Makalah Biodiversitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIODIVERSITAS DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN Tugas Mata Kuliah Lingkungan dan Kesehatan Global



Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Afriani Tinurbaya Asyifa Widya Ira Ayu Hastiaty Isnaniyah Rizky Lili Damayanti Nurul Safitri Yemima Irawanti Yopita Ratnasari



2006505171 2106676442 2106676796 2106676846 2106676921 2006505940 2106677376 2106677413



PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2021



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i DAFTAR TABEL .................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1 B. Permasalahan ................................................................................................................. 3 C. Ruang Lingkup................................................................................................................ 3 BAB II BIODIVERSITAS DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN A. Pengertian Biodiversitas ................................................................................................ 4 B. Kaitan Biodiversitas dengan Kesehatan Masyarakat ..................................................... 6 C. Issue Global Biodiversitas & Kerusakan Lingkungan dalam Kesehatan Masyarakat ... 9 D. Pengaruh Kerusakan Lingkungan Terhadap Biodiversitas ............................................ 10 E. Kerusakan Lingkungan & Biodiversitas Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat ......... 11 F. Upaya Mengatasi Masalah Kerusakan Lingkungan & Biodiversitas ............................ 14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 21



i



DAFTAR TABEL



Tabel 1 Jasa-jasa ekosistem sebagai penunjang perikehidupan manusia khususnya dan makhluk hidup umumnya ...................................................................................................... 5



ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar 2.1 Dampak Langsung dan Tidak Langsung Akibat Kerusakan Biodiversitas ....... 12 Gambar 2.2 Kerangka Kerja Untuk Mengembangkan Intervensi Konservasi ...................... 15



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan variabilitas diantara organisme hidup yang berasal dari semua sumber seperti ekosistem darat, laut dan perairan lainnya dan merupakan bagian dari kompleksitas ekologis termasuk keragaman dalam spesies, antara spesies dan ekosistem (www.cbd.int). Pentingnya biodiversitas bagi kesejahterahan dan kesehatan manusia menjadi lebih menonjol ketika proses loss of biodiversity (kepunahan biodiversitas) terjadi, sehingga disadari pentingnya konservasi dan melindungi serta merasionalkan penggunaan sumber daya hayati demi melindungi ekosistem alami yang ada, hal ini disampaikan oleh Chivian & Bernstein dalam penelitiannya Millenium Ecosystem Assessment 2008 (Alho, 2012). Menurut FAO (Food and Agriculture Organization of the UN), Biodiversitas memiliki banyak manfaat dalam berbagai sektor kehidupan, yaitu dalam jasa ekosistem, sebagai sumber daya hayati, serta memiliki manfaat sosial (Sutarno, Setiawan Ahmad, 2015) Indonesia disebut sebagai negara mega-biodiversitas karena memiliki kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi, baik di daratan maupun lautan. Menurut World Wide Fund for Nature, tingkat kepunahan biodiveritas di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Kepunahan biodiversitas ini diakibatkan oleh kerusakan lingkungan, perubahan iklim (pemanasan global), eksploitasi yang berlebihan, pencemaran lingkungan, ketidaksengajaan, kecelakaan dan datangnya spesies asing (Sutarno, Setyawan., 2015). Hal ini berdampak terhadap kesehatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan bukan hanya sebagai ketiadaan penyakit atau kecacatan, namun secara lebih luas menyangkut sehat secara fisik, kejiwaan serta kesejahteraan sosial, termasuk diantaranya adalah lingkungan yang mendukung, keamanan pribadi, kebebasan dalam memilih, hubungan sosial, pekerjaan dan penghasilan yang memadai, akses terhadap sumber pendidikan serta identitas budaya. Hal ini disampaikan oleh Diaz pada hasil risetnya dalam Millennium Assessment tahun 2005 (Diaz, et al., 2006).



1



Beberapa penelitian menggambarkan adanya korelasi antara biodiversitas dan kesehatan manusia atau kesehatan masyarakat. Kepunahan biodiversitas dapat menyebabkan kemunculan dan penularan penyakit, serta gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh hilangnya berbagai jenis pangan. J. Lederberg, peneliti Amerika Serikat mengatakan bahwa dalam kurun waktu dua dekade terakhir telah terlihat bahwa munculnya infeksi pathogen penyakit, seperti penyakit imun, multi-drug resistant dan tick borne diseases merupakan ancaman substansial bagi kesehatan manusia (Daszak, 2021). Sebaliknya, keuntungan yang didapat dengan melestarikan lingkungan dapat mengurangi polusi udara, sehingga berdampak pada penurunan kejadian penyakit paru dan kardiovaskular. Sebagaimana diketahui, penyakit paru dan kardiovaskular merupakan salah satu penyakit yang kejadiannya masih relatif tinggi di Indonesia. Segala bentuk perencanaan terkait penanggulangan penyakit dimaksud juga telah menjadi prioritas Pemerintah Indonesia. Namun demikian, melihat dari salah satu sebab dominan terjadinya penyakit dimaksud adalah karena kepunahan biodiversitas, maka penting untuk melihat dan mengidentifikasi faktor biodiversitas dalam pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Beberapa fakta ilmiah juga mengkaitkan masalah kesehatan fisik dan mental dengan lingkungan alam. Masyarakat yang menghabiskan lebih banyak waktu di alam memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik, tingkat stress yang lebih rendah dan waktu penyembuhan yang lebih cepat. Saat ini kesehatan mental merupakan isu utama dalam ilmu kesehatan masyarakat internasional karena diprediksi akan menjadi beban penyakit pada tahun 2030 yang akan berdampak pula terhadap ekonomi Negara (WHO, 2011). Dalam kaitan hal-hal tersebut di atas, terlihat bahwa biodiversitas memiliki efek yang luas ke berbagai sektor seperti kesehatan manusia, sosial, dan ekonomi yang merupakan rangkaian faktor terciptanya kesejahteraan masyarakat. Dengan menyadari pentingnya biodiversitas terhadap kesehatan masyarakat, maka perlu upaya pengelolaan yang bijaksana dalam mencegah berbagai kerusakan lingkungan yang dapat mengganggu kelestarian biodiversitas, baik di tingkat global, regional, maupun lokal.



2



B. Permasalahan 1. Apakah yang dimaksud dengan biodiversitas? 2. Mengapa biodiversitas penting untuk dibahas? Apa kaitannya dengan kesehatan masyarakat? 3. Apakah masalah biodiversitas dan kerusakan lingkungan merupakan issue global dalam bidang kesehatan masyarakat? 4. Bagaimana kerusakan lingkungan dapat mempengaruhi biodiversitas? 5. Bagaimana kerusakan lingkungan dan biodiversitas dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat? 6. Upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan dan biodiversitas? C. Ruang Lingkup 1. Pengertian biodiversitas 2. Kaitan biodiversitas dan kesehatan masyarakat 3. Masalah biodiversitas dan kerusakan lingkungan sebagai issue global dalam bidang kesehatan masyarakat 4. Pengaruh kerusakan lingkungan terhadap biodiversitas 5. Pengaruh kerusakan lingkungan dan biodiversitas terhadap kesehatan masyarakat 6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan dan biodiversitas



3



BAB II BIODIVERSITAS DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN



A. Pengertian Biodiversitas Biodiversitas berasal dari biological diversity atau keaneragaman hayati. Namun banyak yang berpendapat bahwa biodiversitas tidak sama dengan jumlah spesies di suatu daerah. Istilah untuk ukuran ini adalah kekayaan spesies, yang hanya merupakan salah satu komponen keanekaragaman hayati. Biodiversitas adalah atribut suatu wilayah dan secara khusus mengacu pada keanekaragaman di dalam dan di antara organisme hidup, kumpulan organisme hidup, komunitas biotik, dan proses biotik, baik yang terjadi secara alami atau dimodifikasi oleh manusia. Biodiversitas dapat diukur dalam hal keragaman genetik, jumlah berbagai jenis spesies, kumpulan spesies, komunitas biotik, proses biotik, dan jumlah (misalnya, kelimpahan, biomassa, tutupan, laju) dan struktur keanekaragaman hayati (Swingland, 2013). Dalam Convention on Biological Diversity (1992), biodiversitas berarti keragaman di antara organisme hidup dari semua sumber termasuk, antara lain, ekosistem darat, laut dan akuatik lainnya, Serta kompleks ekologi yaitu keanekaragaman dalam spesies, antar spesies dan ekosistem. Biodiversitas juga sebagai keragaman kehidupan di setiap tingkat hierarki dan skala spasial organisasi biologis, gen dalam populasi, populasi dalam spesies, spesies dalam komunitas, komunitas dalam lanskap, lanskap dalam bioma, dan bioma dalam biosfer. Secara fungsional kedua definisi ini serupa. Definisi CBD secara eksplisit menggabungkan istilah ekosistem yang digunakan dalam konteks yang sebanding. Kedua definisi tersebut mencakup skala genetik, spesies, habitat, dan geografis sehingga mencakup semua makhluk hidup dan sistem terkait (www.biodiversitya-z, 2019). Biodiversitas bersifat multi dimensi. Hal ini tercermin pada beragamnya definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Namun demikian, dalam perbedaan definisi dimaksud terdapat kesamaan yang telah dikemukakan tiga komponen prinsip, yaitu ekosistem, jenis, dan gen (Cecep 2015).



4



Biodiversitas itu sendiri terdiri dari tiga tingkatan (Purvis dan Hector 2000) yaitu: a) keanekaragaman spesies, yaitu keanekaragamanan semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk bakteri dan Protista serta spesies dari kingdom bersel banyak (jamur, tumbuhan, hewan bersel bayak atau multiseluler). b) Keanekaragaman genetik, yaitu variasi genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di atara individu-individu dalam satu populasi. c) keanekaragaman ekosistem, yaitu komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing. Lebih jauh menurut Schaltegger dan Bestanding pada penelitiannya tahun 2012, Biodiversitas merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem (ecosystem service), baik dalam bentuk barang/produk maupun dalam bentuk jasa lingkungan yang sangat diperlukan oleh perikehidupan makhluk hidup, khususnya manusia. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan pengembangan infrastruktur seperti pembangunan diberbagai sektor yang cukup pesat dalam beberapa dekade terakhir telah banyak berdampak pada ekosistem penyedia berbagai jasa lingkungan dan produk tersebut di atas serta mengalami kerusakan karena berbagai faktor sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini (Cecep 2015). Tabel. 1 Jasa-jasa ekosistem sebagai penunjang perikehidupan manusia khususnya dan makhluk hidup umumnya. Tipe Jasa Ekosistem Bentuk Jasa/Barang Provisioning services (produk-produk • Makanan dan Minuman yang diperoleh dari ekosistem)



• Kayu • Hasil hutan bukan kayu (getah, buah, kopal daun, obat-obatan, dan lain-lain)



Regulating services (Jasa yang diperoleh • Pengendalian iklim dari proses pengaturan/proses ekologis • Pengendalian hama-penyakit esensial dalam suatu ekosistem)



• Pengaturan tata air • Pemurnian air • Pengendalian erosi dan banjir • Penyerbukan



5



Cultural services (Jasa non-materi yang • Spiritual diperoleh dari suatu ekosistem)



• Rekreasi/ekoturisme • Keindahan • Inspirasi • Pendidikan • Warisan kebudayaan



Supporting pendukung



services yang



(jasa-jasa



diperlukan



untuk



memproduksi beragam jasa ekosistem)



• Siklus hara • Formasi tanah • Produksi primer • Siklus CO2, Siklus N2 dan lain-lain.



B. Kaitan Biodiversitas dengan Kesehatan Masyarakat Kesehatan adalah hak asasi manusia kita yang paling dasar. Bagi kebanyakan orang, sehat tidak hanya berarti bebas dari penyakit, tetapi juga keadaan kesejahteraan sosial, emosional, fisik, spiritual, dan budaya. Menjadi sehat dan memiliki kapasitas untuk menjaga kesehatan pribadi dan keluarga atau masyarakat tergantung pada berbagai faktor, termasuk status ekonomi dan juga lingkungan. Karena itu, kesehatan masyarakat adalah salah satu indikator terpenting pembangunan berkelanjutan. Dengan mengamankan penyediaan dan layanan yang menopang kehidupan yang disediakan, konservasi dan penggunaan Biodiversitas yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat signifikan bagi kesehatan masyarakat. Sebaliknya, hilangnya biodiversitas secara terus-menerus dalam skala global merupakan ancaman langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Tanpa lingkungan global yang sehat dan mampu mendukung keragaman kehidupan, populasi manusia tidak akan ada (CBD, 2010). Laporan Penilaian Ekosistem Milenium dan panel antar pemerintah tentang perubahan iklim telah menyoroti bagaimana kesejahteraan manusia dalam hal ini kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan global dan keberlanjutan ekosistem. Namun, sejumlah besar manfaat yang diberikan biodiversitas bagi kesehatan dan kesejahteraan kurang dihargai dan tidak diakui dalam komunitas kesehatan, sehingga tidak dapat mengambil keputusan penting tentang strategi kesehatan global 6



dan regional. Pada saat yang sama, kepentingan sosial dan kesehatan masyarakat yang lebih luas dari biodiversitas tidak selalu dipahami oleh mereka yang peduli dengan konservasi biodiversitas (CBD 2010). Biodiversitas sebagai penyedia jasa/produk esensial perikehidupan di dunia tentunya sangat berkaitan erat dengan kesejahterahan manusia khususnya kesehatan masyarakat. Biodiversity loss atau kepunahan biodiversitas akan berdampak signifikan secara langsung terhadap manusia apabila jasa ekosistem tidak memadai akibat dari pemenuhan kebutuhan sosial. Secara tidak langsung, perubahan yang terjadi dalam jasa ekosistem juga mempengaruhi mata pencaharian, pendapatan, migrasi lokal dan terkadang menyebabkan atau memperburuk konflik politik. Biodiversitas mikroorganisme, flora dan fauna akan menyediakan keutungan berkepanjangan terhadap biologi, kesehatan, dan ilmu pengetahuan farmakologis. Penemuan medis dan farmakologis yang signifikan dibuat melalui pemahaman besar tentang biodiversitas bumi. Biodiversity loss akan dapat membatasi penemuan global potensial terkait banyak penyakit dan masalah kesehatan. Perubahan biodiversitas akan berdampak pada fungsi dan menjadi gangguan signifikan pada ekosistem yang akibatnya berdampak pada kelangsungan jasa dan barang ekosistem. Memaknai dampak kesehatan yang luas akibat dari biodiversity loss, (WHO 2015) terdapat beberapa hal kunci penting yang berdampak langsung pada sektor kesehatan, antara lain: a. Dampak biodiversitas pada gizi: Biodiversitas memiliki peran krusial pada kondisi gizi



manusia



melalui



pengaruh



kesediaan



produksi



makanan



yang



secaraberkelanjutan tersedia dalam bentuk sumber genetik pertanian, perternakan dan



kekayaan



laut



yang



dipanen



sebagai



makanan.



Akses



kecukupan



keanekaragaman gizi pada makanan merupakan penentu utama kesehatan. Kelangkaan produk/barang biodiversitas yang dikonsumsi manusia sebagai penunjang gizi akan mengakibatkan banyak hal seperti penyakit malnutrisi. b. Dampak biodiversitas terhadap penelitian dan obat-obatan tradisional: Pelayanan kesehatan tradisional memiliki peran esensial dalam pelayanan kesehatan. Penggunaan obat-obat tradisional yang digunakan dalam pelayanan dimaksud diestimasi mencapai 60% dari populasi dunia dari berbagai negara yang secara 7



ekstensif dimasukan ke dalam sistem kesehatan masyarakat. Tanaman obat dari berbagai populasi liar yang tersedia di bumi menjadi komoditas bahan baku obat. Meskipun saat ini tersedia obat berbahan sintetis yang dibuat untuk berbagai tujuan, kebutuhan dan permintaan global akan produk alami terus berlanjut untuk digunakan sebagai produk obat, penelitian biomedis yang mengandalkan tanaman, hewan dan mikroba untuk memahami fisiologi manusia dan untuk memahami dan mengobati penyakit manusia. c. Penyakit infeksius sebagai dampak biodiversitas: aktifitas manusia mengganggu struktur dan fungsi ekosistem dan lambat laun merubah biodiversitas asli. Berkurangnya suatu organisme akan berakibat dan berdampak pada pertumbuhan organisme lainya serta akan memodifikasi interaksi antar organisme lainnya yang saling berhubungan dengan lingkungan fisik dan kimianya. Pola infeksi penyakit sangat sensitif dengan gangguan ataupun perubahan yang terjadi pada biodiversitas. d. Perubahan iklim, biodiversitas dan kesehatan: biodiversitas menyediakan berbagai jasa ekosistem yang krusial untuk kesejahterahan manusia saat ini dan untuk masa depan. Iklim merupakan bagian integral dari bagian fungsi ekosistem dan kesehatan manusia secara langsung terdampak langsung dan tidak langsung khususnya oleh konsidisi iklim yang bergantuk pada ekosistem darat dan laut. Biodiversitas laut dipengaruhi oleh keasaman laut yang berkaitan dengan kadar karbon di atmosfer. Biodiversitas ekosistem darat dipengaruhi oleh varibilitas iklim, seperti kejadian cuaca ekstrem (banjir, kekeringan) yang secara langsung mempengaruhi kesehatan ekosistem dan produktivitas serta ketersediaan barang dan jasa ekosistem untuk digunakan manusia. Perubahan iklim jangka panjang akan mempengaruhi pergeseran distribusi tanaman, pathogen, hewan dan bahkan pemukiman manusia. Fakta kunci yang dapat disimpulkan dari uraian di atas antara lain biodiversitas menyediakan berbagai barang dan jasa esensial untuk kehidupan di dunia khususnya kesehatan masyarakat. Biodiversitas juga mendukung kebutuhan manusia dan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan. Perubahan yang terjadi akibat penggunaan atau pengelolaan berlebih (eksploitasi) pada ekosistem darat dan laut berakibat terjadinya ketidakseimbangan ekosistem seperti polusi, kualitas air minum yang buruk, kontaminasi kimia, perubahan iklim dan berbagai kasus degradasi ekosistem yang akan berkontribusi pada biodiversity loss dan mengancam kesehatan masyarakat. Selanjutnya, kesehatan dan kesejahteraan manusia juga dipengaruhi oleh komunitas 8



hewan dan tumbuhan yang merupakan bagian terintegritas ekosistem. Penyakit infeksius merupakan penyakit yang menyebabkan jutaan kematian di seluruh dunia. Sekitar dua pertiga dari penyakit menular pada manusia yang diketahui berasal dari hewan, dan sebagian besar peyakit yang baru muncul berkaitan erat dengan satwa liar. C. Issue Global Biodiversitas dan Kerusakan Lingkungan dalam Kesehatan Masyarakat Telah banyak diakui bahwa kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Banyak literatur menjelaskan bahwa pemeliharaan biodiversitas secara alami merupakan dasar yang menopang proses ekosistem. Ekosistem yang diberikan tekanan oleh faktor-faktor yang bervariasi, secara potensial memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan masyarakat (Sandrifer, Paul A., 2015). Selain itu, kerusakan lingkungan dapat menyebabkan meluasnya wabah penyakit dan modifikasi dari mikroorganisme pathogen. Sebagai contoh, wabah avian flu yang awalnya menyerang pada unggas dapat mengalami modifikasi dengan menyerang pada lingkungan lain termasuk manusia. Masalah biodiversitas dan kerusakan lingkungan dalam kesehatan masyarakat telah disadari penting dan menjadi prioritas yang dalam beberapa waktu terakhir menarik perhatian para praktisi/ahli kesehatan untuk ikut serta berkolaborasi untuk menciptakan komitmen yang dilakukan dalam berbagai bentuk kerja sama diberbagai forum multilateral dan regional. Dalam skala regional ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA memiliki komitmen tersendiri dalam berbagai pilar yang dimilikinya, salah satunya terkait investasi lingkungan yang berkaitan erat dengan kesehatan, serta pilar kesehatan itu sendiri. Sedangkan pada skala internasional dunia, WHO sebagai Organisasi Internasional yang menaungi isu kesehatan dunia telah menyadari pentingnya eksistensi biodiversitas untuk menunjang kesehatan masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan berbagai Organisasi Internasional lainnya yang menaungi isu biodiversitas seperti Convention Biological Diversity (CBD), United Nation Environment Programme (UNEP), dan UN Climate Change (UNFCCC), World Food Programme (WFF), UN Food Agricultural Organizaation (FAO).



9



Secara umum, isu global biodiversitas dan kerusakan lingkungan dalam kesehatan masyarakat telah menjadi isu krusial. Fungsi dari berbagai forum internasional/global yang terbentuk adalah guna membentuk komitmen dan implementasi dalam upaya melakukan proteksi, konservasi, dan upaya-upaya lainnya dalam mencegah hal-hal yang berdampak pada kesehatan. Selain komitmen, kerja sama penelitian dalam kerangka pengaruh biodiversitas dan kerusakan lingkungan pada kesehatan masyarakat sangat bermanfaat bagi kebutuhan ilmu pengetahuan saat ini dan masa mendatang masyarakat global. D. Pengaruh Kerusakan Lingkungan Terhadap Biodiversitas Pengertian ruang lingkup biodiversitas yaitu konsep ekosistem yang menyiratkan interaksi yang kompleks antara benda hidup dan benda tidak hidup, seperti kesatuan abiotik. Biodiversitas adalah bagian penting pada sistem alam yang dinamis baik secara struktur dan fungsi. Sistem alam yang dinamis berhubungan dengan perpindahan energi di dalamnya, tumbuhan merupakan sumber primer bagi energi untuk hewan. Tumbuhan dimakan oleh herbivora, yang akan dimangsa oleh karnivora, yang akan bergantian dimangsa oleh karniora lainnya. Organisme dekomposisi akan menghancurkan bagian yang mati dari sistem benda hidup, termasuk kotoran atau sisa metabolic dari decomposer lain. Dekomposisi yaitu menghancurkan komponen-komponen menjadi karbondioksida, air dan senyawa anorganik lainnya. Sistem ini kompleks karena melibatkan bagian-bagian yang berkesinambungan, yaitu spesies, habitat dan variable lainnya (Alho, Celeber J.R., 2012). Peningkatan populasi manusia yang berakibat pada meningkatnya konsumsi merupakan penyebab utama penurunan dan hilangnya habitat bagi keanekaragaman hayati. Di luar itu, perubahan iklim merupakan keniscayaan yang menyebabkan perubahan habitat baik di laut maupun di daratan. Tingkat konsumsi kita saat ini menimbulkan ancaman berkelanjutan bagi planet bumi. Hal ini mempengaruhi keanekaragaman hayati dan beberapa jenis hampir punah (Sutarno dan Ahmad Setiawan, 2015). Kerusakan lingkungan dan biodiversitas merupakan tantangan terbesar saat ini bagi umat manusia. Diperkirakan perubahan iklim dapat menyebabkan menghilangnya 20-50% dari semua spesies dalam abad berikutnya, bahkan beberapa di antaranya sebelum ditemukan (Sutarno dan Ahmad Setiawan, 2015). Kerusakan lingkungan yang merupakan 10



hasil interferensi manusia pada alam, diantaranya konversi lahan alami menjadi lahan perkebunan, perubahan iklim, eksploitasi berlebihan, pencemaran lingkungan serta masuknya spesies invasif. Dengan rusaknya lingkungan maka konsep ekosistem yang alami akan berubah sehingga akan menyebabkan perubahan biodiversitas. Deforestasi dan kebakaran hutan Amazon memberikan kontribusi untuk meningkatkan emisi karbondioksida ke atmosfer. Sinar infrared diserap oleh gas-gas yang dilepaskan oleh pembakaran ke panas atmosfer, yang disebut dengan efek rumah kaca. Peningkatan suhu dan pola curah hujan memiliki efek pada outbreak dari wabah yang ditransmisikan oleh vektor serangga dan air yang terkontaminasi. Contohnya nyamuk tropis seperti Anopheles yang mentransmisikan malaria membutuhkan suhu di atas 16℃ untuk memenuhi siklus hidupnya. Spesies ini meletakkan telur-telurnya di air yang kotor. Akibatnya perubahan musim hujan dan panas secara kondusif menyebakan outbreak kasus-kasus malaria. Contoh lainnya adalah pandemi Covid-19. Para peneliti meyakini Covid-19 muncul karena biodiversitas yang rusak. Hal ini disampaikan oleh Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat, Veteriner, dan Karantina Hewan, drh. Tri Satya Putri Naipospos, Mphil, PhD, bahwa penyakit zoonotik tersebar karena adanya penyebaran dari inang alaminya. Virus Corona adalah salah satu contoh pathogen dari spesies kelelawar yang melompat ke inang barunya. Keadaan ini diperburuk oleh perdagangan dan konsumsi satwa liar, kerusakan habitat dan perubahan iklim sehingga mikroorganisme pathogen ini dapat menyerang manusia (Pranita, ellyvon, 2020). E. Kerusakan Lingkungan & Biodiversitas Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat Kerusakan lingkungan dan biodiversitas akibat pertambahan penduduk tak terkendali, eksploitasi berlebihan oleh manusia, dan perubahan iklim, kian meningkatnya peluang terjadinya banjir, tanah longsor, dan kekeringan yang merusak sumber air bersih dan pangan, adalah dampak nyata kerusakan lingkungan yang berpotensi mengancam kesehatan (AIPI, 2019).



11



Gambar 2.1 Dampak langsung dan tidak langsung akibat kerusakan biodiversitas



Dalam kondisi rentan, kemungkinan-kemungkinan yang tak terhindarkan adalah terjadinya konflik sosial, pengungsian paksa, perubahan ekologi vektor, penyebaran kuman infeksi, alergi dan gangguan mental (yang terkait bencana alam, konflik, status pengungsi). Semua dapat menimbulkan penyakit, produktivitas menurun, kualitas hidup merosot, bahkan kematian. Banyak penyakit akibat kerusakan lingkungan hidup dan biodiversitas yang tergolong kronis yang biaya pengobatan dan perawatannya sangat mahal (AIPI, 2019). Selain mengakibatkan berkurangnya atau bahkan punahnya sumbersumber makanan, air, rusaknya biodiversitas di daratan maupun lautan juga menghilangkan potensi pengembangan obat bagi kesehatan manusia. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa biodiversitas di daratan maupun dilautan Indonesia sangat potensial menjadi bahan penemuan obat, biomaterial dan kosmetik baru (Chasanah 2013; Sakura 2014; Tapilatu 2015). Rusak dan punahnya biodiversitas bakal menghalangi upaya penemuan obat, biomaterial, dan kosmetik (AIPI, 2019). Masalah lain yang merupakan dampak terbesar kerusakan lingkungan bagi kesehatan adalah terbukanya peluang penyebaran kuman dari hewan ke manusia. Fenomena ini dikenal sebagai zoonosis, yakni aneka penyakit infeksi kuman (bakteri, cendawan, mikroskopis, parasit, virus) yang secara langsung maupun tidak langsung atau melalui vektor menular dari hewan, khususnya yang bertulang belakang, ke manusia (Donohoe 2013; Myers 2013). Zoonosis dapat memicu munculnya penyakit-penyakit baru dan kembalinya penyakit-penyakit lama. Kerusakan hutan mengganggu habitat banyak hewan liar dan memaksa mereka mendekati bahkan memasuki wilayah pemukiman manusia. Keadaan ini memperbesar 12



peluang kontak antara hewan liar dengan manusia dan meningkatkan kemungkinan berpindahnya kuman di dalam tubuh hewan liar ke dalam tubuh manusia, demikian pula sebaliknya. Salah satu fungsi hutan sebagai penyangga antara hewan liar dengan manusia menjadi hilang akibat deforestasi dan keadaan ini meningkatkan peluang terjadinya penyakit-penyakit zoonosis. Harus disebut juga potensi hewan peliharaan sebagai sumber penularan penyakit zoonosis. Sebagian besar virus penyebab penyakit infeksi baru berasal dari binatang. Tingginya laju mutasi virus memudahkan virus berubah sehingga dapat menginfeksi manusia dan sulit diberantas. Peningkatan virulensinya, yakni kemampuan suatu pathogen untuk menyebabkan penyakit, mempercepat pula penularan dari manusia ke manusia. Seperti yang terjadi di negara-negara lain, di Indonesia penyakit-penyakit zoonosis lama seperti leptospirosis, brucellosis, tuberculosis, taeniasis, antraks, rabies, toksoplasmosis, hingga yang lebih baru seperti HIV, SARS (sindroma pernafasan akut berat), flu burung, MERS (sindroma pernapasan Timur Tengah), dan sebagainya telah mengakibatkan sakit, cacat dan menurunnya produktivitas ekonomi serta kualitas hidup manusia, bahkan kematian (Myers 2013; Narrod 2012). Penyebaran kuman dari hewan ke manusia dan dari manusia ke manusia berpeluang semakin cepat dan meluas. Hal ini tak terhindarkan bukan saja akibat makin buruknya kerusakan kelingkungan hidup, bertambah parahnya perubahan iklim global, dan menguatnya globalisasi, tapi juga mobilitas manusia kian tinggi. Tak mengherankan bila beberapa penyakit zoonosis seperti flu burung, SARS, MERS, dan HIV sempat atau masih menjadi wabah yang mendunia, melintasi batas-batas negara atau menjadi pandemi. Penyakit-penyakit zoonosis hanya sebagian dari beraneka penyakit akibat kerusakan lingkungan hidup. Sebagian lagi muncul akibat banjir, kekeringan, tanah longsor, dan berbagai bencana lain adalah terganggunya kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Selain penyakit, yang juga tak terhindarkan dari bencana terkait degradasi ekologi dan pemanasan global adalah penurunan kualitas hidup, cacat, trauma, bahkan kematian (Case 2006; Measey 2010). Dari banjir dan kekeringan, muncul dampak ikutan berupa rusaknya ketersediaan atau menurunnya akses terhadap air bersih. Konsekuensinya adalah meningkatnya penyakit-penyakit infeksi kuman yang ditularkan melalui air, seperti diare, disentri, kolera, demam tifoid, dan leptospirosis. Ketersediaan dan ketahanan pangan pun ikut terganggu. Banjir dan kekeringan bisa menimbulkan kerusakan lahan pertanian dan perikanan, selain menjadikan nelayan dan petani sakit,



13



bahkan meninggal. Turunnya produktivitas dan timbulnya kerawanan pangan bisa memicu atau memperburuk kekurangan gizi dan penyakit infeksi. Bencana lain yang tak kalah mencemaskan, yang berakibat sama buruknya, adalah kebakaran hutan dan lahan gambut. Penyebabnya bisa kekeringan, bisa pula kelalaian manusia. Selain semakin merusak lingkungan hidup, kebakaran hutan dan lahan gambut menyebarkan asap bahkan sampai lintas negara yang berpotensi menimbulkan bermacammacam penyakit pernafasan dan alergi. Bukan hanya anak-anak dan orang lanjut usia yang terpapar risiko ini, orang dewasa tak terkecuali. Di luar semua itu, ada dampak tak langsung dari perubahan iklim akibat kerusakan lingkungan hidup, yakni semakin menyebarnya penyakit-penyakit infeksi yang menular lewat vektor. Misalnya, malaria dan demam berdarah dengue. Penyakit-penyakit ini, juga yang telah disebut lebih dulu, kian memperburuk situasi hidup orang-orang yang memang rentan karena kemiskinan (AIPI, 2019). F.



Upaya Mengatasi Masalah Kerusakan Lingkungan dan Biodiversitas Kebutuhan manusia untuk memberi makan, pakaian dan rumah telah mengubah sebagian besar ekosistem bumi. Proses antropogenik yang dominan meliputi konversi lanskap alam untuk pertanian dan urbanisasi, pengenalan spesies non-asli secara tidak sengaja atau sengaja, dan pemanenan langsung populasi liar. Aktivitas ini telah sangat mengubah komposisi komunitas biotik dan terkadang mengurangi keanekaragaman lokal. Aktivitas manusia secara substansial berdampak pada ekosistem, termasuk perubahan struktur vegetasi dan iklim mikro, siklus nutrisi, pemurnian air dan munculnya penyakit menular (Kilpatrick et al, 2017). Efek dari proses antropogenik pada penularan penyakit menular telah mendapatkan perhatian besar dalam dekade terakhir karena erosi keanekaragaman hayati dan peningkatan kejadian penyakit yang muncul. Jika kedua proses ini dihubungkan secara kausal, maka konservasi keanekaragaman hayati dapat bermanfaat bagi manusia dengan mengurangi risiko penyakit zoonosis. Namun, pertanyaan telah diajukan tentang kausalitas dan hubungan umum antara keanekaragaman hayati dan risiko penyakit zoonosis. Pertanyaan mendasar adalah apakah intervensi konservasi akan meningkatkan kesejahteraan manusia secara keseluruhan, termasuk dampak pada beban total penyakit menular, serta efek lain pada kesejahteraan fisik, mental dan sosial (Kilpatrick et al, 2017).



14



Dalam



menilai



intervensi



konservasi



keanekaragaman



hayati,



perlu



mempertimbangkan dua intervensi yang paling umum diusulkan untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, meperkenalkan kembali spesies, dan konservasi, restorasi, atau perubahan habitat. Modifikasi habitat terkadang dapat menargetkan spesies tertentu (atau kumpulan spesies) dan menyebabkan peningkatan dan penurunan jumlah inang yang berbeda. Penurunan spesies yang melimpah dapat menyebabkan peningkatan metrik keanekaragaman yang mencakup pemerataan komunitas. Intervensi konservasi dijelaskan dalam kerangka kerja berikut (Kilpatrick et al, 2017).



Gambar 2.2 Kerangka Kerja untuk Mengembangkan Intervensi Konservasi Kerangka kerja untuk mengembangkan intervensi konservasi keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan mengurangi total beban penyakit menular. Kausalitas dan arah efek (positif atau negatif) dari tiga panah hitam bernomor menentukan dampak intervensi konservasi keanekaragaman hayati terhadap kesejahteraan. Proses antropogenik mempengaruhi faktor biotik dan abiotik, perilaku manusia dan faktor penyakit tidak menular. Keragaman inang untuk patogen zoonosis dapat diukur dengan berbagai cara dan bersifat relatif, sehingga dasar untuk perbandingan adalah kuncinya. Kotak krem menggambarkan enam mekanisme potensial yang diusulkan dimana keragaman inang dapat mempengaruhi transmisi, dan contoh hubungan nonlinier antara risiko penyakit dan keragaman inang. Bintang menunjukkan kemungkinan hubungan antara keragaman inang dan risiko penyakit. Kotak biru menunjukkan bahwa skala spasial dan temporal penting di semua tahap mulai dari penelitian hingga intervensi. 15



Dalam kaitan hal tersebut di atas, dapat diidentifikasikan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan dan biodiveristas diantaranya: 1. Meingkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya mengelola biodiversitas yang produktif dan berkelanjutan. a. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya biodiversitas Dukungan masyarakat sangat penting untuk menjadikan biodiversitas sebagai arus utama dalam kebijakan. Karena itu, komunikasi strategis untuk menggalang dukungan publik terhadap segala hal yang mendukung pengelolaan dan pemanfaatan biodiversitas sebaiknya menjadi prioritas. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengkampanyekan konsep biodiversitas secara umum, biodiversitas Indonesia dan potensi ekonominya. Untuk generasi muda, informasi terkait biodiversitas harus disampaikan dengan menarik. Melatih guru di sekolah dasar hingga sekolah menengah untuk mampu menanamkan ketertarikan dan rasa ingin tahu mengenai biodiversitas secara umum serta biodiversitas Indonesia dan manfaatnya, juga sangat diperlukan. b. Mengembangkan kearifan lokal Masyarakat adat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, umumnya memiliki ketergantungan dan kedekatan lebih pada alam untuk bertahan hidup. Hal inilah yang menghasilkan perilaku, kebiasaan, dan budaya penghargaan terhadap alam beserta segala isisnya, baik di darat maupun di laut. Aneka budaya dan kearifan dalam tradisi masyarakat tersebut memang bersifat lokal. Namun makna dan implikasi produk budayanya mempunyai prinsip dasar sama, yaitu penghormatan kepada alam dan pelestarian keanekaragaman hayati sebagai penyedia makanan dan obat-obatan. Bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya mobilitas manusia, dan tingginya hasrat mengeksploitasi alam untuk keuntungan ekonomi sebesar-besarnya merupakan tantangan bagi kearifan lokal tersebut untuk bertahan. Diperlukan kondisi dan strategi khusus untuk mempertahankan dan memenfaatkannya sebagai penjaga biodiversitas. Namun demikian, kearifan lokal harus senantiasa ditinjau ulang dalam dunia yang terus bertambah.



16



c. Mengembangkan sains warga dan data komputasi Era big data, teknologi komputasi dan ilmu kuantitatif membuka kesempatan melakukan intervensi dan penerapan aplikasi yang inovatif, terutama melalui biodiversitas Indonesia yang kaya dan potensioal. Bagaimana mengintegrasikan komponen multidimensi dari observasi ilmiah dengan sejarah kearifan lokal, kondisi sosial budaya, kebijakan ekonomi dan pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus berkembang dan berubah. Diperlukan pembentukan sistem kolaborasi, perekaman data, infrastruktur komputasi intensif, proses berbagi dan analisis data yang terintegrasi. Dengan demikian, arus informasi dapat bermanfaat untuk merancang intervensi permasalahan dan pemanfaatan sumber biodiversitas yang inovatif. Sains warga dengan dukungan kecerdasan buatan merupakan terobosan utama era big data yang diharapkan dapat dikembangkan untuk membantu pelacakan, pendataan, dan pemetaan biodiversitas secara lebih efisien melalui otomasi observasi skala besar. Pendekatan ini diharapkan dapat dibangun sebagai program awal pemanfaatan inovatif sumber biodiversitas nasional dan pelestariannya. 2. Mengembangkan dan meningkatkan efektivitas konservasi dan Tata Kelola Biodiversitas a. Restorasi dan konservasi ekosistem kunci: hutan, bakau, padang lamun dan terumbu karang b. Interaksi dan dampak spesies asing terhadap spesies lokal dan ekosistem 3. Mengembangkan sains dan teknologi untuk biodiversitas Indonesia Bagaimanapun, Indonesia tetap harus berinvestasi dalam sains dasar dan teknologi untuk dapat mengelola kekayaan biodiversitasnya secara lestari dan mendapatkan manfaat ekonomi sebesar-besarnya, misalnya: a. Membuat penelitian yang lebih komprehensif melalui pengembangan observasi dan pemodelan yang tepat. b. Meningkatkan



pemahaman



tentang



keseimbangan



ekosistem



demi



keberlangsungan perlindungan spesies endemik dan/atau terancam punah c. Memahami pola adaptasi biodiversitas terhadap perkembangan global dan perubahan iklim d. Memperkuat bank spesimen biodiversitas indonesia



17



4. Pengembangan sumber daya manusia Sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk menopang pengelolaan dan pemanfaatan biodiversitas Indonesia. Hal ini penting dalam pemahaman dasar terhadap biodiversitas dan upaya konservasinya. 5. Kelembagaan dan pendanaan Tak kalah penting, pengelolaan pendanaan dalam penguatan sains dan teknologi terkait biodiversitas Indonesia memerlukan sejumlah faktor pendukung. Terutama adanya kelembagaan pendanaan yang otonom, bertanggung jawab dan diabdikan pada kebutuhan riset biodiversitas. Kelembagaan tersebut bersifat mandiri terutama dalam pengambilan keputusan terkait kegiatan riset dan penyaluran pendanaan (Brojonegoro dan Green 2012).



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang disampaikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Biodiversitas merupakan keragaman di antara organisme hidup dari semua sumber, antara lain ekosistem darat, laut dan akuatik lainnya, serta kompleks ekologi di mana mereka menjadi bagiannya. Biodiversitas mencakup skala genetik, spesies, habitat, dan geografis, sehingga mencakup semua makhluk hidup dan sistem terkait. 2. Biodiversitas memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Aktivitas manusia secara substansial berdampak pada ekosistem, termasuk perubahan struktur vegetasi dan iklim mikro, siklus nutrisi, pemurnian air dan berbagai kasus degradasi ekosistem yang akan berkontribusi pada biodiversity loss dan mengancam kesehatan masyarakat. Konservasi biodiversitas dapat bermanfaat bagi manusia dengan mengurangi risiko penyakit zoonosis. Hilangnya biodiversitas secara terus-menerus dalam skala global merupakan ancaman langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 3. Biodiversitas dan kerusakan lingkungan merupakan issue global dalam bidang kesehatan masyarakat. Kerusakan lingkungan dapat menyebabkan meluasnya wabah penyakit dan modifikasi dari mikroorganisme pathogen. Ekosistem yang diberikan tekanan oleh faktor-faktor yang bervariasi, secara potensial memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan masyarakat. Pemeliharaan biodiversitas secara alami merupakan hal dasar yang menopang proses ekosistem. Apabila ekosistem terganggu dan kerusakan lingkungan terjadi, maka akan berdampak bagi kesehatan masyarakat. 4. Kerusakan lingkungan dapat berdampak terhadap biodiversitas. Dengan rusaknya lingkungan maka konsep ekosistem yang alami akan berubah, sehingga akan menyebabkan perubahan biodiversitas. 5. Kerusakan lingkungan dan biodiversitas dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, seperti timbulnya penyakit, produktivitas menurun, kualitas hidup merosot, bahkan kematian. Dampak terbesar kerusakan lingkungan bagi kesehatan adalah terbukanya peluang penyebaran kuman dari hewan ke manusia. 19



6. Upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kerusakan lingkungan dan biodiveristas diantaranya: a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya mengelola biodiversitas yang produktif dan berkelanjutan. b. Mengembangkan dan meningkatkan efektivitas konservasi dan tata kelola biodiversitas. c. Mengembangkan sains dan teknologi untuk biodiversitas Indonesia. d. Pengembangan sumber daya manusia. e. Kelembagaan dan pendanaan yang mendukung biodiversitas.



20



DAFTAR PUSTAKA



Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). 2019. Sains untuk Biodiversitas Indonesia. https://batukarinfo.com/referensi/sains-untuk-biodiversitas-indonesia, diakses pada 31 Agustus 2021 pukul 06.44 Alho, Cleber. 2012. The importance of biodiversity to human health: an ecological perpective. Biodiversity A-Z. UN Environment Programme. 2019. https://www.biodiversityaz.org/content/biodiversity.pdf diakses pada 31 Agustus 2021 pukul 13.05. Brodjonegoro, S., & Greene, M. (2012). Creating an Indonesian Science Fund. Jakarta: AIPI. Case, M., Ardiansyah, F., & Spector, E. 2007. Climate Change in Indonesia. Implications for Humans and Nature. Gland, Switzerland: WWF. Cecep, Kusmana. 2015. Biological diversity (biodiversity) as a key element of green urban ecosystem. Chasanah, E. 2013. Marine Biodiversity Research in Indonesia: Challenges and Rewards. Journal Of Coastal Development, Clark, Natalie., et al. 2014. Biodiversity, cultural pathways, and human health: a framework. Convention on Biological Diversity. 1992. https://www.cbd.int/convention/articles/?a=cbd02 diakses pada 1 September 2021 pukul 10.19. Daszak Peter, Cunningham, Hyatt, 2000. Emerging infectious diseases of wildlife-threats to Biodiversity and Human Health, Volume 287. Diaz, S.,et al.,2006. Biodiversitylossthreatenshumanwell-being.PlosBiol. Donohoe, M. (2003). Causes and health consequences of environmental degradation and social injustice. Social Science & Medicine. Kilpatrick AM, Salkeld DJ, Titcomb G, Hahn MB. 2017 Conservation of biodiversity as a strategy for improving human health and well-being. Phil. Trans. R. Soc. B 372: 20160131. http://dx.doi.org/10.1098/rstb.2016.0131 Measey, M. 2010. Indonesia: a vulnerable country in the face of climate change. Global Majority E-Journal. Myers, S., Gaffikin, L., Golden, C., Ostfeld, R., H. Redford, K., & H. Ricketts, T. et al. (2013). Human health impacts of ecosystem alteration. Proceedings Of The National Academy Of Sciences.



21



Narrod, C., Zinsstag, J., & Tiongco, M. 2012. A One Health Framework for Estimating the Economic Costs of Zoonotic Diseases on Society. Perpustakaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Keanekaragaman hayati untuk



keberlanjutan



kehidupan



manusia.



2005.



http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=ebook&code=ka&vi ew=yes&id=1. Diakses tanggal 2 September 2021 pukul 6.20 WIB Pranita, Ellyvon. 2020. Rusaknya Biodiversitas karena Ulah Manusia Picu munculnya Covid-19. http://www.kompas.com diakses pada 30 Agustus 2021 pukul 20.10 Sakurai, H., Masukawa, H., Kitashima, M. dan Inoue, K. (2015). How Close We Are to Achieving Commercially Viable Large-Scale Photobiological Hydrogen Production by Cyanobacteria: A Review of the Biological Aspects. Sandifer Paul, Sutton Grier, Ward, 2015. Exploring connection among nature, biodiversity, ecosystem services, and human health well-being. Sutarno, Setyawan. 2015. Biodiversitas Indonesia: Penurunan dan upaya pengelolaan untuk menjamin kemandirian bangsa. Swingland, Ian. 2013. Biodiversity, Definition of. Tapilatu, Y. 2015. Status of Drug Discovery Research Based on Marine Organisms from Eastern Indonesia. Procedia Chemistry. UN CBD. 2010. Policy Brief: the importance of biodiversity to human health. World Health Organization. 2011. Global Burden of Mental Disorders and the Need for a Comprehensive, Coordinated Response from Health and Social Sectors at the Country Level, World Health Organization. World Health Organaization. 2015. Connecting Global Priorities: Biodiversity and Human Health: A state of knowledge review.



22