Makalah Bryophyta Dan Pteridophyta - Pendidikan IPA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEANEKARAGAMAN BRYOPHYTA DAN PTERIDOPHYTA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keanekaragaman Makhluk Hidup



Dosen Pengampu : Mella Mutika Sari, M. Pd



Diajukan Oleh : Adinda Diva Humaira



(2010129320001)



Eltina Ravida Aziza



(2010129120004)



Irma Noviyanti Pasaribu



(2010129120007)



UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keanekaragaman Bryophyta dan Pteridophyta” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Makhluk Hidup program studi Pendidikan IPA Universitas Lambung Mangkurat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mella Mutika Sari, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Keanekaragaman Makhluk Hidup. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam ulasan ini masih terdapat kekurangan baik isi maupun susunannya, maka dari itu penulis dengan terbuka menerima segala kritik dan saran yang membangun demi penyempurnan makalah ini dan penyusunan makalah kedepannya. Di akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



Banjarmasin, September 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 1.1......................................................................................... Latar Belakang Masalah. ...............................................................................................................................1 1.2................................................................................................... Rumusan Masalah. ...............................................................................................................................1 1.3....................................................................................................... Tujuan Masalah ...............................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2 2.1................................................................................................................. Bryophyta ...............................................................................................................................2 A. Pengertian Bryophyta......................................................................................2 B. Ciri-ciri Bryophyta. .........................................................................................2 C. Siklus Hidup Bryophyta...................................................................................2 D. Klasifikasi Bryophyta......................................................................................3 E. Manfaat Bryophyta..........................................................................................5 F. Keanekaragaman Bryophyta Disekitar Tempat Tinggal..................................7 2.2............................................................................................................ Pteridophyta ...............................................................................................................................7 A. Pengertian Pteridophyta..................................................................................7 B. Ciri-ciri Pteridophyta......................................................................................8 C. Siklus Hidup Pteridophyta..............................................................................8 D. Klasifikasi Pteridophyta..................................................................................8 E. Manfaat Pteridophyta....................................................................................10 F. Keanekaragaman Pteridophyta Disekitar Tempat Tinggal...........................10 BAB III PENUTUP......................................................................................................13 3.1.............................................................................................................. Kesimpulan .............................................................................................................................13 3.2....................................................................................................................... Saran. .............................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Keanekaragaman hayati yang beragam dengan berbagai jenis flora dan fauna yang tersebar secara luas baik di daratan maupun di lautan. Menurut Hendry Baiqun, keanekaragaman hayati adalah seluruh kehidupan di bumi meliputi tumbuhan, hewan, jamur, dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang terkandung dan sistem ekologi dimana mereka hidup (Wiadril,dkk., 2018). Bryophyta (lumut) dan Pteridophyta (tumbuhan paku) merupakan dua diantara banyaknya jenis keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk kedalam divisi Bryophyt. Lumut sangat memiliki peranan yang penting dalam ekosistem, misalnya lumut dapat berperan sebagai penyerap air. Lumut merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang tumbuh menempel pada substrat berupa pohon, kayu lapuk, tanah, dan bebatuan. Tumbuhan lumut merupakan kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan tingkat tinggi (Fanani,dkk., 2019). Pteridophyta (tumbuhan paku) adalah tumbuhan cormophyta berspora yang hidup dalam kondisi lingkungan bervariasi. Tumbuhan paku termasuk kedalam dunia tumbuhan (Kingdom Plantae) dan termasuk kedalam Divisi Pteridophyta (Afriani,dkk., 2020). Tumbuhan paku merupakan salah satu spesies flora yang menarik di Indonesia. Jumlah spesies tanaman paku di dunia diperkirakan ada 10.000 spesies, dan sekitar 22% atau 2.197 spesies berada di Indonesia (Suryana,dkk., 2020). Paku Pteridophyta termasuk dalam divisi yang memiliki kormus. Artinya tubuh dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu akar, batang, dan daun. Pakis Pteridophyta yang merupakan salah satu kelompok tumbuhan Indonesia flora dengan keanekaragaman yang tinggi dan penyebaran yang luas (Diliarosta,dkk., 2020). Pada makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai apa itu Bryophyta dan Pteridophyta, ciri-cirinya, siklus hidup, klasifikasi, manfaat, dan keanekaragaman Bryophyta dan Pteridophyta di sekitar lingkungan tempat tinggal.



1.2.



Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini sebagai berikut. a. Apa itu Bryophyta dan seperti apa keanekaragaman Bryophyta ? b. Seperti apa keanekaragaman Pteridophyta?



1.3.



Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut. a. Untuk mengetahui apa itu Bryophyta dan seperti apa keanekaragaman Bryophyta. b. Untuk mengetahui apa itu Pteridophyta dan seperti apa keanekaragaman Pteridophyta.



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Bryophyta A. Pengertian Bryophyta Tumbuhan lumut (Bryophyta) adalah kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan tinggi. Jumlah tumbuhan lumut kurang lebih terdapat 18.000 jenis yang tersebar di seluruh dunia dan merupakan kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga. Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman tumbuhan lumut sebanyak 1.500 jenis. Keanekaragaman dan kelimpahan tumbuhan lumut berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan, antara lain ketinggian tempat. Tumbuhan lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat menghasilkan klorofil A dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof. Lumut termasuk ke dalam kingdom plantae, yang meliputi semua organisme yang multiseluler dan telah berdiferensiasi, eukariotik, dengan dinding sel berselulosa. B. Ciri-Ciri Bryophyta Pada umumnya lumut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: - Berwarna hijau karena sel- selnya memiliki kloroplas (plastid) - Struktur tubuhnya masih sederhana - Belum memiliki jaringan pengangkut - Proses pengangkut air dan zat mineral dalam tubuh berlangsung secara difusi dan dibantu oleh aliran sitoplasma - Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab - Ukuran tinggi tubuh kurang lebih 20 cm - Dinding sel tersusun dari selulosa - Gametangium terdiri dari anteridium dan archegonium - Daun lumut tersusun atas lapisan sel berukuran kecil mengandung kloroplas seperti jala - Pada ibu tulang daunnya, belum memiliki akar sejati sehingga menyerap air dan mineral dalam tanah menggunakan rhizoid. C. Siklus Hidup Bryophyta Lumut mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara generasi gametofit (seksual) yang memiliki kromosom haploid (n) dengan generasi sporofit (aseksual) yang berkromosom diploid (2n). Bentuk gametofit yang sering kita temukan dari pada bentuk sporofit.



Metagenesis lumut ~>



2



Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora yang akan berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema akan muncul gametofit. Generasi gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan menghasilkan organ seks (gametangium) yang disebut arkegonium yang menghasilkan sel telur dan anteredium yang menghasilkan sperma berflagella. Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun khusus yang disebut daun pelindung (bract). Gametangium jantan (anteridium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan betina (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan bagian lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang sama (monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous). Fertilisasi sel telur oleh anterezoid menghasilkan zigot dengan dua set kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit. Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap. D. Klasifikasi Bryophyta Berdasarkan morfologinya, tumbuhan lumut dapat diklasifikasikan menjadi lumut daun (Bryopsida), lumut hati (Hepaticopsida), dan lumut tanduk (Anthocerotopsida). 1. Lumut Daun Lumut sejati atau lumut daun adalah anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuh berspora yang termasuk dalam sub divisi (bryophyta). Lumut ini disebut sebagai lumut sejati, karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil yang memiliki bagian akar (rizoid) batang, dan daun. Masyarakat umumnya lebih mengenal lumut ini dibandingkan dengan lumut hati, karena tumbuhan tersebut tumbuh pada tempat agak terbuka dan bentuknya lebih menarik. Perbedaan yang jelas dengan lumut hati adalah adanya simetri radial, yaitu daunnya tumbuh pada semua sisi sumbu utama. Daun-daun ini tidak seperti yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya mempunyai rusuk tengah dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis spiral. Rusuk tengahnya mengandung sel-sel memanjang, dan suatu berkas di pusat batangnya biasanya mengandung sel-sel memanjang yang diduga berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat hara. Rizoid disusun dari banyak sel yang bercabang-cabang. Batang lumut daun bercabang-cabang, tetapi ada juga yang tidak bercabang. Akar yang sesungguhnya tidak ada, tetapi pangkal batang pada kebanyakan tipe lumut daun mempunyai banyak sekali daun untuk “bersauh”. Alat kelamin lumut daun terdapat pada ujung batang atau cabang dan daun-daun yang paling atas. Pada gametofit terbentuk alat-alat kelamin jantan dan betina yang kecil, umumnya dalam kelompok yang terbukti dari adanya modifikasi daun-daun yang mengelilinginya, dan terdapat pada tumbuhan yang



3



sama (banci), atau lebih sering pada dua individu (jantan dan betina) yang terpisah. 2. Lumut Hati Lumut hati atau Hepaticopsida mempunyai bentuk tubuh seperti lembaran banyak lekukan dan menyerupai bentuk hati. Lumut hati memiliki tubuh dengan struktur akar, batang, dan daun, sehingga sering dianggap sebagai kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta ke Cormophyta. Habitat Lumut Hati ialah pada tanah mineral yang lembab di lereng gunung ataupun di bukit. Lumut ini juga dapat tumbuh pada dasar hutan yang lebat. Lumut hati tidak ideal tumbuh pada tanah gambut yang bersifat asam dan sedikit unsur hara. Terdapat pengecualian pada jenis genus Plagiochila sp yang bisa dijumpai tumbuh pada hutan rawa gambut. Contoh Lumut Hati Riccardia chamaedryfolia Pellia endivifolia Scapania nemorosa Jungermannia sp. Haplomitrium sp. Marchantia polymorpha, Monoclea forsterii, Sphaerocarpos texanus. Berikut ini ciri-ciri Lumut Hati:  Talus gametofitnya tidak dapat dibedakan antara struktur daun dan batang, sementara akarnya berupa rizoid  Talus gametofitnya mempunyai bentuk pipih dorsiventral  Pada permukaan dorsal gametofit dibentuk arkegonium dan anteridium yang berbentuk seperti payung  Talus sporofitnya mempunyai ukuran sangat kecil, sehingga nyaris tidak nampak. 3. Lumut Tanduk Lumut tanduk atau Anthoceropsida mempunyai bentuk sporofit yang panjang dan runcing, yang dapat tumbuh setinggi 5 cm. Sporofit lumut tanduk hanya terdiri dari sporangium dan tidak memiliki seta. Spora matang akan dilepaskan oleh sporangium yang pecah atau terbuka, dimulai dari ujung tanduk. Gametofit, yang umumnya memiliki diameter 1-2 cm tumbuh secara mendatar dan kadang ditempeli oleh sporofit majemuk. Lumut tanduk sering menjadi spesies pertama yang menempati sebuah wilayah terbuka dan lembab. Habitat Lumut Tanduk (Anthoceropsida) ialah di bukit ataupun di lereng gunung pada tanah mineral yang lembab. Lumut tanduk tidak bagus tumbuh pada daerah yang bersifat asam dan sedikit unsur hara, contohnya tanah gambut. Lumut tanduk banyak hidup di tepi danau, selokan, dan sungai. Ciri-ciri Lumut Tanduk:  Akar masih berupa rizoid, talus gametofit tidak dapat dibedakan antara struktur daun dan batang  Talus gametofit mempunyai bentuk pipih dorsiventral  Terciptanya gametangium (anteridium dan arkegonium) di permukaan dorsal talus gametofit 4



 



Talus sporofitnya menyerupai bentuk tanduk atau jarum yang ramping (kecil), dan pertumbuhannya terjadi sebab pembelahan sel-sel dasar pada daerah kaki. Struktur Tubuh Lumut Tanduk berupa talus, tetapi sporofitnya berbentuk kapsul memanjang. Lumut tanduk mempunyai sel yang hanya terdiri dari satu kloroplas.



E. Manfaat Bryophyta Beberapa spesies tumbuhan lumut mempunyai manfaat atau peranan penting dalam kehidupan manusia, diantaranya:  Menahan erosi tanah: Pengikisan tanah juga bisa di cegah dengan kehadiran lumut. Sifat penyerap air dengan baik yang dimiliki lumut membantu tanah terjaga kepadatannya dan tidak mudah mengalami erosi.  Mengurangi bahaya banjir: Lumut juga berperan dalam mencegah bencana banjir, karena air hujan yang turun diserap dengan baik oleh tumbuhan lumut.  Meningkatkan sumber air: Manfaat tumbuhan lumut juga dirasakan saat musim kemarau datang. Musim yang berpotensi mendatang kekeringan ini memberikan ancaman minimnya ketersediaan air bagi manusia. Lumut membantu mengatasinya, karena lumut mempercepat proses penyerapan air saat kemarau sehingga mampu menjaga ketersediaan air tanah atau air sumur.  Mensuplai oksigen: Lumut juga bagian dari tumbuhan yang memiliki zat hijau. Layaknya tumbuhan lain, lumut juga melakukan fotosintesis. Hasil dari fotosintesis ini salah satunya adalah menghasilakan manfaat oksigen bagi manusia.  Bahan pembuatan obat mata; Lumut memiliki sifat yang baik yaitu bisa dijadikan sebagai antibakteri. Sifat inilah yang digunakan oleh dunia medis untuk mengobati beberapa penyakit mata.  Sebagai obat hepatitis: Tidak hanya bagi mata, penyakit yang menyerang hati seperti hepatitis juga bisa diobati dengan obat yang tebuat dari lumut jenis Marchantia polymorpha.  Sebagai obat antiseptic: Lumut juga di gunakan sebagai zat antiseptik yang membantu membunuh kuman-kuman. Zat antiseptik sering jumpai dalam pembuatan sabun-sabun kesehatan dan juga obat kumur pembersih mulut. Untuk membuat zat antiseptik di butuhkan lumut berjenis Frullania tamaricis.  Mengatasi bisa ular: Lumut juga dapat menghilangkan racun ular. Lumut yang digunakan adalah lumut jenis Marchantia polymorpha.  Obat Hipertensi: Jenis lumut hati selain digunakan untuk obat bius juga digunakan sebagai pembuatan obat darah tinggi. Sifat penenang pada lumut bisa di jadikan obat untuk mengontrol tekanan darah.



5



F. Keanekaragaman Bryophyta Disekitar Tempat Tinggal 1. Ricciocarpos natans



Sumber : dokumen pribadi Kingdom : Plantae Divisi : Marchantiophyta Class : Marchantiopsyda Ordo : Marchantiales Family : Ricciaceae Genus : Ricciocarpos Spesies : R. natans Keberadaan lumut hati ini sangat banyak ditemukan disekitar tempat tinggal penulis. Karena tanah dilingkungan tempat tinggal penulis memiliki kelembaban yang cocok sebagai habitat hidup lumut hati ini. Agar lumut hati ini keberadaannya tidak punah, maka salah satu cara melestarikannya adalah dengan cara menjaga ekosistem disekitar tempat tinggal agar tidak rusak. 2. Hyophila apiculate



Sumber: dokumen pribadi Kingdom Divisi Class Ordo Family Genus Spesies



: Plantae : Bryophyta : Bryopsida : Pottiales : Pottiaceae : Hyophila : Hyophila apiculate



6



Lumut ini ditemukan disekitaran air bebatuan. Lumut ini tumbuh tersusun tampak seperti sisik yang rapi apabia dilihat dari bagian dorsal, memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu Panjang daun berukuran 1-2 mm, batang pada lumut ini sangat pendek dan tertutupi oleh daunnya sehingga tidak nampak. 2.2.



Pteridophyta A. Pengertian Pteridophyta Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Pteridophyta berasal dari kata pteron: sayap bulu, dan phiton: tumbuhan. Sehingga Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang tergolong dalam tumbuhan kormus berspora, dimana tumbuhan ini menghasilkan spora dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap, yaitu pada pucuknya yang terdapat bulu-bulu. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom). Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah dan sangat pendek, ada juga yang mencapai 5 meter seperti pada paku pohon atau paku tiang. Daunnya ketika masih muda melingkar dan menggulung. Beradasarkan bentuk dan ukuran susunannya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi mikrofil dan makrofil. Mikrofil bentuknya kecil atau bersisik, tidak bertangkai, tidak bertulang daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel. Makrofil memiliki ciri daun yang besar, bertangkai, bertulang daun, bercabang-cabang, dengan sel yang telah terdiferensiasi. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang mempunyai kormus, artinya tubuhnya dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang  dan  daun. Alat perkembangbiakan  tumbuhan  paku yang utama adalah  spora. B. Ciri-ciri Pteridophyta Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan tertua. Ciriciri tumbuhan paku diantaranya adalah :  Akar, batang dan daun memiliki berkas pembuluh angkut berupa xilem dan floem.  Dapat ditemukan di air, di tempat lembab, menempel pada tumbuhan lain sebagai epifit atau di sisa-sisa tumbuhan lain dan sampah-sampah sebagai saprofit.  Tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora. Spora terdapat di dalam kotak spora atau sporangium. Kotak-kotak spora tersebut terkumpul dalam sorus. Sorus-sorus ini kemudian berkumpul di permukaan bawah dari helaian daun.



7



   



Mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari disebut generasi sporofit. Daun yang masih muda menggulung. Daun tumbuhan paku ada yang khusus menghasilkan spora, disebut sporofil. Daun yang tidak menghasilkan spora disebut tropofil, berfungsi untuk fotosintesis. Tidak berbunga. Umumnya memiliki rizom (batang yang terdapat di dalam tanah).



C. Siklus Hidup Pteridophyta Tumbuhan Paku atau pakis adalah tumbuhan yang memiliki dua fase dalam siklus hidupnya. Dua fase dalam siklus hidup paku ini disebut dengan pergiliran keturunan, yg juga terjadi pada lumut. Fase gametofit akan menghasilkan gamet, sedangkan fase sporofit akan menghasilkan spora. Perbedaan antara pergiliran keturunan lumut dan paku adalah pada perbedaan waktu antara gametofit dan sporofit. Paku memiliki fase sporofit yang dominan sedangkan lumut memiliki fase gametofit yang lebih dominan. Siklus hidup paku adalah sebagai berikut.  Spora paku akan berkecambah membentuk gametofit  Gametofit akan tumbuh dan menghasilkan anteridium (organ jantan) dan arkegonium (organ betina)  Anteridium akan menghasilkan sperma yang akan bergerak mencari ovum pada arkegonium  Penyatuan antara sperma dan ovum akan menghasilkan zigot  Zigot akan berkembang menjadi sporofit paku dan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang biasa kita lihat  Sporofit yang telah dewasa akan menghasilkan sporangium atau kotak spora untuk menghasilkan spora. Saat dimana tumbuhan paku menghasilkan sperma (gamet jantan) dan ovum (gamet betina) disebut fase gametofit. Sedangakan saat dimana paku menghasilkan spora disebut fase sporofit. Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora yang umumnya terletak di bawah permukaan daun, di tepi daun, atau di ujung batang. D. Klasifikasi Pteridophyta Berdasarkan kelasnya, tanaman paku (Pteridophyta) dapat di klasifikasikan menjadi empat kelas (Sianturi,dkk., 2020) 1. Kelas Psilophytinae (Paku Purba) Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan aku yang sebagaian besar telah punah. Paku purba merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau memiliki daun daun kecil (mikropil) yang belum terdiferensiasi. Bahkan diantaranya ada yang belum memiliki akar. Paku purba ini bersifat homospor.



8



a. Ordo Psilophytales Tumbuhan paku yang tergolong paku telanjang (ordo psilophytales) merupakan tumbuhan darat yang tua, yaitu sekitar 350 juta tahun yang lalu (zaman siliur air dan devon). Paku ini merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat perkembangannya. Yang paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar, batang telah mempunyai berkas pengangkut, cabang menggarpu dengan sporangium pada ujung-ujung cabang. Pada ordo ini terdapat 3 famili, yaitu famili Rhyniasea, Asteroxylaceae,dan Pseudosprorochnaceae. b. Ordo Psilotales Dari ordo ini diantara marganya yang saat ini masih hidup ialah marga psilotum, yang berupa terna kecil rendah, dan bercabangcabang menggarpu. Tumbuhan paku ini sama sekali tidak berakar, hanya memiliki tunas-tunas tanah dengan rhizoid, dan pada batangnya terdapat mikrofil atau daun-daun kecil berbentuk sisik, tidak bertulang dan tersusun jarang-jarang dalam garis spiral. 2. Kelas Lycopodinae (Paku Kawat atau Paku Rambat) Batang dan akar-akarnya bercabang-cabang dan menggarpu dengan daun-daun kecil (mikrofil), tidak bertangkai, selalu bertulang satu saja da nada beberapa ordo yang daunnya memiliki lidah-lidah (ligula). Lycopodinae di dalam zaman karbon telah berkembang lebih luas dari pada saat ini, bahkan ada yang telah berkembang menjadi tumbuhan berbiji, yaitu Lepidospermae. Karena ketidak sempurnaan alat-alat penyerapan dan pengangkut air, maka tumbuhan yang telah berupa pohon itu kemudian punah menjelang akhir zaman Palaeozoikum, karena iklim di bumi bertambah kering. Sehingga aku kawat dan paku rane yang berupa terna yang dapat bertahan hingga sekarang. a. Ordo Lycopodiales Batang memiliki berkas pengangkut yang masih sederhana, tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang yang menjulang ke atas. Daun-daun berambut, berbentuk garis atau jarum yang dianggap homolog dengan mikrofil Psilophytinae dan hanya memiliki satu tulang yang tidak bercabang. Akarnya biasanya bercabang-cabang menggarpu, bagian-bagian batangnya yang berdiri tegak, diatas bagian yang agak jarang daun-daunnya memiliki rangkaian sporofil. b. Ordo Selaginellales (Paku Rane) Habitus paku rane dalam beberapa hal memperlihatkan persamaan dengan Lycopodinae. Sebagaian memiliki batang berbaring dan sebagian lagi tegak, bercabang-cabang menggarpu anisotom, tidak memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder. Ada yang tumbuh membentuk rumpun, ada yang memanjat dan tunasnya dapat tumbuh mencapai panjang hingga beberapa meter.pada batang terdapat beberapa daun-daun kecil yang tersusun empat



9



baris. Cabang-cabang seringkali memiliki susunan dorsiventral. Akar-akar yang keluar dari batang yang tidak berdaun dinamakan pendukung akar. Pada bagian bawah sisi atas daun terdapat suatu sisik yang dinamakan ligula yang berfungsi sebagai penghisap air hujan. 3. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda) Warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna yang hidup ditempat lembab. Batangnya kebanayakn bercabangcabang berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti selaput dan tersusun berkarang, sporofil selalu berbeda dari daun biasa. Pada ordo Equisetales, hanya terdiri dari family Equisetaceae dan satu marga Equisetum dengan 25 jenis saja. tumbuh sebagian di darat dan sebagian di rawa-rawa. Memiliki semacam rimpang yang merayap, dengan cabang yang berdiri tegak . pada buku-buku batang terdapat suatu karangan daun serupa selaput atau sisik, berbentuk runcing dan memiliki satu berkas pegangkut kecil. 4. Kelas Filicinae (Paku Sejati) Golongan paku ini terdiri dari beraneka ragam paku-pakuan yang sangat banyak meliputi kurang lebih 90% dari jumlah marga yang tergolong dalam Filicinae dan tersebar di seluruh bumi. Terdapat di daerah tropis dan paku yang serupa dengan pohon. Daun-daunnya menyirip ganda sampai beberapa kali, batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk ke dalam tanah akar-akar itu tidak bertambah panjang, tumbuhan paku sejati tidak berkambium, sehingga batang tidak mengadakan pertumbuhan menebal sekunder. Kebanyakan berupa herba dengan rimpang yang mendatar, dan biasanya jarang bercabang. Pada Filicinae,kebanyakan batang, tangkai aun, dan kadang-kadang sebagian daun tertutup oleh suatu lapisan rambut-rambut berupa sisik yang dinamakan palea. Sporangium terbentuk dalam jumlah yang besar pada sisi bawah daun. Pada kelas ini terbagi menjadi beberapa family seperti family Gleicheniaceae, Cyatheaceae, Polypodiaceae, Cyatheaceae, Athyriaceae, Blechnaceae, dan masih banyak famili lainnya. E. Manfaat Pteridophyta Tumbuhan paku memiliki dua manfaat atau peranan yaitu manfaat secara ekologi dan secara ekonomi. Secara ekologis, tumbuhan paku berperan sebagai produsen dalam rantai makanan dan siklus nitrogen. Sedangkan manfaat tanaman paku secara ekonomi adalah sebagai tanaman hias, tanaman obat, sayuran, dan sebagai pelindung bibit tanaman lainnya (Suryana,dkk., 2020). F. Keanekaragaman Pteridophyta Disekitar Tempat Tinggal 1. Woodsia obtusa



10



Sumber : dokumen pribadi



Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh) Divisi : Pteridophyta (Tumbuhan Paku) Class : Filicopsida Family : Dryopteridaceae (Keluarga Pakis Kayu) Genus : Woodsia R. Br. (Paku Tebing) Spesies : Woodsia obutsa Sumber :Dinas Konservasi Sumber Daya Alam USDA Di lingkungan tempat tinggal penulis spesies Woodsia obutsa saat ini keberadaannya sangat banyak, meskipun tumbuhan paku ini dianggap sebagai gulma dan sering ditebang, namun masih banyak tumbuhan paku yang tumbuh karena tumbuhan paku ini pertumbuhannya sangat cepat sehingga tidak menyebabkan kepunahan meskipun selalu ditebang habis. Upaya pelestariannya adalah dengan cara menjaga ekosistem lingkungan sekitar agar tumbuhan paku tetap bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik. 2. Dryopteris Cristata



Sumber: dokumen pribadi Kingdom Subkingdom Divisi Class Family Genus



: Plantae (Tumbuhan) : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh) : Pteridophyta (Tumbuhan Paku) : Filicopsida : Dryopteridaceae (Keluarga Pakis Kayu) : Dryopteris Adans.



11



Spesies



: Dryopteris cristata (L.) A.



Pakuan ini berhabitus herba agak berkayu, akarnya adalah serabut bercabang secara dikotom. Akarnya berbentuk serabut berwarna coklat. Bentuk daunnya delta dengan tepi berisirp, daunnya sporofil yakni terdapat spora dibagian ventral. Ujungnya meruncing, tepi bercangap, ukuran daunnya terdiri dari 2 yaitu satu lebih besar dan satu lebih kecil (anisofil).



12



BAB III PENUTUP 3.1.



Kesimpulan a. Tumbuhan lumut (Bryophyta) adalah kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan tinggi. Jumlah tumbuhan lumut kurang lebih terdapat 18.000 jenis yang tersebar di seluruh dunia dan merupakan kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga. Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman tumbuhan lumut sebanyak 1.500 jenis. Lumut mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara generasi gametofit (seksual) yang memiliki kromosom haploid (n) dengan generasi sporofit (aseksual) yang berkromosom diploid (2n). b. Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Pteridophyta berasal dari kata pteron: sayap bulu, dan phiton: tumbuhan. Sehingga Pteridophyta merupakan tumbuhan paku yang tergolong dalam tumbuhan kormus berspora, dimana tumbuhan ini menghasilkan spora dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk bangun sayap, yaitu pada pucuknya yang terdapat bulu-bulu. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana.



3.2.



Saran Sebagai seorang mahasiswa yang akan menjadi calon pendidik ilmu pengetahuan alam sangat penting untuk mempelajari keanekaragaman lumut dan paku. Terlebih banyaknya jenis keanekaragaman lumut dan paku di Indonesia, sehingga apabila mempelajari keanekaragaman lumut dan paku akan memberikan wawasan yang lebih sebagai bekal untuk menjadi seorang pendidik nanti.



13



DAFTAR PUSTAKA Addninunnisa, A. I. (2017). Pengaruh Lumut (Bryphyta) Sebagai Komposisi Media Pertunasan dan Pertumbuhan Tanaman Banahong. Jurnal Prodi Biologi, 6 (3). Afriani, R., Hilda, A. K. W. & Awaliyah, A. (2020). Identifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kelurahan Kapuas Kiri Hilir. Edumedia : Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 4(2), 57-61. Database TANAMAN. Woodsia obtuse. USDA: Dinas Konservasi Sumber Daya Alam. Diakses pada tanggal 11 September 2021. https://plants.sc.egov.usda.gov/home/plantProfile?symbol=WOOB2 Diliarosta, S., Rehani, R. & Dewi, I. (2020). Diversity of Pteridophyta in Lubuak Mato Kuciang Padang Panjang, Sumatera Barat. Pharmacognosy Journal, 12(1), 180-185. Fanani, M., Budi A. & Ida, H. (2019). Keanekaragaman Jenis Lumut (Bryophyta) pada Berbagai Substrat di Bukit Muntai Kabupaten Bangka Selatan. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi, 4(2), 43-47. Imu, U. C., Purnamasari, A. B., & Liana, A. (2019). Identifikasi Tumbuhan Lumut di Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung. Jurnal Bionature, 20(2). Indah, N. (2009). Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah, Schyzophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta. Jember: Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI. Raihan, C., Nurasiah, & Zahara, N. (2018). Keanekaragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) di Air Terjun Peucari Bueng Jantho Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Prosiding Biotik, 6 (1). Sianturi, A. S. R., Amin, R. & Saiful R. (2020). Eksplorasi Tumbuhan Paku Pteridophyta. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Suryana, Betty, M., Joko, K. & Budi, I. (2020). Diversity of Ferns (Pteridophyta) in the Several Mountains of West Java. BioLink, 7(1), 71-80. Wiadril, A. P., Rivo, Y. V. & Rozana, Z. (2018). Identifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta) di Sekitar Air Terjun Sigerincing Dusun Tuo, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin. BIOCOLONY : Jurnal Pendidikan Biologi dan Biosains, 1(2), 1-6.



14