Luka Tembak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Library Manager Date



Signature



Bagian Kedokteran Forensik



Referat



danMedikolegal Fakultas Kedokteran



Januari 2018



Universitas Hasanuddin



LUKA TEMBAK



Oleh: Hartini Yuristira



C11109 321



Ramdhany H Saputra



C111 10 272



Nuradelia Paramitha Noor



C111 10 307



Pembimbing dr. Tjiang Sari Lestari Supervisor dr. Gunawan Arsyadi, Sp.PA (K)., Sp.F Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran



Universitas Hasanuddin



ii



LEMBAR PENGESAHAN



Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa: 1. Nama NIM



2. Nama NIM



3. Nama NIM



: Hartini Yuristira : C111 09 321



: Ramdhany H Saputra : C111 10 272



: Nuradelia Paramitha Noor :C111 10 307



Judul Referat : Luka Tembak Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin



Makassar,



Supervisor Pembimbing



Januari 2018



Pembimbing



dr. dr.Gunawan Arsyadi, Sp.PA (K)., Sp.F



ii



dr. Tjiang Sari



Luka tembak dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia tingkat 3A yang berarti mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.



iii



Kerangka Penulisan



TRAUMA



MEKANIK



SENJATA API



LUKA TEMBAK



FISIK



TAJAM



TUMPUL



DEFINISI OIOII LT MASUK JENIS



LT KELUAR



LOKASI DESKRIPSI LUKA LUAR DESKRIPSI



RESIDU TRACK LUKA KELUAR



PEMERIKSAAN KHUSUS



iv



KIMIA



DISCLAIMER Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari referat yang dibuat oleh :



1. Judul Penyusun



: Luka Tembak : Sabran Jamil PulubuC111 12 899 Muh. Firhan HaeruddinC111 12 904 Nur Audia LatambaC111 12 912



Pembimbing



: dr. Tjiang Sari



Supervisor



: dr. Djumadi Achmad, Sp.PA (K)., Sp.F



Tahun



: 2017



v



DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ...........................................................................................................



ii



Relevansi dengan SKDI .....................................................................................................



iii



Kerangka Penulisan ...........................................................................................................



iv



Disclaimer ..........................................................................................................................



v



Daftar isi ………………………………………………………………………………….



vi



BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………



1



1.1 Latar Belakang ........... ....................................................................................



1



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………..



4



2.1 Definisi Luka Tembak ....................................................................................



4



2.3Jenis Luka Tembak ..........................................................................................



4



2.3 Deskripsi Luka Tembak ...................................................................................



12



2.4 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak ........................................................



15



BAB III. PENUTUP ......................………………………………………………………..



20



3.1 Kesimpulan



..................................................................................................



20



Daftar Pustaka ...................................................................................................................



vii



vi



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Insiden kematian karena senjata api per 100.000 penduduk adalah 0.14 per 100.000 di Inggris dan Wales pada tahun 2001. Dari jumlah tersebut diperkirakan kasus bunuh diri sebanyak 65%, pembunuhan 7%, belum diketahui 28%.1 Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan teliti di dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat2 Dasar-dasar ilmu Balistik harus dikuasai sehingga apabila suatu ketika menjumpai kasus luka tembak dapat melakukan pemeriksaan dan membuat interpretasi secara benar.3 Pada klasifikasi luka tembak yang diperlukan adalah jarak tembak atau jarak antara moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan cir-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui. Dalam memperkirakan jarak tembakan, seorang ahli forensik harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik luka dari luka tembak masuk yang ditimbulkan pada permukaan tubuh. Hal ini disebabkan karena karakteristik dari luka tembak masuk merupakan unsur yang sangat penting dari penentuan jarak tembakan.Hal lain yang menentukan pula dalam memperkirakan jarak tembakan yaitu jenis amunisi yang digunakan.2,4 Meskipun jarak kisaran tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut tetapi luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak tempel, luka tembak jarak dekat, luka tembak jarak menengah dan luka tembak jarak jauh.2 Di dalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam yang beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan



1



senjata yang biasa dipakai untuk olah raga berburu yang larasnya tidak beralur, jarang dipakai untuk maksud-maksud kriminal. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak mengenai ahli patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksananaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.5 Dalam praktik forensik, morfologi luka tembak sangat berperan dalam menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, beberapa kali korban ditembak dan luka tembak yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.6, 7. Dilakukan analisa statistik oleh Department of Justice Amerika Serikat tentang penggunaan senjata api dalam tindak kriminal didapatkan hasil8



Tabel 1. Persentase penggunaan senjata api dalam kasus kriminal



2



Sedangkan data statistik penggunaan senjata dalam kasus pembunuhan yang di keluarkan FBI, didapatkan persentase kasus pembunuhan menggunakan shotgunsebagai berikut9



Tabel 2. Persentase penggunaan shotgun dalam kasus pembunuhan Pada tahun 2014 Department of Justice di California mengeluarkan data statistik penggunaan senjata api. Dari 121 kriminalitas menggunakan senjata api , jenis senjata api yang paling banyak digunakan adalah Handgun 81.8% rifle 11.6% , dan shotgun sebanyak 6.6 %.



10



3



BAB II



PEMBAHASAN



2.1 DEFINISI LUKA TEMBAK Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru dengan tubuh. 11



2.2JENIS LUKA TEMBAK A. Luka Tembak Masuk Luka tembak masuk dibedakan berdasarkan jarak senapan dengan target yaitu : kontak, jarak sangat dekat, jarak dekat, jarak sedang, dan jarak jauh . Umumnya berbentuk bundar yang dikelilingi oleh kelim lecet yang sama lebarnya pada setiap bagian. a. Luka tembak kontak : 



Ujung senjata menempel pada kulit







Luka tunggal







Kulit yang terbakar minimal







Cetakan ujung senjata dapat terlihat







Luka berwarna Cherry red







Bentuk luka biasanya sirkular. Namun apabila luka tembak kontak dengan tulang misalnya pada dahi, sternum , bentuk luka dapat bermacam macam. Banyaknya gas yang dikeluarkan dari ujung senapan terkumpul dibawah kulit tertahan oleh tulang dibawahnya yang menekan kulit dan jaringan subcutan keluar sehingga terjadi laserasi dari kulit dan destruksi dari jaringan subkutan yang membentuk luka seperti kali (cruciate), bintang (stellate), maupun ireguler akibat efek ledakan.







Pada target pellet ditemukan dalam bentuk padat bersamaan wad beserta cardboardnya.16



4



Gambar 16. Macam bentuk luka tembak kontak : A. Bulat; B. Oval; C. Stellate; D. Cruciate; E. Ireguler



Gambar 17. Luka tembak Kontak



b. Luka Tembak Jarak Sangat Dekat 



Jarak sangat dekat artinya dalam 15 cm







Luka masuk melingkar jika arah tembakan tegak lurus terhadap kulit dan luka menjadi elips jika arah tembakan tidak tegak lurus.



5







Pinggiran luka akan menghitam dan terbalik masuk.







Pinggiran yang menghitam akibat asap perlu diperhatikan. Blackening menyebar lebih luas dibanding tato dari mesiu.







Adanya tato akibat pembakaran mesiu.







Rambut yang hangus.







Adanya bukti kulit yang terbakar berupa flare atau zona hiperemi atau bahkan melepuh akibat nyala api yang keluar dari ujung senapan.







Jaringan di dalam dan sekitar luka berwarna cherry red







Wad berada di kedalaman luka.







Pellet ditemukan dalam bentuk padat.16



Gambar 18. Luka tembak Jarak Sangat Dekat



6



c. Luka Tembak Jarak Dekat 



Jarak dekat berjarak antara 15 cm sampai 1 meter







Lubang tunggal bertahan sampai 1 meter dan tepi luka menjadi kasar dan bergigi. Tanda ini disebut gambaran " lubang tikus ".







Adanya tato.







Rambut yang hangus dapat muncul hingga jarak 30 cm.







Adanya jelaga yang menghitam hingga 50 cm.16



Gambar 19. Luka tembak jarak 60 cm d. Luka tembak Jarak Sedang 



Jarak menengah berjarak antara 1 meter hingga 4 meter.







Apabila lebih dari 2 meter maka tidak ada luka bakar, tidak ada luka yang menghitam,tidak ada tato,







Penyebaran (dispersi) pelet meningkat secara bertahap







Lubang satelit pelet mulai muncul di sekitar lubang tengah luka.







Makin meningkatnya penyebaran pelet secara progresif, maka luka sentral (lubang tengah) makin mengecil.







Wad



mungkin



masih



ada.



menyebabkan luka tersendiri.16



7



Kadang-kadang



wad



dapat



Gambar 20. Luka tembak Jarak Sedang



e. Luka Tembak Jarak Jauh 



Jarak tembak jarak jauh artinya lebih dari 4 meter.







Luka sentral (lubang tengah) menyusut hingga tidak terlihat.







Semakin jauh jarak tembakan maka pelet akan semakin tersebar. Pelet akan menyebar luas dan masuk ke dalam tubuh sebagai peluru individual yang membentuk luka dan jalur yang berbeda beda.







Seiring dengan jarak tembakan yang semakin jauh maka pelet yang mencapai target tidak akan mematikan dan bahkan jika menembus kulithanya akan mencapai jaringan subkutan.







Tidak ada cedera wad, tidak ada asap, tidak ada flame, tidak ada tato.16



8



Gambar 21. Luka tembak Jarak jauh



B. Luka Tembak Keluar Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar tubuh pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh disebut luka tembak keluar. Pada shotgun jarang ditemukan adanya luka tembak keluar, hal ini disebabkan karena kecilnya pellet dan rendahnya kecepatan peluru yang ditembakkan. Namun pada beberapa keadaan dapat ditemukan luka tembak keluar apabila :: a. Luka Tembak Kontak b. Ditembak pada bagian tubuh yang tipis seperti leher dan ektremitas.16



9



Tanda luka tembak keluar yang khas yaitu : a. Tidak ada Tato b. Tidak ada luka bakar c. Tidak ada rambut yang terbakar d. Tidak ada penghitaman e. Pinggiran luka mengarah keluar dengan tepi yang tidak beraturan dan jaringan yang rusak f. Alur luka menyebar tidak seperti senapan rifle.16



Gambar 22. Luka tembak masuk dan luka tembak



10



Tabel 5. Perbedaan Luka tembak masuk dan Luka tembak keluar. 3,5,18



Luka tembak masuk



luka tembak keluar Biasanya



Ukurannya lebih kecil



ukuran



lebih



besar



11ias11nding ukuran luka tembak masuk



Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluru menembus Pinggiran luka melekuk keluar kulit dari luar Pinggiran



Pinggiran luka mengalami abrasi



dibawa oleh peluru yang masuk Bisa tampak kelim lemak



Disekitar luka terdapat kelim ekimosis



Tidak ada Tidak terdapat kelim lemak



Pada luka 11ias tampak hitam,



Perdarahan hanya sedikit



mengalami



abrasi



Pakaian masuk ke dalam luka,



terbakar, kelim tato, atau jelaga



luka tidak



Tidak ada Perdarahan lebih banyak Tidak ada



11



2.3 DESKRIPSI LUKA TEMBAK17, 18 Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak : 1. Lokasi a. Jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan tubuh b. Lokasi secara umum terhadap bagian tubuh 2. Deskripsi luka luar a. Ukuran dan bentuk b. Lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya c. Luka bakar ada atau tidak d. Lipatan kulit, utuh atau tidak e. Tekanan ujung senjata 3. Residu tembakan yang terlihat a. Grains powder b. Deposit bubuk hitam, termasuk korona c. Tattoo d. Metal stippling 4.Track a. Penetrasi organ b. Arah - Depan ke belakang atau belakang ke depan - Kanan ke kiri atau kiri ke kanan - Atas ke bawah c. Kerusakan sekunder - Perdarahan - Daerah sekitar luka d. Kerusakan organ individu 5. Luka keluar a. Lokasi b. Karakteristik



12



Gambar 15. Gambaran luka tembak Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut: 3 1.



Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka. Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : -



Kecepatan,



-



Posisi peluru pada saat masuk kedalam tubuh,



-



Bentuk dan ukuran peluru, dan



-



Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk.



Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah. Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing bila terkenatembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastol), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase sistol dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik keseluruh bagian. 2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stippling.  Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk kedalam kulit  Daerah dimana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan



13



 Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar  Jangkau butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 sentimeter  “black powder” adalah butir mesiu yang komponennya terdiri dari nitrit, tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, dan kalium sulfide, sedangkan “smoke less powder”, terdiri dari nitrit dan selulosa nitrit yang dicampur dengan karbon dan grafit. 3. Akibat asap (smoke effect): jelaga  Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna maka terbentuk asap atau jelaga,  Jelaga yang berasal dari “black powder” komposisinya CO2 (50%), Nitrogen (35%), CO (10%),  Hidrogen Sulfid (3%), Hidrogen (2%), serta sedikit Oksigen dan Methane  “Smoke Less Powder” akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit  Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 sentimeter  Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang. 4. Akibat api (flame effect): luka bakar  Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring),  Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar,  Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 sentimeter; sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya 7 ½ sentimeter. 5. Akibat partikel logam (metal effect): “fouling”  Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut,



14



 Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka dangkal kecil-kecil pada tubuh korban,  Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.



2.4PEMERIKSAAN KHUSUS YANG DILAKUKAN PADA LUKA TEMBAK Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit dengan adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik dan penafsiran atau kesimpulan jenis luka mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi hambatan pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: 1



Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3%)



2



Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah,



3



Dengan pemberian hidrogen perokside, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga deskripsi dari luka dapat dilakukan dengan tepat.19 Pengambilan sampel darah untuk analisis pemakaian alkohol dan obat-obatan



sebelum terjadinya pengenceran atau pemberian infus akan memberikan hasil pemeriksaan yang akurat. Spesimen urin mungkin juga dapat digunakan, tetapi kurang memberikan hasil yang memuaskan.Darah korban biasa digunakan untuk analisis komparatif DNA dengan darah yang ditemukan di TKP, pada tersangka, atau senjata api, serta di partikel jaringan pada peluru yang ditemukan ditempat kejadian. Debridement dari luka tembak secara permanen akan mengubah penampilan luka. Jika tidak didokumentasikan dengan baik, difoto, atau dipertahankan untuk evaluasi mikroskopis, ini dapat menyebabkan salah tafsir oleh pemeriksa berikutnya. Penting untuk dilakukan pengambilan jaringan di pinggir batas luka untuk keperluan pemeriksaan mikroskopis dan evaluasi Scanning Microscope Energy Dispersive X-Ray Spectrometry (SEM-EDX) yang berguna untuk: 19



15



 Mengkonfirmasi kisaran pintu masuk luka  Menentukan apakah seseorang memiliki pseudo-efek jelaga yang menghitam atau bubuk tatto (mesiu yang tidak terbakar sempurna) pada luka nya.  Menentukan mana dari dua luka tembak yang merupakan luka tembak masuk  Memastikan jenis senjata atau amunisi yang digunakan. Penentuan luka tembak masuk tidak hanya dapat ditentukan melalui karakteristik luka, tetapi juga diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut merupakan luka tembak masuk. Hal ini disebabkan karena tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Pemeriksaan-pemeriksaan khusus yang diperlukan dalam pemeriksaan ini adalah pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologi.19 a. Pemeriksaan Mikroskopik Luka Tembak19 Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanis dan termis. Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat; a) Kompresi epitel disekitar luka tembak tampak epitel yang normal dan yang mengalamikompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel, b) Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dari butir-butir mesiu. c) Epitel mengalami nekrose, koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal, d) Akibat panas jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE akan lebih banyakmengambil warna biru (basofilic staining) e) Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan) danadanya butir-butir mesiu. f) Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi, dan piknotik g) Butir-butir mesiu tampak sebagai benda-benda tidak beraturan, bewarna hitam atau hitamkecokelatan, h) Pada luka tembak tempel “hard contact” permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan



16



tampak banyak dilapisanbawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka. i) Pada luka tempel “soft contact” butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan dibawahkulit j) Permukaan kulit,hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit. Perubahan progresif epitel akibat panas dan mekanik adalah perubahan yang dapatdijumpai. Demikian pula kemungkina didapatkannya butir-butir mesiu dalam saluran lukadan dalam perubahan epitel. Secara umum didalam saluran luka pada luka tembak tempel akan mengandung lebihbanyak butir-butir mesiu bila dibandingkan dengan luka tembak dimana moncong sejata tidakmenempel pada kulit. b. Pemeriksaan Kimiawi Luka Tembak Hasil pemeriksaan kimiawi pada luka tembak tergantung dari jenis mesiu yang gunakan.Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat sedangkan pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri. Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru yang dapat ditemukan berupa timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan terhadap unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata.19 c. Pemeriksaan Radiologi Pada Luka Tembak Tujuan utama dari pemeriksaan radiologi adalah untuk menentukan jalur dari proyektil, menilai jaringan yang terluka, memperkirakan keparahan cedera, dan menentukan apa pemeriksaan tambahan diperlukan. Pemeriksaan radiologi awal harus didahului dengan radiografi konvensional. Untuk menentukan proses perjalanan proyektil, dan mulai untuk menilai potensi kerusakan jaringan, 2 pemeriksaan lain dapat dilakukan. CT-Scan dapat membantu dalam persiapan praoperasi jika terjadi perlukaan pada kepala, leher dan dada, tetapi jarang diperlukan pada perlukaan di ekstremitas. Angiografi penting jika dicurigai



17



adanya cedera vaskular, cedera vaskular harus dicurigai bila lokasi peluru berdekatan dengan pembuluh darah besar. Pulsus distal yang teraba tidak cukup untuk mengeluarkan kemungkinan cedera vaskular.11



Gambar 23. .Benda asing berbahan logam dalam jaringan lunak pada karpal sinistra Evaluasi yang cermat pada pemeriksaan radiologis dan CT scan umumnya lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan evaluasi klinis dalam menentukan arah perjalanan proyektil atau jaringan yang terluka. Akuisis pemeriksaan radiologis yang cepat sangat penting pada semua pasien. Pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil, dapat dilakukan radiografi konvensional saja sebelum pasien mendapatkan tindakan operatif. Penilaian yang cepat dan akurat dari jalur proyektil dan arah perjalanannya dapat membantu dalam perencanaan manajemen bedah dan pencitraan lanjut yang lebih efisien. Penempatan tanda pada kulit



18



sebelum pencitraan radiologis sangat penting untuk menemukan lokasi permukaan luka.20 X-Ray biasanya dilakukan sebelum otopsi dengan dua bidang pemeriksaan yakni anteroposterior dan lateral. X-ray tidak hanya digunakan untuk dokumentasi objektif dan permanen namun juga berfungsi untuk menentukan lokasi dan karakteristik dari peluru dan fragmen metal termasuk jaket peluru yang terpisah. Radiologi merupakan alat yang penting untuk menemukan peluru pada tubuh yang susah ditemukan lewat autopsi (misalnya pada columna vertebra). Pemeriksaan X-ray juga dapat memperlihatkan adanya peluru yang membelok atau mengalami penyumbatan pada pembuluh darah. Radiologi memiliki peranan yang cukup besar dalam bidang forensik terutama dalam mengidentifikasi luka tembak.20 Pemeriksaan radiologi dengan sinar X ini pada umumnya digunakan untuk11: 1. Untuk melihat apakah peluru atau bagian-bagian dari peliru masih ada didalam tubuh 2. Untuk menentukan letak peluru 3. Untuk menentukan letak dari fragmen-fragmen kecil dari peluru yang ditinggalkan didalamtubuh sehingga dapat dikeluarkan 4. Untuk mengidentifikasi jenis amunisi dan senjata yang digunakan 5. Untuk mendokumentasikan arah peluru.



19



BAB 3



PENUTUP



3.1 Kesimpulan



Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak yang gambarannya tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada sasaran, tetapi oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan, yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang tidak sempurna terbakar asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong laras yang menekan sasaran. Luka tembak dapat diklasifikasikan berdasarkan jarak tembak antara moncong senjata dengan target tubuh korban yaitu: -



Luka tembak tempel : kelim lecet, kelim jelaga, luka berwarna hitam akibat butir-butir mesiu.



-



Luka tembak jarak dekat : kelim api (15cm), kelim jelaga (25- 30cm) kelim tato(50-60cm).



-



Luka tembak jarak menengah : terdapat stippling defek di sekitar luka tembak masuk.



-



Luka tembak jarak jauh : tidak ditemukan adanya stippling dan residu di sekitar luka tembak masuk.



Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak tersebut, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui.



20



DAFTAR PUSTAKA



1.



Shkrum J. Michael, Ramsay A. David. Forensic Pathology of Trauma. Common Problems for the Pathologist. Humana Press.Totowa, New Jersey.2007.



2.



Jeremy J, Martin L., Douglas M., Yoram, Gunshot wound 2 : Radiology, AJR :155. P : 691-702



3.



Catanese Charles A., Gilson T., Andrew T. Color Atlas of Forensic Medicine and Pathology : 5 Wounds. 2010. Chap. 8 : p.283-6



4.



Knight,



Bernard.



1996.



Forensic



pathology.



Second



Edition.



London;Arnold:231-241 5.



Wong YS, Khairul O, Asiah AAG,dkk. Porcine model: difference in entry and exit wounds by semi-automatic pistol at different shooting distance. Malaysian : Malaysian journal of forensic science.



6.



Thali MJ, Kneubuehl BP, Zollinger U. 2002. A study of the morphology of gunshot entrance wounds, in connection with their dynamic creation, utilizing the skin-skull-brain model. Switzerland: forensic science international Elsevier.



7.



Zawitz M W. 1995. Guns Used in Crime. Office of Justice Program. U.S Department of Justice.



8. Murder Victim by Weapon. 2013. U.S Department of Justice Federal Bureau of Investigation Criminal Justice Information Service Division. 9.



Harris K D. 2014 . 2014 Firearms Used in the Commision of Crime. Office of Attorney General California Department of Justice.



10. J.M. Di Maio, Vincent. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC.1999. Press. 83 11. Dix J. Chap.6: Fire arms’ from Color Atlas of Forensic Pathology. 2000; United States of America, CRC Press LLC. Pg 70-97 .



vii



12. Jeremy J, Martin L., Douglas M., Yoram, Gunshot Wound: Bullets, balisstics, and mechanisms injury.AJR: 155. P: 685-90 . 13. Dahlan, Sofwan Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum/Sofwan Dahlan Semarang : BP. UNDIP, 2008 . 14. Bardale, R. 2011. Principle in Forensic Medicine and Toxicology. Chap.9: p.145-9. 15. Frost RE. 2013. Forensic pathology of firearm wound. (online). (http://medscape.org/forensicpathologyoffirearmwound.htm, diakses tanggal 15 Februari 2017) . 16. William G. Eckert. 2000. A Physician Guide To A Medical Forensic Medicine.Introduction To Forensic Sciences 2nd Edition, New Jersey: Humana Press; p.4.0-4.4 . 17. Lew E, Dolinak D, Matshes E. Firearm Injuries. In Dolinak D, Matshes EW, Lew EO. Forensic Pathology: Principles and Practice. California: Elsevier Academic Press; 2005. p. 164-200. 18. Stanislavsky,



A.



2007.



Imaging



of



Shotgun



Injury



(https://radiopaedia.org/articles/imaging-of-gunshot-injuries-1, tanggal 15 Februari 2015)



viii



(online) diakses