monitor haluaran urine 2. Terapeutik ▪ Sediakan lingkungan yang dingin ▪ Longgarkan atau lepaskan pakaian ▪ Basahi dan kipasi permukaan tubuh ▪ Berikan cairan oral ▪ Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) ▪ Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila) ▪ Hindari pemberian antipiretik atau aspirin ▪ Batasi oksigen, jika perlu 3. Edukasi • Anjurkan tirah baring 4. Kolaborasi ▪ Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu



Manajemen Hipovolemia (I.03116) Observasi 1.Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nad! meningkt ae ran mukoea tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit ey kering, Volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah ) 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik 1.Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan asupan cairan oral Edukasi -Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral -Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak



3.TD menurun 4. Tekanan nadi menyempit 5. Frekuensi nadi Meningka 6.Nadi teraba lemah 7.Tekanan darah menurup 8.Tekanan nadi menyempi 9.Turgor kulit menurun 10.Membran mukosa kering 11.Volume urin menurun Hematokrit meningkat Tandad Gejala Minor Subjektif 1.Merasa lemah 2.Mengeluh haus



5 : Meningkat B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun C: 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik



Kolaborasi -Pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL) .. -Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) -Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate) -Kolaborasi pemberian produk darah



Objektif 1.Pengisian vena menurun 2.Status mental berubah 3.Suhu tubuh meningkat Konsentrasi urin meningkat Berat badan turun tiba-tiba



Risiko Defisit Cairan Definisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme Faktor Risiko 1. Ketidakmampuan menelan makanan 2. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient 4. Peningkatan kebutuhanmtebolisme 5. Factor ekonomi 6. Factor piskologis Kondisi Klinis Terkait 1. Srokre 2. Parkinson 3. Mobius syndrome 4. Cerebral palsy 5. Cleft lip 6. Cleft palate 7. Amyotropic lateral sclerocis 8. Kerusakan neuromuscular 9. Luka bakar 10. Kanker 11. Infeksi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan status nutrisi membaik. Dengan kriteria hasil: SLKI: Status Nutrisi (L.03030) No Indikator 1 2 3 4 5 1A Frekuensi 1 2 3 4 5 makan 2A Nafsu 1 2 3 4 5 makan 3C Membrane 1 2 3 4 5 mukosa Keterangan: A: 1 : Menurun 2 : Cukup menurun 3 : Sedang 4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun C: 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang



Manajemen Gangguan Makan (1.03111) Tindakan: Observasi: - monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori Terapeutik: - timbang berat badan secara rutin - diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik yang sesuai - lakukan kontrak perilaku - damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan Kembali makanan - berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku - berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak - rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah Edukasi:



12. 13. 14. 15.



AIDS Penyakit Crohn’s Enterocolitis Fibrosis kistik



Intoleransi Aktivitas Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari



1.



2. 3. 4. 5.



1. 1.



1. 2. 3. 1.



2.



3. 4.



Penyebab Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tirah baring Kelemahan Imobilitas Gaya hidup monoton Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengeluh lelah Objektif frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat Gejala dan Tanda Minor Subjektif Dispnea saat/setelah aktivitas Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas Merasa lemah Objektif Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas Gambaran EKG menunjukan iskemia Sianosis



4 : Cukup membaik 5 : Membaik



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan Toleransi Aktivitas Meningkat dengan kriteria hasil: Toleransi Aktivitas (L.05047)



- anjurkan membuat catatan haria tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan - anjurkan pengaturan diet yang tepat - anjurkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan Kolaborasi: Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan MANAJEMEN ENERGI (I. 05178) 1. Observasi ▪ Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan ▪ Monitor kelelahan fisik dan emosional ▪ Monitor pola dan jam tidur ▪ Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas 2. Terapeutik ▪ Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) ▪ Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif ▪ Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan ▪ Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan 3. Edukasi ▪ Anjurkan tirah baring ▪ Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap ▪ Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang ▪ Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan 4. Kolaborasi



1. 2. 3. 4. 5. 6.



7. 8.



▪ Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



Kondisi Klinis Terkait Anemia Gagal jantung kongesif Penyakit jantung koroner Penyakit katup jantung Aritmia Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) Gangguan metabolik Gangguan muskuloskeletal



Defisit Pengetahuan Definisi: Defisit Pengetahuan (D.0111) Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Penyebab: 1. Keterbatasan kognitif 2. Gangguan fungsi kognitif 3. Kekeliruan mengikuti anjuran 4. Kurang terpapar informasi 5. Kurang minat dalam belajar 6. Kurang mampu mengingat 7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi.



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat. Dengan kriteria hasil: SLKI: Tingkat (L.12111) No Indikator 1A



2A



3A



4A



Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik Kemampuan menggambarka n pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik Perilaku sesuai dengan pengetahuan Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi Presepsi keliru terhadap masalah Perilaku



Gejala Tanda Mayor Subjektif: 1. Menanyakan masalah yang 5B dihadapi Objektif: 1. Menunjukkan 6C perilaku tidak sesuai anjuran Keterangan:



SIKI: Edukasi Kesehatan (I.12383) Definisi: Mengidentifikasi pengelolaan faktor risiko penyakit dn perilaku hidup Pengetahuan bersih serta sehat. 1



2



3



1



2



3



1



2



3



1



2



3



1



2



3



1



2



3



1



2



3



Observasi 4 5 1. Identifikasi kesiapan dan 4 kemampuan 5 menerima informasi 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi hidup bersih dan 4 perilaku 5 sehat. Terapeutik 1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup 4 5 bersih dan sehat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya 4Edukasi 5 1. Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi 4 5 Kesehatan 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 3. Ajarkan strategi yang 4 5 dapat digunakan untuk



2. Menunjukkan A: presepsi yang kliru 1 : Menurun terhadap masalah 2 : Cukup menurun 3 : Sedang Gejala Tanda Minor 4 : Cukup meningkat Subjektif: 5 : Meningkat (Tidak tersedia) Objektif: B: 1. Menjalani 1 : Meningkat pemeriksaan yang 2 : Cukup meningkat tidak tepat 3 : Sedang 2. Menunjukkan 4 : Cukup menurun perilaku berlebihan 5 : Menurun (mis. Apatis, bermusuhan, C: agitasi, histeria) 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik



meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat



DAFTAR PUSTAKA



F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2007). Chapter 11: Emergencies & Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange. Richard C. Dart, MD, PhD. (2007). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta. Todd J. Kilbaugh Jimmy W. Huh Mark A. Helfaer. (2006). Chapter 34: Disorders of Temperature Control. Current Pediatric Therapy, 18th ed.Saunders, An Imprint of Elsevier.



ASUHAN KEPERAWATAN AN. B DENGAN KASUS HIPERPIREKSIA DI RUANG ANGGREK 2 RSU MITRA DELIMA Departemen Keperawatan Anak



Disusun Oleh:



AYU WARDANI (1720035)



PROGAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG 2021



PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK



Nama Mahasiswa



: Ayu Wardani



Tempat Praktik



: R. Cempaka



NIM



: 1720035



Tgl. Praktik



: 7 Juni 2021



1. IDENTITAS PASIEN Nama



: An. B



No Reg



TTL



: 23 November 2018 Tanggal MRS



Usia



: 2 Th



Nama orang tua



: Tn W



: 86032 : 9 Juni 2021



Tanggal Pengkajian :9 Juni 2021



Pekerjaan orang tua : Swasta Alamat



: Gedangan



Suku



: Jawa



Agama



: Islam



Pendidikan orang tua: Diagnosa Medis



: Hiperpireksia dan ISPA



2. KELUHAN UTAMA a. Saat MRS



: Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya demam Sejak 3 hari yang lalu (



06/06/2021) yang disertai batuk pilek, mual dan muntah. Pada tanggal 09 Juni 2021 ibu pasien membawa pasien ke IGD RSU Mitra Delima. Ketika di rumah pasien sudah diberi obat tapi panas tidak turun. b. Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan bahwa panasnya sudah agak turun namun masih batuk pilek 3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN a.



Prenatal



: Ibu melahirkan bayinya pada usia 34 tahun. Ibu ANC di bidan (BPM)



sebanyak 2 kali pada trimester 1 dan 2 kali pada trimester 2, dan 3 kali pada trimester 3. Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum jamu-jamuan. Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun, menular dan menahun seperti DM, hepatitis dan hipertensi



b.



Natal : Ibu melahirkan di Rumah Sakit, jenis persalinan Sesar pada tanggal 23 November 2018



c.



Post Natal



: Bayi lahir dengan kondisi baik,, berat janin 2800 gr, dengan panjang 48



cm serta tidak ada kelainan.



4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU a. Penyakit masa lalu



:



Ibu pasien mengatakan sebelumnya An.B pernah mengalami pilek, demam serta batuk b. Riwayat dirawat di RS Ibu



klien



mengatakan



: sebelumnya



klien



belum



pernah



dirawat



dirumah



sakit, tidak pernah dilakukan operasi. c. Riwayat pengobatan : Sebelumnya pasien diberi obat penurun panas akan tetapi panas tidak turun. d.



Riwayat alergi : Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan.



e.



Riwayat kecelakaan



:



Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami jatuh saat belajar berjalan, jatuh dari kasur, dan An.B tidak pernah mengalami kecelakaan saat berkendara. f.



Riwayat imunisasi



:



Ibu pasien mengatakan imunisai yang diberikan An. B lengkap g.



Pola Asuh



: Tidak terkaji



h.



Riwayat tumbuh kembang : 1) Motorik kasar



: Ibu pasien mengatakan An. B dirumah sudah bisa berjalan dengan



baik,berjalan mundur, lari, naik tangga, menendang bola ke depan, berdiri 1 kaki 1 detik, berdiri 1 kaki 2 detik,melompat dengan 1 kaki, berdiri 1 kaki 3 detik. 2) Motorik halus



: An.B telah bisa menyusun mainan seperti kubus 2-4 menara,



mengambil manik-manik, mencoret-coret, menggoyangkan jari, mencontoh O dan + 3) Sosialisasi



: An. B sudah bisa minum dengan cangkir, menirukan kegiatan,



main bola, menyatakan keinginan, menyebut nama teman, mengambil makanan 4) Bahasa



: An. B sudah bisa menyebutkan 1-3 kata, menunjuk 2 gambar,



mengerti 2 kata sifat, menyebut 1 warna, menghitung 1 kubus



5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA



Ibu pasien An. B merupakan anak ke 3 dari 4



P



bersaudara, kemudian menikah dengan suaminya yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dan kedua orang tuanya masih hidup. Pasien An. B merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara



Keterangan: : laki- laki : Perempuan



: pasien



6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR



Kebutuhan Dasar



Sebelum MRS



MRS



1. Pola Nutrisi



An. B makan 3



An. B makan nasi



-



Makanan



kali porsi normal



tim



-



Cairan



habis



menghabiskan



dengan



3x



dan ½



bubur dan biasa



porsi



lauk pauk sayur



An. B minum susu



bening.



botol kecil ukuran



An. B minum



250ml, 1 hari 2 botol



susu botol kecil



dan minum air putih



ukuran 250ml, 1



sedikit tapi sering.



hari 2-3 botol. Selain itu anak B juga



sudah



meminum



air



putih ±4 gelas perhari. 2. Pola Eliminasi



An. B ganti pempers An. sebanyak



6-7



perhari.



B



ganti



pempers



kali sebanyak 5-6 kali perhari.



Pempers Pempers penuh BAK dan



penuh BAK dan BAB belum BAB 2 kali. 3. Pola Istirahat & Tidur



An.



B



biasa



tidur An. B bisa tidur selama



malam selama 8 jam beberapa jam tetapi juga dan tidur siang selama sering



terbangun



dan



2 jam.



menangis



4. Personal hygiene



Mandi 2 kali sehari



Seka 1x sehari



5. Aktivitas



An. B aktif bergerak An. B hanya diam dan mandiri



dan



sudah bermain boneka di bed



bermain



bersama dengan didampingi orang



teman-temannya.



tuanya.



7. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum : compos mentis b. Tanda-tanda Vital



: Nadi 108x/menit SPO2 99x/menit room air RR : 26x/menit S : 38,4°c BB : 11 kg



c. Pemeriksaan Kepala



:



Simetris, tidak ada luka atau benjolan pada kepala, rambut hitam dan tipis d. Pemeriksaan Leher



:



Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis e. Pemeriksaan Thorax



:



1)



Jantung



: bentuk dada simetris



2)



Paru



: pergerakan dada normal



3)



Mammae



: Bentuk normal tidak ada kelainan



4)



Ketiak



: tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe



f. Pemeriksaan Abdomen



: peristaltic usus 13 kali/menit



g. Pemeriksaan Ekstremitas



:



Ekstremitas atas : terpasang infus di tangan sebelah kanan Ekstremitas bawah: normal Kekuatan otot : 5 5 5 5 Keterangan kekuatan otot: 0 : Paralis, tidak ada kontraksi otot sama sekali 1 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali 2: Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi 3 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)



4 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan minimal 5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan maksimal (kekuatan normal) Kontraktur



: (-)



Pergerakan



Deformitas



: (-)



Pembengkakan: (-)



Edema:



-



-



-



-



Nyeri/nyeri tekan: (-)



h. Pemeriksaan Genetalia



Pus : (-)



: normal



Luka: (-)



:



tidak ada kelainan dan tidak terpasang kateter i. Pemeriksaan Integumen



:



Kulit teraba hangat, warna kulit sawo matang, lesi (-), tekstur halus, turgor