Makalah Atropi Dan Hipertropi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FATOFISIOLOGI ATROPI DAN HIPERTROPI



DOSEN PENGAMPU : Ns. Sumitro Adi Putra, S.Kep,M.Kes



Disusun Oleh : Desi Prihartini



( PO.71.20.1.19.016 )



Dhona Novia Rizki



( PO.71.20.1.19.019 )



Fenni Octa Labina



( PO.71.20.1.19.0 35 )



Herawati



( PO.71.20.1.19.0.39 )



Kelompok 1 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG



Hipertrofi dan Atrofi | 1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul atropi dan hipertropi ” . Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang teleh membaca makalah ini yaitu dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam kehidupan seharihari. Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan kurangnya kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat banyak dikemudiab hari. Semoga makalha ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



Palembang, 5 februari 2020



i Hipertrofi dan Atrofi | 2



DAFTAR ISI



Kata Pengantar........................................................................................... i Daftar isi..................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN........................................................................... Latar Belakang................................................................................1 Rumusan Masalah...........................................................................1 Tujuan Penulisan............................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN............................................................................ A. Pengertian Hipertropi ............................................................. 2 1. Etiologi Hipertropi.........................................................3 2. Klasifikasi Hipertropi dan tempat terjadinya............... 4 3. Tanda dan gejala.......................................................6 B. Pengertian Atropi............................................................6 1. Etiologi Atropi............................................................7 2. Klasifikasi Atropi......................................................8 3. Tanda dan gejala..........................................................12 BAB III PENUTUP..................................................................................... Kesimpulan..................................................................................... 14 Saran .............................................................................................. 14 Daftar Pustaka............................................................................................ 15



ii



Hipertrofi dan Atrofi | 3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latar belakang kami membuat makalah dengan judul Hipertrofi dan Atrofi adalah karena banyak sekali sekarang masyarakat yang berlatih demi mendapatkan ukuran tubuh khususnya bagian tertentu untuk di perbesar terutama hal ini telah banyak dilakukan oleh kaum pria hal ini membuat kami bertanya-tanya apa saja yang membuat mereka melakukan hal seperti itu dan factor apa saja yang mempengaruhi pembesaran itu. Selain pembesaran kami juga akan mencari tahu mengenai pertumbuhan abnormal lainnya yaitu atrofi hal ini disebabkan karena dalam setiap organ atau jaringan, peningkatan atau penurunan pertumbuhan berada pada lingkup fisiologikal dan patologikal sebagai bagian respon penyesuaian atau adaptasi sel sesuai perubahan permintaan pertumbuhan B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini kami hanya membahas masalah-masalah mengenai hipertrofi dan atrofi dari pengertian, jenis-jenisnya, etiologi, beserta tanda dan gejalanya. C. Tujuan Tujuan kami menulis makalah ini adalah kami ingin mengetahui dan memahami mengenai hal-hal yang menyangkut atrofi dan hipertrofi .



1 BAB II PEMBAHASAN A. HIPERTROFI .



Pengertian Hipertrofi Hipertrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh bertambahnya volume suatu jaringan alat tubuh, Bertambah besarnya alat tubuh terjadi oleh karena masing-masing sel yang membentuk alat-alat



tubuh tersebut membesar yang diakibatkan Hipertrofi dan Atrofi | 4



peningkatan ukuran sel-sel pembentuknya.hipertrofi juga dapat diartikan penambahan jumlah organel,(misalnya miofilamen) dan ukuran sel yang mengakibaatkan



peningkatan



ukuran



organ.



jadi



Hipertrofi



dapat



didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran sel, selain itu hipertrofi juga menyakan peningkatan ukuran sel didalam perubahannya meningkatkan ukuran alat tubuh. Hipertrofi dapat dilihat pada berbagai jaringan, tetapi khususnya sangat mencolok terdapat pada berbagai jenis otot. Peningkatan beban pekerjaan pada otot merupakan rangsang yang sangat kuat bagi Hipertrofi. Pada penonjolan otot bisep pada atlet angkat besi merupakan contoh Hipertrofi otot yang nyata dapat kita lihat. Hal yang sama juga dapat terjadi akibat respon adaptasi yang penting pada miokardium. Jika seseorang mempunyai katud jantung abnormal yang menimbulkan beban mekanik yang luar biasa pada ventrikel kiri atau jika ventrikel memompa melawan tekanan darah sistemik yang meninggi, akibat hipertrofi miokardium disertai penebalan dinding ventrikel.



2 Fenomena yang serupa dapat terjadi pada otot polos yang dipaksa bekerja melawan beban yang meningkat. Suatu ginjal juga dapat menjadi Hipertrofi bila ginjal lainnya sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi. Pembesaran ginjal yang terjadi pada keadaan ginjal lainnya kecil disebut atrofi kompensatorik.



Hipertrofi dapat berupa fisiologis maupun patologis dan disebabkan oleh:  Peningkatan kebutuhan konfensional, misalnya hipertrofi otot lurik pada binaragawan (fisiologi) atau otot jantung pada penyakit jantung (patologis)  Stimulus hormonal spesifik misalnya hipertrofi uterus selama kehamilan Hipertrofi dan Atrofi | 5



1. Etiologi hipertrofi Penyebab terjadinya hipertrofi adalah perubahan adaptif terhadap peningkatan beban kerja atau pengaruh rangsang hormone yang bersifat khas. Bertambahnya jaringan atau alat tubuh yang disebabkan oleh masing-masing sel membesar sehingga membentuk jaringan atau organ tubuh untuk beradaptasi dengan fungsi alat tubuh yang terlalu berat.



3



Selain itu hipertrofi juga dapat terjadi karena dipicu oleh membran sel yang melipputi faktor mekanis ( regangan) dan zat kimia trofik ( faktor dan zat vasoaktif). Hal ini menyebabklan peristiwa intra seluler diatur gen yang meliputi tidak hanya penambahan organel sel tetapi juga perubahan fenotipik pada sel yang hipertrofi. Pada jantung misalnya ada perubahan isoform dari miosis kerantai berat beta dan dari akin kebentuk skeletal alfa. Keduanya menghasilkan perlambatan kontraksi yang baik bagi serat otot yang hipertrofik.hipertrofi pada akhirnya akan mencapai suatu batas, dan saat itu terjadi perubahan degeneratif di sel serta jantung sehingga terjadilah gagal jantung. 2. Klasifikasi hipertrofi dan tempat terjadinya Hipertrofi dapat terjadi pada semua jaringan atau alat-alat tubuh tempat sel-selnya tidak dapat memperbanyak diri diantaranya pada otot, jantung, ginjal, kelenjar endokrin dan otot-otot polos serta pada bagian alatalat dalam yang berlumen dan berongga seperti usus dan ureter. Berikut macam-macam hipertrofi: a. Hipertrofi otot rangka (skeletal muscles) Hipertrofi ini disebabkan oleh Peningkatan diameter dari seratserat glikolitik-cepat yang direkrut selama otot berkontraksi kuat. Sebagian besar serat menebal sebagai akibat peningkatan sintesis filamen aktin dan Hipertrofi dan Atrofi | 6



miosin, yang memungkinkan peningkatan kesempatan jembatan silang berinteraksi dan meningkatkan kekuatan kontraktil ootot



4 Pada Hipertrofi yang terjadi pada otot rangka (skeletal muscles) sangat jelas contohnya, misalnya terdapat pada otot tungkai pengemudi becak, hal ini disebakan adanya peningkatan beban pekerjaan otot yang kuat. b. Hipertrofi pada serabut otot jantung ventrikel kiri Hipertrofi ini terjadi apabila jantung dituntut untuk bekerja lebih keras untuk melawan tahanan yang lebih besar agar darah dapat dipompa keseluruh tubuh pada sinus aorta, sama halnya jika seseorang mempunyai katub jantung abnormal yang menimbulkan beban mekanik yang luar biasa pada ventrikel kiri, atau jika ventrikel memompa melawan tekanan darah sistemik yang meninggi akibatnya Hipertrofi miokardium disertai penebalan



dinding



ventrikel.



Hipertrofi



pada



jantung



ini



dapat



menyebabkan payah jantung atau biasa disebut dengan hipertropi kardiomegali. c. Hipertrofi pada kelenjar endokrin Hipertrofi ini dapat terjadi pada berbagai endokrinofatilai, seperti pada tyhroid dan hipofisis, pada keadaan ini ditemukan sel yang bertambah besar dan mengalami pembentukan sel baru.bila pada alat tubuh yang berongga timbul obstruksi maka otot-otot polos pada dinding proksimal terhadap tempat obstruksi menjadi hipertropik, sebagai suatu usaha agar dapat mendorong isinya ketempat yang lebih distal. d. Hipertrofi pada otot-otot bisep Hipertrofi pada otot bisep ini sering terdapat pada penonjolan otot bisep pada atlet angkat besi yang dapat kita lihat nyata. Hal ini diakibatkan oleh peningkatan beban yang diangkat atau dilakukan.



5 e. Hipertrofi pada ginjal Hipertrofi ginjal dapat terjadi dan dapat menjadi hipertrofik pada ginjal lainnya. Sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi. Hipertrofi dan Atrofi | 7



Pembesaran pada ginjal dapat diakibatkan oleh adanya penambahan epitel tubulus dan kapiler glomerulus pada masing-masing nefron, hal itulah yang menyebabkan hipertrofi. 3. Tanda dan gejala Tanda dan gejala pada hipertrofi sebenarnya berbeda-beda hal ini dilihat dari alat tubuh yang mengalami hipertrofi, tetapi pada umumnya tanda dan gejalanya sebagai berikut:  Panas, berkeringat dan menggigil  Peningkatan jumlah miofibril, filamen aksin dan miosin  Otot menjadi tegang  Penigkatan elastisitas  Nyeri dada, pingsan dan sesak napas B. ATROFI Pengertian Atrofi Atrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu merupakan berkurangnya ukuran suatu organ atau sel karena mengecilnya ukuran sel, sering oleh mekanisme yang ikut serta pada apoptosis. Jaringan atau sel yang mengalami atrofi disebut dalam keadaan atrofik atau atrophied.



6 Atrofi merupakan respon penyesuaian yang penting terhadap berkurangnya permintaan tubuh berkaitan dengan fungsi organ atau selnya. Penting diperhatikan bahwa terjadinya atrofi tidak hanya berhentinya pertumbuhan tetapi juga pengukuran yang aktif dari ukuran sel dan jumlah yang diperantarai oleh apoptosis. Definisi lain tetapi memiliki maksud yang sama yaitu keadaan dengan mengecilnya sel-sel jaringan alat tubuh, sebagai akibat hilangnya beberapa unsure penyusun intraseluler, menyebabkan mengecilnya alat tubuh yang bersangkutan. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-sel spesifik, yaitu sel-sel parenchyma yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil. Jadi bukan mengenai sel-sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh tersebut. Stroma tampaknya bertambah yang sebenarnya hanya relatif, karena stroma tetap. Meskipin atrofi biasanya merupakan proses patologik juga sering disebut patofisiologik. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa perkembangan/ kehidupan dan jika alat tersebut sudah mencapai pada masa usia Hipertrofi dan Atrofi | 8



tertentu tidak menghilang maka dianggap patologik. Misalnya: kelenjar thymus dan duktus thyroglossus. Atrofi kadang-kandang juga terjadi akibat jumlah sel parenchyma berkurang biasanya disebut dengan numeric. 1. Etiologi atrofi Atrofi memiliki vbanyak penyebabya diantaranya sebagai berikut:  Berkurangnya beban kerja  Hilangnya persarafan  Berkurangnya perbekalan darah  Nutrisi yang tidak memadai  Hilangnya rangsangan hormon  Iskemik kronik 7     



Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang Hilangnya stimulus/rangsangan saraf Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin Kekurangan nutrisi Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan mengakibatkan pengecilan organ tersebut). Penyebab atrofi yang sering dijumpai adalah iskemia kronik.



Penyebab atrofi lain yang juga sering dijumpai, terutama yang menyerang otot rangka adalah disuse antrophy. Jika tungkai yang patah diletakkan dalam pembalut dari gips yang tidak dapat digerakkan dalam waktu yang cukup lama maka masa ekstremitas tersebut akan berkurang dengan bermakna disebabkan oleh aftrofi otot yang tidak digunakan. 2. Klasifikasi atrofi a. Atrofi senilis Atrofi Senilis juga sering disebut dengan istilah penuaan yang sistemik atau menyeluruh. Sesungguhnya merupakan bentuk Atrofi hormonal dan vaskuler oleh berkurangnya rangsangan endokrin dan gangguan vaskularisasi karena artetiosclerosis. Dapat terlihat misalnya kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang baik tulang panjang maupun tulang tengkorak menjadi menipis dan ringan akibat reabsorpsi, sehingga tulang- tulang ini menjadi berlubang-lubang, ringan dan mudah patah oleh trauma ringan.



Hipertrofi dan Atrofi | 9



8 Otak juga mengeci dan mengisut, siklus-siklus melebar, susunan ventrikel membesar, sel ganglion berkurang, sebaliknya sel glio bertambah atau sering disebut gliosis. Perubahan otak menyebabkan kemunduran dalam kejiwaan yang disebut dermantia senilis. b. Atrofi fisiologik Atrofi Fisiologik juga disebut involusi misalnya mengecil sampai hilangnya kelenjar timus pada individu usia pubertas, pembentukan ligamentum teres hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan penutupan fosamer ovale jantung setelah anak lahir maupun hilangnya duktus omphalomesentericus dan urakus. Bila onvolusi ini tidak sempurna maka akan tersisa jaringan alat tubuh tersebut seutuhnya atau sebagian dalam keadaan samar-samar rudimeter yang dapat pula berakibat gangguan. Bentuk involusi yang lain misalnya mengecilnya uterus setelah melahirkan dan mengecilnya kembali payudara setelah melahirkan juga dapat diambil sebagai contoh involusi. c. Atrofi nutrisional Atrofi nutrisional atau kelaparan (starvation atrophy) terjadi bila tubuh tidak dapat mendapat makan untuk waktu yang lama, misalnya terjadi pada orang yang sengaja berpuasa untuk waktu yang lama tanpa berbuka puasa, orang yang memang tidak mendapat makanan sama sekali karena terdampar dilaut atau padang pasir, oran yang menderita gangguan pada saluran pencernaan. Misalnya karena terdapat penyempitan (styrikura) esophagus pada penderita tersebut terakhir mungkin mendapat makanan dan



9 minuman yang cukup, tetapi makanan ini tidak mencapai lambung dan usus karena disemprotkan kembali. Karena itu, alat-alat tubuh tidak mendapat makanan yang cukup. Atrofi Nutrisional ini dapat menyebabkan badan menjadi kurus kering, mengalami emasiasi, serta inanisi. Pada penderita ini Hipertrofi dan Atrofi | 10



menggunakan simpanan atau cadangan karbohidrat, lemak, dan protein tubuhnya sebagai pengganti tenaga bagi kehidupannya. d. Atrofi inaktivitas Atrofi inaktivitas atau dengan kata lain disuse atrophy terjadi akibat inaktivitas alat tubuh atau jaringan. Misalnya inaktivitas yang menyebabkan otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila terdapat kumpulan otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata adalah bila terdapat kumpulan otot akibat hilangnya persyarafan seperti pada polimyelitis. Atrofi ini disebut juga atrofi neorotrofik karena atrofi ini terjadi akibat hilangnya impuls tropik. Tulang terjadi pada orang yang terkena suatu keadaan terpaksa berbaring lama sehingga mengalami atrofi inaktivitas. Tulang tersebut menjadi berlubang-lubang karena kehilangan kalsium sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik dan sel-sel kelenjar akan rusak apabila saluran keluarnya tersumbat untuk waktu yang lama. Misalnya pada pankreas, maka sel-sle asinus pankreas (eksorin) menjadi atrofi. e. Atrofi desakan Atrofi desakan (preassure atrophy) dapat terjadi akibat desakan terusmenerus atau desakan untuk waktu yang lama yang mengenai suatu alat tubuh atau jaringan. 10 Atrofi desakan fisiologik terjadi pada gusi akibat desakan gig yang akan tumbuh. Atrofi desakan patologik terjadi pada sternum akibat aneurisma aorta. Karena desakan tinggi dan terus-menerus mengakibatkan sternum menipis. Pada parenchyma ginjal juga dapat pada suatu alat tubuh karena menerima desakan suatu tumor didekatnya yang makin lama semakin membesar. f. Atrofi setempat Adalah atrofi yang terjadi pada sebagian jaringan atau lokal karena sebab-sebab tertentu. Misal; stroke pada ekstremitas kanan atas. g. Atrofi pada Testis Testis mengalami atrofi karena berbagai hal. Kebanyakan, atrofi testis diawali dengan orkitis yaitu peradangan pada testis yang disebabkan oleh infeksi. Biasanya, infeksi tersebut ditandai dengan gejala pembengkakan testis.



Pada



Hipertrofi dan Atrofi | 11



orkitis dapat terjadi kerusakan pembuluh darah pada korda spermatic berisi pembuluh darah, persarafan, kelenjar yang dapat menyebabkan atrofi testis.



(saluran



yang



getah bening, dan saluran sperma) Akibatnya,



testis



tersebut



mengalami



kegagalan fungsi untuk memproduksi sperma. Sehingga akan terjadi gangguan dalam menghasilkan keturunan. h. Atrofi pada Otak, Penderita Alzheimer Alzheimer termasuk salah satu kepikunan berbahaya yang dapat menurunkan daya pikir dan kecerdasan seseorang. Fenomena alzheimer ditandai dengan adanya kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari (Quartilosia, 2010). Secara anatomi, serebrum mengalami atrofi, yaitu girus serebrum menjadi lebih kecil/menciut sedangkan sulkusnya melebar. 11 Penderita Alzheimer biasanya akan sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Orang-orang di sekitar penderita, biasanya



akan



mengalami



kekhawatiran terhadap penderita alzheimer. Ini



merupakan



atrofi otak yang sangat mematikan, karena sel-sel saraf



pada otakn



akibat



i. Atrofi pada otot Bisep Telihat dengan jelas bahwa lengan atasnya mengalami pengecilan. Pada umumnya, kondisi ini disebabkan oleh inaktivitas/disuse otot lengan tersebut. Lengan tersebut jarang digunakan untuk mengankat beban, atau jarang digunakan untuk bekerja sehingga mengalami penyusutan. Atrofi ini disebut atrofi inaktivitas patologik. Seseorang yang mengalami atrofi otot akan mengalami penurunan kekuatan bahkan yang lebih fatal yaitu dapat mengakibatkan kelumpuhan. Namun, ada cara-cara mengatasinya diantaranya yaitu, dilakukannya program olah raga rutin dengan pengontrolan terapis, perawat, atau dokter; latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot; dan



mengonsumsi



makanan



bergizi



seimbang



(obat-



penyakit.com, 2010). Hipertrofi dan Atrofi | 12



3. Tanda dan gejala atrofi Adapun tanda dan gelajanya berbeda- beda pada setiap jenis atrofi diantaranya sebagai berikut:  Pada atrofi senilis tanda-tandanya terlihat dari kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang baik tulang panjang ataupun tulang tengkorak menjadi menipis akibat reabsorbsi sehingga menjadi ringan ,berlubang dan mudah patah. Gejalnya diakibatkan oleh penuaan.



12







Pada



atrofi



fisiologik



tandanya



terlihat



dari



pembentukan



ligamentusteres hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan penutupan fosamer ovale jantung setelah anak lahir maupun hilangnya 



duktus omphalomesentericus dan urakus. Gejala ini akibat involusi Pada atrofi nutrisional atau kelaparan tandanya dapat terlihat dari badan







menjadi kurus kering, mengalami emasiasi, inasisi. Pada atrofi inaktivitas tanda dan gejalanya dapat terlihat daritulangnya menjadi berlubang karena kehilangan kalsium yang menyebabkan tidak







akan tumbuh dengan baik serta rusaknya sel-ssel kelenjar. Pada atrofi desakan gejal dan tandanya dapat dilihat dari gusi apabila akan ada gigi yang akan tumbuh selain menipisnya sternum akibat aneurisma aorta







Pada atrofi setempat tanda dan gejalanya dapat terlihat daritekanan darah yang tinggi akibat gejala stroke.



Hipertrofi dan Atrofi | 13



13



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari makalah yang kami siusun mengenai atrofi dan hipertrofi ini kami dapat menyimpulkan hal- hal sebagai berikut: Atrofi dan hipertrofi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan progresif yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan seseorang yang tidak wajar. Atrofi dan hipertrofi ini di sebabkan oleh sel dari suatu jaringan yang mengalami penyusutan dan pembesaran Hipertrofi biasanya banyak terjadi pada semua jaringan atau alat tubuh yang selnya tidak dapat memperbanyak diri. Diantaranya pada otot, jantung, ginjal, kelenjar endokrin serta pada otot polos dan bagian alat dalam yang berlumen, berongga seperti usus , ureter. B. SARAN Dari makalah yang kami susun diatas kami hanya dapat menyarankan bahwa pentingnya kita mengetahui tentang hipertrofi dan atrofi ini sehingga kita dapat menngerti dan memahami hal ini sebab setiap manusia akan mengalami atrofi khususnya atrofi sinilis ketiika kita berusia tua.



14 DAFTAR PUSTAKA



Prawiro A, Andoko. (1988). Catatan Kuliah PATOLOGI UMUM. Jakarta: EGC. Hipertrofi dan Atrofi | 14



Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC Vinay kumar, ramzi s. contran & Stanley I Robbins 2007. Buku ajar patologi ed.7.jakarta: EGC Kowalak, Jennifer P.2011.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta :EGC



15



Hipertrofi dan Atrofi | 15