Luka Bakar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN CASE STUDY LUKA BAKAR POST DEBRIDEMENT



STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM PROFESI NERS SEMESTER I



NUZLIE RIZKY BRILLIANITA I4B019062



UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN PURWOKERTO 2019



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian trauma merupakan penyebab terbesar ketiga kematian dan kecacatan diseluruh dunia terutama di negara berkembang yang jumlahnya melebihi lima juta orang meninggal pada tahun 2002. Menurut Komisi Trauma IKABI, trauma diartikan sebagai kejadian bersifat holistik yang dapat menghilangkan produktivitas seseorang (Komisi Trauma IKABI 2014). Penyebab terjadinya trauma salah satunya adalah luka atau kondisi kulit kehilangan integritasnya sehingga tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Luka sendiri dapat terjadi karena adanya faktor pendukung terbentuknya luka seperti benda tajam, benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, ataupun gangguan hewan (Salim 2015). Jenis trauma luka yang memiliki angka morbiditas dan mortalitas tertinggi adalah luka bakar. Di Indonesia sendiri, kasus luka bakar masih menjadi tantangan besar bagi tenaga kesehatan (Kementrian Kesehatan RI 2019). Hal ini dikarenakan perawatan pemulihan pasien dengan luka bakar membutuhkan biaya yang tinggi, perawatan dan rehabilitasi yang sukar dan lama, serta dibutuhkan keterampilan tenaga medis yang terlatih. Data ini didukung oleh WHO yang menyebutkan bahwa 96% kasus luka bakar terjadi pada masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah yang tingggal di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah ataupun di daerah yang umumnya tidak memiliki infrastruktur untuk mengurangi kejadian kebakaran (WHO 2019). Oleh karena itu, penanganan luka bakar harus mendapat penatalaksanaan khusus dari fase akut, subakut, dan lanjut. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kasus luka bakar sangat dipengaruhi oleh prognosis pada pasien luka bakar. Baik buruknya progonosis ditentukan oleh penanganan yang tepat baik dari faktor pasien, faktor trauma, dan faktor pelaksana (Giovany 2015). Faktor pasien meliputi usia, gizi, jenis



kelamin, dan faktor premorbid. Adapun faktor trauma yang terdiri dari jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta. Sedangkan faktor pelaksana bergantung pada perawatan sebelum masuk rumah sakit dan tindakan yang didapatkan setelah masuk rumah sakit. Apabila pasien tidak tertangani dengan baik maka akan muncul berbagai komplikasi yang fatal antara lain kondisi syok, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit, masalah distres pernafasan, hingga kematian (Fitri, Lumbuun & Wardhana 2017). Berdasarkan uraian diatas, tingginya permasalahan yang terjadi akibat kejadian luka bakar tersebut membutuhkan pengembangan ilmu pengetahuan dalam merawat pasien dengan luka bakar. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien luka bakar harus memiliki kemampuan untuk berpikir kritis yang berlandaskan ilmu pengetahuan perawatan terbaru. Apabila hal ini selalu diterapkan oleh perawat, maka pasien dengan luka bakar dapat tertangani dengan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. B. Tujuan Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membantu proses pembelajaran mahasiswa sehingga mampu: 1. Mengetahui pengertian luka bakar 2. Mengetahui etiologi luka bakar 3. Mengetahui klasifikasi luka bakar 4. Mengetahui cara menghitung luas luka bakar 5. Mengetahui pembagian derajat luka bakar 6. Mengetahui patofisiologi luka bakar 7. Menganalisa kasus luka bakar 8. Mengetahui Web of Cause luka bakar 9. Menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar 10. Mengetahui fokus intervensi berbasis jurnal dari kasus luka bakar



BAB II TINJAUAN MATERI A. Pengertian Luka bakar merupakan kerusakan yang dapat berdampak pada kehilangan jaringan karena adanya kontak dengan panas, radiasi, listrik, dan kimia (Larissa, Wulan & Prabowo 2017). Luka bakar termasuk dalam jenis trauma yang dapat menyebabkan perubahan pada fisiologis tubuh. Organ tubuh yang paling sering kontak dengan zat yang dapat menimbulkan trauma bakar adalah kulit. Kulit merupakan salah satu jaringan intergumen yang berfungsi sebagai pelindung terluar tubuh dan memiliki peran homeostasis. Kulit yang terbakar akan menimbulkan tanda gejala berupa perubahan warna, perih, melepuh, dan timbulnya bullae (Musrikhan 2018). Selain pada kulit, tubuh



yang



terbakar



juga



mengalami



perburukkan



fungsi



seperti



pembengkakan jalan nafas akibat suhu tinggi yang mengakibatkan kesulitan untuk bernafas. Hal ini dapat berpengaruh pada seluruh fungsi organ di dalam tubuh. B. Etiologi Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan benda sumber panas misalnya kontak langsung dengan api, cairan panas atau benda yang tingkat suhunya dapat merusak jaringan kulit (Moenadjat 2009). Selain itu, luka bakar juga dapat diakibatkan karena terpapar zat kimia seperti asam kuat, basa kuat, dan zat yang bersifat korosif lainnya. Luka bakar juga dapat diakibatkan oleh sengatan listrik bertegangan tinggi, radiasi, ataupun ledakan bom. Pada dasarnya, luka bakar diakibatkan oleh zat yang dapat merusak integritas kulit dengan cara mengikis lapisan-lapisan di kulit sehingga menyebabkan menurunnya atau menghilangnya fungsi fisiologis jaringan intergumen. Oleh karena itu, luka bakar perlu diketahui penyebabnya agar mendapatkan perawatan yang lebih efektif dan efisien. C. Klasifikasi



Keparahan cedera luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada risiko mortalitas dan risiko kecacatan fungsi (Ortiz-Pujols, Thompson & Sheldon 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi keperahan cedera tersebut adalah sebagai berikut 1. Kedalaman luka bakar Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak sama. Setiap area mempunyai tiga zona cidera yaitu zona hyperemia, zona statis, dan zona koagulasi.



Zona hiperemia merupakan area terluar yang langsung



berhubungan dengan luka bakar. Sedangkan zona statis disebut area pertengahan, luka bakar yang mencapai area ini dapat terjadi gangguan suplai darah, inflamasi, dan cidera jaringan. Kemudia yang terakhir adalah zona koagulasi atau tempat terjadinya kematian seluler apabila luka bakar mencapai zona ini. 2. Keparahan luka bakar Cidera luka bakar menurut tingkat keparahannya dibagi menjadi tiga yaitu cidera ringan, cidera sedang, dan cidera berat. Pada cidera ringan memiliki ketebalan