Makala H [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BIOMEDIK (BIOLOGI, FISIKA, BIOKIMIA) DAN IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN



MAKALAH



Oleh Ima Nur Azizah



(152310101055)



Nuri Sinta Wirawati



(152310101069)



Doni Purwansyah



(152310101073)



Wilda Al Aluf



(152310101154)



Kezia Ria Kristanti



(152310101157)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2016



PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BIOMEDIK (BIOLOGI, FISIKA, BIOKIMIA) DAN IMPLIKASI DALAM KEPERAWATAN



MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah Biomedik dalam Keperawatan



Oleh Ima Nur Azizah



(152310101055)



Nuri Sinta Wirawati



(152310101069)



Doni Purwansyah



(152310101073)



Wilda Al Aluf



(152310101154)



Kezia Ria Kristanti



(152310101157)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2016



PRAKATA



Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘‘Perkembangan Teknologi Biomedik (Biologi, Fisika, Biokimia) dan Implikasi Dalam Keperawatan”. Yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik dalam Keperawatan. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Ns. Muhamad Zulfatul A’la, M.Kep., selaku dosen pengampu mata kuliah Biomedik dalam Keperawatan; 2. rekan-rekan yang telah membantu analisis; 3. semua pihak yang telah memberikan motivasi kepada penulis yang mungkin tidak bisa disebutkan satu per satu. Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.



Jember, 07 Oktober 2016



Penulis



i



DAFTAR ISI PRAKATA.........................................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1 1.2 Tujuan.....................................................................................................................2 2.3 Metode.....................................................................................................................2 BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................................3 2.1 Konsep EEG...........................................................................................................3 2.2 Trend Issue EEG....................................................................................................5 2.3 Perkembangan EEG..............................................................................................6 2.4 Pembahasan Berdasarkan Bukti..........................................................................7 2.5 Implikasi dalam Keperawatan.............................................................................7 BAB III. PENUTUP .......................................................................................................8 3.1 Kesimpulan.............................................................................................................8 3.2 Saran.......................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9



ii



BAB I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari dunia yang berubah, saat ini pelayanan kesehatan dan sistem kesehatan menghadapi perubahan-perubahan yang dramatis dalam teknologi kesehatan. Perubahan ini akan mempengaruhi arah pelayanan kesehatan yang disampaikan dan digunakan antara penyedia pelayanan kesehatan dan pemakai atau pasien. Perkembangan yang cepat dalam teknologi kesehatan memberikan peluang dan tantangan-tantangan dalam penyampaian pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dan efisien. Riset-riset pelayanan kesehatan dipusatkan pada pengembangan teknologi dan aplikasi klinis untuk keberhasilan implementasi di lingkungan pelayanan kesehatan. Lebih dari 95% peralatan medis yang digunakan di rumah sakit- rumah sakit, peralatan medis dan perbekalan medis yang digunakan oleh rumah sakit masih diimpor (Muttaqin, 2008). Indonesia merupakan salah satu Negara yang memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam semua bidang keahlian dan pekerjaan, salah satu contoh yang sangat terlihat adalah dalam dunia kedokteran dan kesehatan. Teknologi saat ini menjadi sangat berperan dalam dunia kesehatan, ini terbukti dengan banyaknya produk-produk atau alat-alat kesehatan yang bermunculan. Alat-alat ini sangat mendukung profesionalisme fungsi medis maupun langsung berperan aktif pada bidang medis. Sebagai contoh, sistem informasi digunakan untuk mencatat rekaman medis pasien secara elektronis.Teknologi informasi juga banyak diterapkan pada berbagai peralatan medis, misalnya pada CT scan (Computer tomography). Salah satu peralatan medis yang sangat berkaitan dengan perkembangan teknologi ialah EEG electroencephalograph (EEG) adalah suatu teknik untuk merekam aktifitas listrik di bahagian yang berbeda di otak dan mengubah informasi ini menjadi suatu pola atau gambaran baik secara digital atau dicatat di atas kertas yang dinama sebagai electroencephalogram. EEG mempunyai banyak manfaat di bidang kesehatan, misalnya digunakan untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan epilepsi, mendiagnosa cedera kepala. Penggunaan EEG yang semakin meluas banyak memberikan manfaat dalam bidang kesehatan maupun non-kesehatan, hal ini disebabkan semakin canggihnya teknologi dari waktu ke waktu. Trend dan issue dalam pemanfaatan EEG juga semakin bertambah, yang didukung dengan penelitian-penelitian di dalam maupun luar negeri.



1



1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui trend dan issue dalam penggunaan EEG. 2. Untuk mengetahui perkembangan teknologi EEG. 3. Untuk mengetahui trend dan issue serta perkembangan teknologi EEG berdasarkan evidence based yang ada. 2.3 Metode Electroencephalograph (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak serta untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini menggunakan sensor khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala dan dihubungkan melalui kabel menuju komputer. EEG akan merekam aktivitas elektrik dari otak, yang direpresentasikan dalam bentuk garis gelombang. Pemeriksaan EEG umum dilakukan pada pasien dengan indikasi seperti; Epilepsi, Demensia, Norkolepsi, Abnormalitas sistem saraf, Abnormalitas pada otak atau tulang belakang, serta Kelainan mental dll. Dalam makalah ini penulis menggunakan Metode Literature Review. Sumber data dalam metode Literature Review ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh bukan dari penelitian secara langsung melainkan data yang telah disusun oleh peneliti terdahulu yang menggunakan data primer seperti melalui internet, e-book, dan jurnal penelitian. Metode penggunaan EEG sendiri ialah pertama rambut kepala pasien harus bersih, tetapi yang terpenting adalah rambut harus dalam keadaan kering. Kemudian sejumlah elektroda akan ditempatkan ke kulit kepala (biasanya antara 8-23 buah, tergantung kondisi yang diselidiki). Terus ada semacam gel yang mungkin akan dioleskan untuk membantu elektroda agar tetap pada posisinya dan untuk mengoptimalkan perekaman EEG. Kemudian pasien harus dalam keadaan berbaring dan diam untuk menghindari gangguan listrik dari kontraksi otot lainnya. Adakalanya dokter akan meminta pasien untuk membuka dan menutup mata dan bernapas berat. Pada test EEG umumnya akan memakan waktu antara 30-60 menit. Setelah tes EEG selesai, elektroda akan dilepas dan anda diperbolehkan untuk bangun. Hasil EEG perlu dianalisis lebih lanjut oleh dokter ahli saraf atau dokter spesialis gangguan pada otak. Pemeriksaan EEG merupakan tes yang aman dengan risiko komplikasi yang sangat kecil karena jumlah arus listrik yang dialirkan tidak akan mencapai keseluruhan tubuh. Namun, orang dengan epilepsi mungkin saja mengalami kejang, yang dipicu oleh berbagai rangsangan yang digunakan dalam prosedur, seperti karena penggunaan lampu dll. Namun para ahli tidak melihat hal ini sebagai komplikasi, karena kejang selama EEG dapat sangat membantu dalam diagnosis epilepsi.



2



BAB II. PEMBAHASAN



2.1 Konsep EEG Menurut kamus oxford, electroencephalograph (EEG) adalah suatu teknik untuk merekam aktifitas listrik di bagian yang berbeda di otak dan mengubah informasi ini menjadi suatu pola atau gambaran baik secara digital atau dicatat di atas kertas yang bernama electroencephalogram. EEG dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosa kejang atau epilepsi dan mengklasifikasikannya sehingga dapat menemukan kelainan struktural, fungsional dan metabolik yang terjadi di otak. EEG juga digunakan untuk mengkonfirmasi jika pasien mengalami kematian otak. EEG juga berguna untuk mendiagnosa sindrom neurologik seperti Creutzfeldt-Jakob disease, subacute sclerosing panencephalis dan juga untuk memonitor perfusi otak ketika endarterectomi karotid. Electroencephalograph (EEG) merekam aktifitas umum elektrik di otak, dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau dengan menempatkan mikro elektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan kajian fisiologis aktivitas serebri. Gelombang EEG timbul karena terdapat pergerakan muatan listrik pada membran neuron. Potensial listrik yang terekam merupakan sumasi aktivitas listrik dari beberapa neuron. Korteks (bagian paling luar dari otak) yang berhadapan langsung dengan tulang memberikan kontribusi terbesar terhadap terbentuknya gelombang EEG. Perubahan muatan potensial listrik pada EEG terjadi akibat terdapat perbedaan muatan potensial yang terekam antara 2 elektroda. Encephalogram membandingkan tegangan volt yang di record pada 2 bagian yang berlainan di otak. Susunan elektroda logam yang ada di EEG diletakkan pada kulit kepala dan aktivitas listrik akan direcord selama 30 menit. Aktivitas listrik otak ini dibaca dibagian yang berlainan pada korteks otak pada masa yang sama. Suasana yang sesuai untuk melakukan bacaan EEG adalah pada ruangan yang tenang dan sepi agar pasien dapat mencapai tahap relaksasi (relaxed wakefulness). Sewaktu EEG dilakukan, pasien disuruh untuk hiperventilasi selama 180 dan diberi stimulasi seperti strobe light flashes. Pada orang yang normal, gambaran EEG menunjukkan beberapa jenis gelombang yang spesifik mengikuti dengan keadaan seseorang tersebut. Terdapat 4 jenis gelombang di otak normal yaitu gelombang alfa, gelombang beta, gelombang theta, dan gelombang delta. Gelombang alfa adalah gelombang otak yang ritmis dan mempunyai frekuensi antara 8-13 siklus dan biasanya dijumpai pada EEG seorang yang terbangun dan dalam keadaan relaksasi. Gelombang alfa biasanya lebih kuat pada bagian oksipital otak, lobus parietalis dan pada lobus frontalis. Tegangan volt yang direcord untuk gelombang alfa adalah 50 mV. Gelombang alfa akan hilang ketika seseorang tidur.



3



Gelombang kedua adalah gelombang beta yang mempunyai frekuensi lebih besar dari 14-80 siklus. Biasanya berlaku pada lobus parietalis dan frontalis. Gelombang theta mempunyai frekuensi antara 4-7 siklus dan biasanya datang dari lobus parietalis dan temporalis pada anak-anak. Pada dewasa, gelombang theta terjadi pada orang yang mengalami frustasi atau kecewa. Gelombang theta juga terjadi pada orang yang mempunyai penyakit otak degenaratif. Sedangkan gelombang delta adalah gelombang pada frekuensi yang kurang dari 3,5 siklus dan mempunyai tegangan volt 2-4 kali lebih besar daripada gelombang lain. Prosedur pelaksanaan penggunaan EEG: 1. Elektroda-elektroda di pasang pada kulit kepala untuk merekam aktivitas elektrik pada berbagai tempat di kepala. 2. Aktivitas neuron-neuron yang kuat di antara dua elektroda akan terekam pada lembar kertas yang bergerak terus menerus, rekaman ini disebut ensefalogram. 3. Untuk dasar pencatatan, klien dibaringkan dengan tenang, dimana kedua mata klien tertutup. 4. Klien diperintahkan untuk melakukan hiperventilasi 3-4 menit dan melihat cahaya yang terang dan menyilaukan untuk stimulasi saraf mata. 5. Aktivitas prosedur ini dibuat untuk mengeluarkan aktivitas abnormal, terutama potensi kejang. 6. EEG pada saat tidur direkam setelah bemberian obat penenang karena beberapa gelombang otak abnormal terlihat hanya pada saat klien tidur. Jika daerah epileptogenik tidak dapat dicapai oleh elektroda-elektroda kulit kepala cara biasa, maka elektroda-elektroda nasofaring dapat digunakan. 7. Rekaman EEG yang lebih dalam dibuat dengan memasukkan elektrodaelektroda yang sangat peka (stereotaktis) ke dalam daerah otak yang dituju. 8. EEG internal dan EEG kulit kepala dapat mendeteksi pola kejang klien. Hal ini digunakan pula untuk mengidentifikasi klien-klien yang kemungkinan mengalami epileptogenik akibat sayatan bedah. 9. Transfenoidal khusus, elektroda mandibular dan nasofaring dapat digunakan, serta rekaman video dikombinasi dengan pemantauan EEG dan telemetri digunakan di lingkungan rumah sakit untuk menangkap abnormalitas epileptiform dan gejala sisanya. 10. Beberapa pusat epilepsi memberikan pemantauan EEG ambulatori jangka panjang dengan rekaman kaset portabel.



4



Gambar 2.1 gambaran depan saat elektroda terpasang



Gambar 2.2 gambaran samping saat elektroda terpasang 2.2 Trend Issue EEG 1. Densitas k-komples secara spontan dalam tidur dengan gelombang yang lambat K-komples (KC) adalah gelombang yang tergambar dalam EEG saat seseorang tidur dan menunjukkan ciri-ciri adanya pergerakan mata yang lambat pada saat tidur di tahap ke 2. KC muncul pada tahap tidur ke 2 dan ke 3 namun tidak muncul di tahap pertama tidur. KC di tahap 2 lebih jelas terlihat karena memiliki amplitudo yang besar dibandingkan dengan yang lain, namun pada tahap 3 menjadi kurang jelas karena adanya amplitudo gelombang delta yang sama tinggi. KC terjadi secara spontan saat tidur namun bisa ditimbulkan juga oleh rangsang sensorik. Ada perbedaan komponen tidur dalam bermacam-macam etnis. Ekspresi logis dari perbedaan etnis pada karakteristik di EEG dalam tiap tahap tidur. Perbedaan ini mempunyai implikasi potensial pada definisi tidur normal dan komponen serta fitur EEG yang terkait pada perbedaan budaya dan etnis yang berbeda.



5



2.



Hibrid EEG-fNIRS Asyncrhronous Brain-Computer Interface untuk beberapa tugas motorik



Brain Computer Interface (BCI) mencoba mengekstrak informasi langsung dari sistem saraf pusat untuk mengganti atau menambah output. Tujuan utama dari BCI ini adalah untuk memperoleh informasi real time dari aktivitas otak dengan cara yang paling nyaman dan tidak mengganggu dan dengan waktu set up yang paling singkat. EEG adalah prosedur medis lama yang didirikan dan sensitif terhadap aktivitas sinaptik otak yang terorganisir. EEG yang paling aktif digunakan saat ini adalah dengan perekaman menggunakan alat Brain Computer Interface (BCI) yang meloibatkan banyak teknis yang berbeda. Keterbatasan EEG terletak pada resolusi spasial terkait dengan kesulitan melokalisasi sumber. Pemanfaatan sinyal hemodinamika yang diukur menggunakan fNIRS sebagai tambahan sumber informasi karena sifat-sifatnya yang menyusun EEG dan hanya bisa untuk metode non-invasive lainnya yaitu pada praktik dengan potensi adnaya pergerakan. Teknologi fNIRS digunakan untuk melibatkan BCI yang berikaitan dengan paradigma motorik. Keterbatasan dari BCI berdasarkan fNIRS menjadi dasar respon hemodinamik yang diperlukan untuk mencapai maksimum yang dapat untuk mengekstrak fitur yang digunakan dalam aplikasi real-time. 2.3 Perkembangan EEG Pertama kali rekaman otak dilakukan oleh Richard Caton tahun 1875, seorang dokter dan ilmuwan liverpool yang merekam aktivitas kelistrikan yang terjadi pada otak kucing, kelinci dan monyet di bagian cerebral hemisphere. Kemudian muncullah penemuan kedua oleh Adolf Black tentang aktivitas listrik pada kelincin dan anjing yang diakibatkan oleh stimuli cahaya. Pada tahun 1929, Hans Berger ilmuwan berkebangsaan Jerman melakukan perekaman aktivitas otak manusia pertama kali melalui kulit kepala yang merupakan cikal bakal dari EEG. Berger menemukan bahwa terdapat perbedaan gelombang aktivitas listrik pada keadaan tidur, bangun dan saat terjadi bangkitan (gelombang abnormal). Temuan ini menjadi daya tarik bagi ilmuwan yang lain untuk melakukan penelitian tentang otak dan sinyal kelistrikannya. Pada tahun 1947, berdilah sebuat perkumpulan mengenai EEG yang bernama American EEG Society. Dulu, Encephalogram dalam bentuk kertas, sekarang sudah ada dalam bentuk digital. Kelistrikan yang terjadi pada otak diakibatkan oleh jutaan sel-sel saraf yang menjadi pembentuk dari otak. Sel saraf mampu menghasilkan sinyal listrik sebagai sarana komunikasi melalui pertukaran ion yang diregulasi oleh protein yang terdapat pada membran sel saraf. Saat terjadinya pertukaran ion menghasilkan potensial aksi yang berpropagasi dari satu sel ke sel yang lain dengan menghasilkan suatu sinyal listrik yang dapat dideteksi oleh elektroda EEG. Apabila sel saraf yang mempunyai orientasi yang



6



sama melakukan pengiriman potensial aksi secara bersama, maka sinyal listrik tersebut dapat dideteksi oleh EEG. EEG semakin berkembang dan banyak digunakan pada berbagai bidang, terutama dalam bidang neurologi, fisiologi, dan psikologi. Ada dua jenis alat EEG: scalp EEG (dipasang di bagian luar kepala) dan intracranial EEG (dipasang di atas selaput otak, biasanya lewat operasi). Scalp EEG lebih umum digunakan dan lebih beragam kasus. Sedangkan intracranial EEG (kadang disebut iEEG) biasanya hanya dipakai pada kasus tertentu, contohnya sebelum operasi untuk mendiagnosis atau memetakan lebih detail kelainan dalam otak. Koneksi EEG dengan komputer atau alat yang lainnya dapat menggunakan kabel atau tanpa kabel. 2.4 Pembahasan Berdasarkan Bukti Penggunaan EEG 40 channel dengan brain mapping telah dilakukan di Rumah Sakit Gadja Mada. Brain Mapping disebut juga Quantitative EEG (QEEG), merupakan analisis komprehensif frekuensi gelombang yang telah direkam oleh EEG. Hasilnya berupa peta topografik berwarna yang menunjukkan aktivitas listrik otak. Melihat karakteristik gelombang seperti seperti kesimetrisan, koherensi, amplitudo, frekuensi yang dominan. Informasi yang dikumpulkan dari peta otak digunakan untuk mengidentifikasi kelainan fungsi otak yang berhubungan dengan gejala. Pemerikasaan EEG-BM pada umumnya berlangsung selama 1 jam. Sebelum perekaman, pasien akan diukur kepalanya untuk menentukan lokasi penempatan elektroda EEG yang akan dilanjutkan dengan penempelan elektroda-elektroda ke lokasi tersebut. Perekaman biasanya berlangsung selama 15-20 menit. Operator akan meminta pasien untuk membuka dan menutup mata, mangaktifkan rangsangan cahaya berupa kedipan cahaya dan meminta pasien untuk bernafas lebih cepat (hiperventilasi). Hal tersebut dilakukan untuk memunculkan gelombang abnormal. Dengan melakukan metode Brain Mapping, kita dapat memahami apakah performa kerja otak sudah maksimal atau mungkin masih banyak potensi diri yang belum dikembangkan. Selain itu, kita akan mendapatkan kesempatan untuk mengenal diri lebih baik lagi. Karena banyak hal yang kita tidak ketahui tentang diri kita akan terkuak, seperti kenapa kita cepat emosi, pelupa, mudah lelah, dan berbagai perilaku lainnya dalam kehidupan sehari-hari. 2.5 Implikasi dalam Keperawatan 1. Untuk meningkatkan kesempatan merekam aktivitas kejang, kadang-kadang klien dianjurkan untuk tidur pada pada malam hari sebelum EEG. 2. Obat penenang dan perangsang tidak diberikan 24-48 jam sebelum EEG, karena obat-obatan ini dapat mengubah pola gelombang EEG atau menyembunyikan pola gelombang abnormal pada gangguan kejang.



7



3. Tidak boleh mengonsumsi kopi, teh, coklat, dan minuman soda, sebelum tes dilakukan karena mempunyai pengaruh stimuli perubahan gelombang EEG. Makanan tidak dibatasi, namun demikian perubahan kadar glukosa darah dapat juga menyebabkan perubahan pada pola gelombang otak. Klien diberitahukan bahwa pemeriksaan EEG standar memerlukan waktu 45-60 menit atau bahkan lebih lama jika sleep EEG yang diberikan. Pada waktu yang bersamaan klien diyakinkan bahwa prosedur ini tidak menyebabkan syok listrik dan bahwa EEG merupakan tes diagnostik dan bukan suatu bentuk penanganan.



BAB III. PENUTUP



3.1 Kesimpulan Electroencephalograph (EEG) merupakan salah satu teknik yang dapat merekam aktifitas listrik di bagian yang ada di otak dan mengubah informasi menjadi suatu pola atau gambaran baik secara digital atau dicatat di atas kertas yang bernama electroencephalogram serta mendeteksi adanya kelainan di dalam otak. EEG ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosa kejang, mengkonfirmasi jika pasien mengalami kematian otak, mendiagnosa sindrom dan juga untuk memonitor perfusi otak ketika endarterectomi karotid. Pemerikasaan EEG-BM pada umumnya berlangsung selama 1 jam. Operator akan meminta pasien untuk membuka dan menutup matanya hal ini dilakukan untuk memunculkan gelombang abnormal. EEG semakin lama semakin berkembang dan banyak digunakan pada berbagai bidang, terutama dalam bidang neurologi, fisiologi, dan psikologi. Ada dua jenis alat EEG: scalp EEG (dipasang di bagian luar kepala) dan intracranial EEG (dipasang di atas selaput otak, biasanya lewat operasi). 3.2 Saran Dalam proses perekaman sinyal EEG perlu diperhatikan adanya artefak-artefak yang dapat mengganggu dan dapat merusak hasil perekaman EEG. Artefak dari subyek dapat dikurangi dengan cara pemberian penjelasan sebelumnya dan pengaturan pembatas gerak yang disiplin dari subyek. Sinyal EEG yang didapat juga perlu divalidasi apakah sinyal yang didapat itu adalah sinyal yang benar.



8



DAFTAR PUSTAKA Buccino, Alessio P. 2016. Hybrid EEG-fNIRS Ansynchronoous Brain-Computer Interface for Multiple Motor Task. 11(1). doi: 10.1371/journal.pone0146610. [jurnal online] Hati, Farida. N.A.N.H. . 2014. Rekam Otak EEG 40 Channel with Brain Mapping. Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada. [artikel online] http://rsa.ugm.ac.id/2014/05/rekam-otak-eeg-40-channel-with-brain-mapping/ [diakses tanggal 05 Oktober 2016]. Ibrahim, Sutrisno W. 2016. Mengenal EEG dan Aplikasinya. http://kipmi.or.id/mengenal-eeg-and-aplikasinya.html [diakses tanggal 05 Oktober 2016] Manzar, MD. Dishad, dkk. 2016. Spontaneous K-Complex Density in Slow-Wave Sleep.11(3). doi:10.1371/journal.pone.0150929. [jurnal online] [diakses tanggal 05 Oktober 2016]. Muttaqin, Arif. 2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika. Priyono, imam, dkk. 2015. Sejarah dan Perkembangan Sensor Biologi. http://server2.docfoc.us/uploads/Z2015/12/02/kvhzT76Clr/b5302aede47f916087c b675e08307a38.pdf [diakses tanggal 05 Oktober 2016] Syah,



Ervan. 2015. Pengertian, Prosedur, dan Komplikasi EEG (Electroencephalogram). http://www.medkes.com/2015/09/pengertianprosedur-komplikasi-eeg-electroencephalogram.html [diakses tanggal 05 Oktober 2016]



Widodo, Ari. 2015. Apa itu EEG: Gambaran Umum, Keuntungan, dan Hasil yang Diharapkan. https://web.docdoc.com/id/info/procedure/elektroenselografi [diakses tanggal 05 Oktober 2016]



9