Makalah Bakteri 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BAKTERIOLOGI tentang Borrelia Reccurentis



Disusun oleh: 1. Syayyid Adnan (20154110868) 2. Ria WulanSari (20154120910)



Dosen Pembimbing



: Kuswiyanto S,Si.M,KES



DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK TAHUN AJARAN 2017



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Borrelia Reccurentis” ini, kami susun untuk memenuhi syarat dalam hal syarat kontrak belajar bakteriologi, yang telah disepakati sebelumnya pada semester IV di Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak. Penyusun juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik itu dari segi penulisan, bahasa, maupun kosa kata yang digunakan.Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua umumnya dan terlebih bagi kami penyusun khususnya.



Penyusun



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar.........................................................................................................................1 Daftar Isi................................................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................................. 3 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3 C. Tujuan .......................................................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah.......................................................................................................................... 4 B. Klasifikasi.......................................................................................................................4 C. Morfologi....................................................................................................................... D. Siklus Hidup ................................................................................................................ 6 E. Patogenesis.................................................................................................................... F. Cara Pemeriksaan Laboratorium................................................................................... 7 G. Penularan dan pencegahan ........................................................................................... 8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................................... 9 B. Saran............................................................................................................................. 9 Daftar Pustaka



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya jika kita mendengar kata bakteri, yang langsung terbayang adalah makhluk amat kecil yang berbahaya karena menyebabkan berbagai penyakit. Bakteri Borrelia Reccurentis adalah salah satu jenis bakteri yang jarang dibicarakan. Banyak masyarakat yang kurang tahu tentang B. Reccurentis, bakteri ini adalah penyebab infeksi pada aliran darah. Namun banyak sebenarnya yang patut diketahui dari bakteri ini. B. Perumusan Masalah 1) Mengetahui sejarah (history) dari Borrelia Reccurentis. 2) Mengetahui klasifikasi dari Borrelia Reccurentis. 3) Mengetahui morfologi dari Borrelia Reccurentis 4) Mengetahui siklus hidup Borrelia Reccurentis. 5) Mengetahui patogenesis dari Borrelia Reccurentis. 6) Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium atas bakteri Borrelia Reccurentis. 7) Mengetahui penularan dan pencegahan dari bakteri Borrelia Reccurentis. C. Tujuan Makalah ini dibuat untuk memudahkan pembaca khususnya tenaga medis yang diwajibkan dapat melakukan pemeriksaan penyakit untuk mengetahui dan memahami berbagai informasi tentang bakteri Borrelia Reccurentis serta penyakit yang ditimbulkan. Bagi masyarakat umum, makalah ini dapat digunakan sebagai sarana membuka informasi sehingga mayarakat dapat mengetahui lebih jauh tentang bakteri Borrelia Reccurentis ini beserta peranannya yang menguntungkan dan merugikan.



BAB II 4



TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah



Louse-borne relapsing fever (LBRF), yang disebabkan oleh Borrelia reccurrentis, adalah salah satu penyakit yang paling berbahaya yang dibawa oleh arthropoda. B. recurrentis merupakan bakteri spirokheta yang berbentuk spiral dan bergerak dengan cara membelit. Penyakit demam berulang ini bersifat endemik di berbagai tempat di dunia. Karakteristik penyakit ini muncul sebagai epidemi apabila ditularkan oleh tungau, sedangkan bersifat endemis apabila ditularkan melalui kutu. Penyakitnya berlangsung secara mendadak, demam menggigil, sakit kepala hebat, seringkali disertai nyeri otot dan persendian, limpa agak membesar dan gejala-gejala ikterus. Pencegahan terutama dilakukan dengan cara menghindari kontak atau berdekatan dengan tungau atau kutu dan memberantas kedua macam arthropoda tersebut, baik dengan cara menjaga kebersihan atau dengan menggunakan insektisida. Pengobatan yang saat ini digunakan adalah dengan tetrasiklin, klortetrasiklin dan penisilin.



B. Klasifikasi Kingdom : Bacteria 5



Phylum Class Order Genus Species



: Spirochaetes : Spirochaetes : Spirochaetales : Borrelia : Borrelia recurrentis



C. Morfologi



Borrelia recurrentis berbentuk spiral tidak teratur, panjangnya 10-30 µm dan lebarnya 0,3 µm. Jarak antara putaran spiral berkisar antara 2-4 µm. Dapat bergerak aktif dan sangat fleksibel, bergerak dengan rotasi atau membelit. Organisme ini sangat lemas dan bergerak dengan rotasi membelit. Merupakan organisme yang sangat unik , karena pada selubung luar , mempunyai 15 sampai 22 filamen aksial , kompleks selaput sitoplasma dan mempunyai dindimg sel dan tabung protoplasma. B. recurrentis mudah diwarnai dengan zat warna bakteriologik maupun dengan zat warna darah seperti Giemsa atau Wright. Bakteri ini termasuk ke dalam jenis bakteri gram negatif . Organisme ini dapat berkembang biak pada pembenihan cair yang mengandung darah, serum atau jaringan. Organisme ini dapat berkembang biak dengan cepat pada embrio anak ayam ketika darah dari pasien di inkubasi ke dalam membran Chorio Allantoic. Organisme ini dapat bertahan hidup hingga beberapa bulan dalam darah yang terinfeksi pada suhu 4 0C.



6



D. Siklus Hidup



Borrelia recurrentis merupakan penyebab demam berulang epidemik dengan Pediculus humanus subspesies humanus sebagai vektornya. Pediculus humanus, pada saat tungau itu menggigit sehingga mencemari luka atau cairan sendi dari kutu argasid. Jenis argasid tersebut terutama adalah Ornithodoros bermsi dan O. Turicata di Amerika Serikat, O. Rudis dan O. Talafe di Amerika Tengah dan Selatan, O. Moubata dan O. Hispanica di Afrika dan o. Tholozani Timur Tengah dan Timur Dekat. Kutu-kutu ini biasanya makan pada waktu malam hari, mereka makan secara cepat dan kemudian meninggalkan host-nya; mereka mempunyai masa hidup yang panjang yaitu selama 2-5 tahun dan tetap infektif selama masa hidupnya. Kutu yang telah mengisap darah penderita dapat menjadi sumber infeksi bagi orang-orang di sekitarnya dan penularan terjadi sebagai akibat gosokan bangkai kutu pada luka gigitan(bakteri dikeluarkan dan memasuki kulit yang sudah digaruk atau digigit). Pada saat kutu tersebut menginfeksi penderita melalui membran mukosa, B. Recurrentis dilepaskan ke dalam tubuh penderita bersamaan dengan aliran darah. Pada kasus-kasus fatal, bakteri ini dalam jumlah besar dapat ditemukan dalam bentuk spirokheta di dalam limpa, hati, dalam organ parenkim lainnya yang telah mengalami nekrosis, dan dalam lesi-lesi hemoragik di dalam ginjal traktus garstrointestinal. Pada penderita dengan meningitis, bakteri dapat ditemukan dalam likuor serebropinalis dan 7



jaringan otak. Ternyata pada binatang percobaan, otak dapat merupakan reservoir setelah bakteri menghilang dari peredaran darah.



E. Patogenesis Masa inkubasi borrelia recurrentis selama 3 – 10 hari. Penyakit timbul disertai menggigil dan suhu yang naik dengan drastis dan mendadak. Selama masa inkubasi, dalam darah orang yang terinfeksi organisme ini terdapat banyak sekali jumlah spirroketa. Demam berlangsung selama 3 – 5 hari dan kemudian menurun menyebabkan pasien dalam keadaan lemah tetapi tidak sakit. Masa tanpa demam ini (lemah) berlangsung 4 – 10 hari dan diikuti serangan serangan kedua berupa menggigil, demam, sakit kepala hebat dan lelu. Kejadian ini berlangsung sampai 3 – 10 kali. Sesudah itu, serangan semakin ringan. Selama stadium demam (khususnya bila suhu sedang meningkat). Pada masa inkubasi organisme ini terdapat darah, namun pada masa demam organisme ini tidak terdapat dalam darah. Anti bodi yang melawan spiroketa muncul selama tahap inkubasi dan serangan akan diakhiri dengan aglutinasi dan efek litik. Antibodi-antibodi ini memisahkan varian yang berbeda secara antigen untuk berkembang biak dan menyebabkan relaps. Beberapa varietas antigen borrelia yang berbeda diisolasi dari satu orang pasien yang mengalami relaps berantai, meski mengikuti percobaan inokulasi dengan satu organisme.



Contoh orang yang terkena gigitan kutu yang mengandung bakterti Borrelia recurrentis , menimbulkan bekas luka / lesi yang khas.



F. Pemeriksaan Laboratorium



8



Bahan pemeriksaan berasal dari darah yang diambil dari penderita pada waktu demam meningkat. Dibuat sediaan darah tebal yang diwarnai secara Wright atau Giemsa dan dicari bakteri di antara sel-sel darah merah. Selanjutnya darah diinokulasikan secara intraperitoneum pada tikus. Setelah 2-4 hari dibuat sediaan darah ekor dan dicaribakterinya. Tes pengikatan komplemen dapat dikerjakan dengan menggunakan kuman yang ditanam dalam suatu perbenihan sebagai antigen, ternyata cara penyediaan antigen yang baik tidaklah mudah, dan pada umumnya hasil tes serologi kurang bermanfaat untuk diagnosis, dikarenakan oleh banyaknya varian antigen yang dapat ditemukan pada seorang penderita. Pada penderita dengan demam berulang epidemik dapat terbentuk aglutinin terhadap bakteri Proteus OXK dan serum penderita juga memberikan hasil positif pada tes VDRL.



G. Penularan dan Pencegahan Perlu diingat bahwa dalam tubuh sengkenit (tungau) lunak ini dapat terjadi transmisi Borrelia dari generasi ke generasi secara transovarium. Bakteri dapat ditemukan di seluruh jaringan tubuh sengkenit. Penularan terjadi lewat gigitan atau penghancuran sengkenit. Penyakit yang ditularkan oleh sengkenit ini bersifat sporadik. Jika penderita demam berulang tersebut juga terjangkit kutu (Pediculus humanus), maka 4-5 hari kemudian kutu yang telah mengisap darah penderita dapat menjadi sumber infeksi bagi orang-orang di sekitarnya dan penularan terjadi sebagai akibat gosokan bangkai kutu pada luka gigitan. Penularan oleh kutu manusia ini dapat mengakibatkan terjadinya epidemi pada penduduk yang telah terjangkit kutu dan 9



penyebaran dipermudah dalam keadaan tertentu, antara lain penduduk yang sangat padat, kekurangan gizi dan pada iklim yang dingin. Di daerah endemik, kadang-kadang infeksi pada manusia terjadi sebagai akibat kontak dengan darah atau jaringan binatang mengerat yang telah terkena infeksi. Pada kasus-kasus sporadik mortalitasnya rendah, tetapi pada kasus epidemik mortalitasnya dapat mencapai 50%. Pencegahan terutama dilakukan dengan cara menghindari kontak atau berdekatan dengan sengkenit atau kutu dan memberantas kedua macam arthropoda tersebut, baik dengan cara menjaga kebersihan atau dengan menggunakan insektisida seperti penyemprotan dengan permethrin sebanyak 0,003 – 0,3 kg/hektar (2,47 acre) terhadap lingkungan di sekitar penderita. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis sediakan fasiltas untuk mandi dan mencuci pakaian secukupnya dan lakukan kegiatan active survellance. Apabila infeksi menyebar, lakukan penaburan permethrin secara sistematis kepada semua anggota masyarakat sedangkan untuk tickborne relapsing fever, permethrin atau arcaricide lainya ditaburkan di wilayah dimana kutu sebagai vektor penyakit ini diperkirakan ada di wilayah tersebut. Agar sustainabilitas upaya pemberantasan tercapai maka lakukan upaya-upaya di atas selama masa penularan dengan siklus setiap bulan sekali. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat digunakan untuk pencegahan.



BAB III 10



PENUTUP A. Kesimpulan Borrelia Reccurentis merupakan mikroorganisme berbentuk spiral , fleksibel dan tidak berflagel. Bergerak dengan cara berputar mengelilingi poros spiral (melilit), kontraksi sel dan gerakan ular. Dapat hidup bebas dan sebagai parasit (pathogen). Reproduksi berlangsung secara tranversal. Merupakan mikrooorganisme anaerob dan ditularkan oleh tuma/sengkenit. Merupakan mikroorganisme penyebab penyakit demam kambuhan. Memiliki panjang 10 – 30 µm dan lebar 0,3 µm. Jarak antar putaran spiral berkisar antara 2 - 4 µm. Pada kasus yang fatal organisme ini dapat ditemukan dalam limpa dan hati, adanya fokus nekrosis pada organ parenkimatosa lainnya, serta lesi hemoragik pada ginjal dan saluran cerna. Namun terkadang spiroketa juga terdapat juga pada cairan otak dari orang yang menderita meningitis. Pengobatan paling efektif adalah dengan tetrasiklin, eritromisin dan penisilin yang mungkin cukup untuk menghentikan serangan.



B. Saran Oleh karena itu perlu diperhatikan bakteri Borrelia Reccurentis ini karena dapat menyebabkan penyakit demam kambuhan pada manusia sehingga diharapkan masyarakat umum dapat menjaga diri dan lingkungannya agar dapat terhindar dan tidak terkena infeksi dari bakteri ini.



DAFTAR PUSTAKA



11



http://images.google.co.id/imgres? imgurl=http://microbewiki.kenyon.edu/images/thumbs/c/c2/Borrelia _phage.gif/250pxhttp://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/borrelia-recurrentis.pdf http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/fitriana-susanti-078114108.pdf



http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/Website/lectures/lecture/relapfev.htm



12