Makalah APN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “ASUHAN PERSALINAN NORMAL”



DISUSUN OLEH :



PHILEMON



113063C118032



DOSEN PENGAMPU : Sr. Margaretha Martini. SPC, MSN



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya lah saya dapat menyelesaikan makalah ”ASUHAN PERSALINAN NORMAL” dengan tepat pada waktu. Harapan saya sebagai penyusun, yaitu agar para pembaca memahami tentang “ASUHAN PERSALINAN NORMAL” dengan baik dan benar. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, telah membantu saya dalam menyusun makalah ini menjadi lebih baik lagi. Saya juga mengharapkan saran yang membangun demi tersusunnya makalah ini menjadi lebih baik lagi.



Hormat kami



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii BAB I .............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1 A.



Latar Belakang ........................................................................................................................ 1



B.



Tujuan ..................................................................................................................................... 1



BAB II............................................................................................................................................. 2 ISI.................................................................................................................................................... 2 A.



Pengertian Asuhan Persalinan Normal.................................................................................... 2



B.



Faktor-Faktor Penting dalam Persalinan ................................................................................. 2



C.



Bidan ....................................................................................................................................... 2



D.



Tujuan Asuhan Persalinan Normal ......................................................................................... 3



E.



Aspek Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Normal ............................................. 3



F.



Asuhan Persalinan Normal 54 Langkah .................................................................................. 3



BAB III ......................................................................................................................................... 15 PENUTUP..................................................................................................................................... 15 A.



Kesimpulan ........................................................................................................................... 15



B.



Saran ..................................................................................................................................... 15



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherneyet al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et al, 2006). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi sebesar 12/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium Development Goals(MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko 2 jumlah kematian ibu atau 102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target tersebut masih membutuhkan komitmendan usaha keras yang terus menerus (Kemenkes RI, 2013). B. Tujuan 1. Mengetahui apa itu asuhan persalinan normal 2. Mengetahui apa itu faktor penting dalam persalinan 3. Menegtahui tujuan asuhan persalinan normal 4. Mengetahui aspek Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Normal 5. Menegtahui asuhan Persalinan Normal 58 Langkah 6. Mengetahui apa itu bidan



1



BAB II ISI A. Pengertian Asuhan Persalinan Normal Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). Asuhan persalinan normal adalah asuhan persalinan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan terjadinya komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, serta asfiksia bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008). B. Faktor-Faktor Penting dalam Persalinan Faktor-faktor penting dalam persalinan yaitu: 1) power (HIS/kontraksi otot rahim, kontraksi dinding perut, kekuatan mengejan, keregangan, dan kontraksi ligamentum rotundum); 2) passanger (janin dan plasenta); 3) passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang) (Manuaba, 2010); 4) Provider (pengetahuan, ketrampilan, sikap penolong dalam mengambil keputusan); 5) psychologic (pengalaman sebelumnya, kesiapan emosional, support sistem) (Maryunani, 2010). C. Bidan 1. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri ini (Kepmenkes No.1464, 2010). Bidan merupakan profesi yang diakui secara internasional maupun nasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwive (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International Gynecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO, dan badan lainnya (Estiwidani, 2008). 2. Kompetensi Bidan yang Berhubungan dengan Persalinan dan Kelahiran



2



Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Estiwidani, 2008).



D. Tujuan Asuhan Persalinan Normal Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang dinginkan (optimal). Melalui pendekatan ini maka setiap intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan(JNPK-KR,2008). E. Aspek Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Normal Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut, yaitu: 1) Membuat keputusan klinik; 2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi; 3) Pencegahan infeksi; 4) Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan; 5) Rujukan(JNPK-KR,2008). F. Asuhan Persalinan Normal 54 Langkah



1. Langkah 1 Mendengarkan, melihat, dan memeriksa gejala serta tanda kala dua sebagai berikut: a. Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran; b. Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina; c. Perineum tampak menonjol; 3



d. Vulva dan sfingter ani membuka.



2. Langkah 2 Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia, yaitu: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. a. Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi, dan mengganjal bahu bayi; b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.



3. Langkah 3 Mengenakan atau memakai celemek plastik.



4. Langkah 4 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian mengeringkan tangan dengan tisue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.



5. Langkah 5 Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.



6. Langkah 6 Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (menggunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, memastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).



7. Langkah 7 Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT. a. Jika



introitus



vagina,



perineum



atau



anus



terkontaminasi



membersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang;



4



tinja,



b. Membuang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia; c. Mengganti



sarung



tangan



jika



terkontaminasi



(mendekontaminasi,



melepaskan, dan merendam dalam larutan klorin 0,5%).



8. Langkah 8 a. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap; b. Melakukan amniotomi bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap.



9. Langkah 9 Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian melepaskan dan merendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.



10. Langkah 10 Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit). a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal; b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasilhasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.



11. Langkah 11 a. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, serta membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya; b. Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran, melanjutkan pemantauan kondisi ibu dan janin, memantau kenyamanan ibu (mengikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif), dan mendokumentasikan sesuai temuan yang ada;



5



Menjelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. dorongan kuat untuk meneran dengan cara sebagai berikut: a. Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif; b. Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan memperbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai; c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama); d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi; e. Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu; f. Memberikan cukup asupan cairan per-oral (minum); g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai; h. Segera merujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120 menit atau 2 jam meneran pada primigravida, dan 60 menit atau 1 jam meneran pada multigravida.



12. Langkah 12 Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (jika ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, membantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan memastikan ibu merasa nyaman).



13. Langkah 13 Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada



14. Langkah 14Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.



15. Langkah 15 Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16. Langkah 16 Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu. 6



17. Langkah 17 Membuka tutup partus set dan memerhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.



18. Langkah 18 Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.



19. Langkah 19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.



20. Langkah 20 Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera melanjutkan proses kelahiran bayi. a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, melepaskan lewat bagian atas kepala bayi; b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, mengeklem tali pusat di dua tempat dan memotong diantara klem tersebut.



21. Langkah 21 Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.



22. Langkah 22 Memegang secara biparietal setelah kepala melakukan putaran paksi luar. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Secara lembut menggerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian menggerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.



7



23. Langkah 23 Menggeser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah bawah setelah kedua bahu lahir. Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.



24. Langkah 24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong dan kaki. Memegang kedua mata kaki (memasukkan telunjuk diantara kaki dan memegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).



25. Langkah 25 Melakukan penilaian (selintas) sebagai berikut: a. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif? c. Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap, segera melakukan tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia).



26. Langkah 26 Mengeringkan dan memosisikan tubuh bayi di atas perut ibu. a. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks), kecuali bagian tangan; b. Mengganti handuk basah dengan handuk kering; c. Memastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.



27. Langkah 27 Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).



28. Langkah 28



8



Memberitahu ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).



29. Langkah 29 Menyuntikkan oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (melakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) dalam waktu satu menit setelah bayi lahir.



30. Langkah 30 Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem (dua menit setelah bayi lahir pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Pada sisi luar klem penjepit, mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan melakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.



31. Langkah 31 Memotong dan mengikat tali pusat dengan cara sebagai berikut: a. Mengangkat tali pusat yang telah dijepit dengan satu tangan kemudian melakukan pengguntingan tali pusat (melindungi perut bayi) di antara dua klem tersebut; b. Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan melakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul kunci; c. Melepaskan klem dan memasukkan dalam wadah yang telah tersedia.



32. Langkah 32 Melakukan persiapan inisiasi menyusui dini dengan cara sebagai berikut: a. Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi; b. Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu; c. Meluruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu; d. Mengusahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. 9



33. Langkah 33 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.



34. Langkah 34 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.



35. Langkah 35 Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu yaitu pada tepi atas simfisis untuk mendeteksi dan tangan lain menegangkan tali pusat.



36. Langkah 36 Menegangkan tali pusat ke arah bawah setelah uterus berkontraksi, sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya jika plasenta tidak lahir setelah 3040 detik kemudian mengulangi prosedur di atas. Meminta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu jika uterus tidak segera berkontraksi,



37. Langkah 37 Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Meminta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso kranial).



a. Jika tali pusat bertambah panjang memindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan melahirkan plasenta; b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat maka: c. Memberi dosis ulangan oksitosin 10 unit IM; 10



(1) Melakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh; (2) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan; (3) Mengulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya; (4) Segera merujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir; (5) Melakukan plasenta manual jika terjadi perdarahan.



38. Langkah 38 Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus vagina. Memegang dan memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian melahirkan dan menempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek memakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian menggunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.



39. Langkah 39 Melakukan masase uterus segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir. Meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Melakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase.



40. Langkah 40 Memeriksa



kedua



sisi



plasenta



baik



bagian



ibu



maupun



bayi



dan



memastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Memasukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.



41. Langkah 41 Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.



42. Langkah 42 11



Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.



43. Langkah 43 Memberi cukup waktu untuk terjadi kontak kulit ibu dan bayi (di dada ibu paling sedikit satu jam). a. Sebagian besar bayi berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara; b. Membiarkan bayi berada di dada ibu selama satu jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.



44. Langkah 44 Melakukan penimbangan/ pengukuran bayi, memberi tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu dan bayi.



45. Langkah 45 a. Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral; b. Meletakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan; c. Meletakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan membiarkan sampai bayi berhasil menyusu.



46. Langkah 46 Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam sebagai berikut: a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan; b. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan; c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan; 12



d. Melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.



47. Langkah 47 Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.



48. Langkah 48 Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.



49. Langkah 49 Memantau TTV ibu sebgai berikut: a. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama dua jam pertama persalinan; b. Memeriksa temperatur ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan; c. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.



50. Langkah 50 Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5–37,5ºCº).



51. Langkah 51 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.



52. Langkah 52 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.



13



53. Langkah 53 Membersihkan badan ibu menggunakan air DTT kemudian membersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah serta membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.



54. Langkah 54 Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan ASI, serta menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.



14



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan.



B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang di harapkan dapat berguna bagi pembaca antara lain : Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih dan keterampilan dengan perkembangan zaman yang semakin maju serta meningkatkan mutu asuhan persalinan normal yang di berikan kepada pasien.



15



DAFTAR PUSTAKA



http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/88562/potongan/S2-2013-357946conclusion.pdf http://repository.ump.ac.id/5730/7/MAE%20IRMAWATI%20BAB%20V.pdf



16