Makalah Coelenterata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

COELENTERATA



MAKALAH Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Zoologi yang dibimbing oleh Nanang Purwanto., M.Pd.



Oleh Lutfi Mufarida Iis Nurrahmawati Ma'ruf Rizal Rika Santica Devi Moh. Fahrur Baihaqi



(17208153039) (17208153041) (17208153054) (17208153067) (17208153071)



JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG Maret 2017



DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I A. B. C. D.



:



PEMBAHASAN



Ciri-ciri Umum dan Khusus Coelenterata Peran Coelenterata Bagi Ekosistem dan Manusia Filum Cnidaria Filum Ctenophora



DAFTAR PUSTAKA



1 1 10



BAB I PEMBAHASAN A. Ciri-ciri Umum dan Khusus Coelenterata Coelenterata sebelumnya dianggap sebagai suatu filum yang mencakup 3 kelas



yaitu,



Hydrozoa,



Scyphozoa



dan



Anthozoa.



Klasifikasi



terakhir



menempatkan coelenterata sebagai suatu infrakingdom yang mencakup 2 filum, Cnidaria dan Ctenophora. Cnidaria terdiri dari 7 kelas yaitu, Staurozoa, Polypodiozoa, Myxozoa, Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa dan Cubozoa. Sedangkan Ctenophora terdiri dari 2 kelas yaitu Tentaculata dan Nuda (Atentaculata). Istilah Coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek); coilos = rongga, enteron = usus. Gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, tetapi cukup disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga mengindikasikan bahwa hewan Coelenterata tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut coelenteron.1 Rongga tersebut berfungsi sebagai rongga pencernaan dan sekaligus berfungsi sebagai pengedar sari makanan. Oleh karena itu rongga tersebut disebut sebagai rongga gastrovaskular. Coelenterata disebut sebagai hewan sederhana karena jaringan tubuhnya hanya terdiri dari dua lapis sel, yaitu sel internal dan eksternal. Terdapat sekitar 9.500 spesies yang kebanyakan hidup di laut, dan hanya 14 spesies dari kelas hydrozoa hidup dia air tawar. Biasanya terdapat di perairan dangkal, dan melekat pada substrat dan terumbu karang. Coelenterata hidup sejak periode Cambrian sampai sekarang.2 Coelenterata adalah hewan invertebrata (tidak memiliki tulang punggung) yang sebagian besar hidup di laut pada berbagai kedalaman dan suhu. Coelenterata pada umumnya mempunyai ciri-ciri umum yaitu: 1) Habitat di laut, kecuali sejenis hydra hidup di air tawar 2) Hewan bersel banyak (multiseluler) 3) Memiliki nematosis (sel penyengat) 1



M. Yusuf Kastawi, dkk., Zoologi Avertebrata, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005), hal.



55 2



Sugiarti Suwignyo, dkk. Avertebrata Air, (Jakarta : Penebar Swadaya, 2005), hal. 42.



1



2



4) Memiliki bentuk tubuh simetri radial, yaitu bagian yang sama didistribusikan secara merata dalam susunan melingkar dari poros tengah. 5) Jenis kelamin: monoecious atau dioecious, larvanya disebut planula. 6) Merupakan hewan karnivora (memakan invertebrata kecil), makanan utamanya adalah crustacean, zooplankton dan ikan kecil ataupun larva Insekta.



7) Tidak memiliki organ atau sistem organ (hanya jaringan yang mengandung sel-sel khusus dikelompokkan bersama) 8) Tidak memiliki otak tetapi impuls saraf berjalan melalui tubuh mereka dan mampu mendeteksi sinyal dari lingkungan 9) Mengalami siklus hidup (metagenesis). 10) Rangka tubuh Coelenterata mengandung zat kapur atau zat kitin. 11) Sebagian hidup secara soliter, sedangkan sebagian yang lain hidup berkoloni. a) Struktur tubuh Coelenterata 



Radial simetris (silindris, globular, atau spherikal)







Dipoblastik terdiri endoderm dan ektoderm.







Terdapat rongga mesoglea (lapisan non selular) antara epidermis dan endodermis/ gastrodermis yang meruakan masa pasta/ gudir yang disekresikan oleh sel-sel epidermis dan gastrodermis. Kadang-kadang didalam lapisan mesoglea ini terdapat sel-sel amoboid.







Mempunyai rongga gastrovaskular yang dilapisi jaringan gastrodermis untuk pencernaan dan sirkulasi makanan







Tentakel yang terdapat pada sekitar mulut berfungsi sebagai sistem gerak dan juga untuk menangkap serta memasukkan makanan. Pada ujung tentakel terdapat sel knidoblast, setiap knidoblast mengandung alat penyengat yang dinamakan nematokist, yang berfungsi untuk mempertahankan diri dan melumpuhkan mangsa kedalam tubuhnya.







Tidak mempunyai kepala, anus, alat peredaran darah, alat ekskresi, dan alat respirasi. Tetapi tubuhnya hanya memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus.







Pada bentuk polip (seperti tabung), coelenterata memiliki mulut di bagian dorsal yang dikelilingi oleh tentakel. Sedangkan pada bentuk



3



medusa yang berbentuk seperti cakram, mulut coelenterata terletak di bagian bawah (oral) dan tubuhnya dikelilingi oleh tentakel. b) Bentuk Tubuh Coelenterata Dalam siklus hidupnya pada umumnya Coelentarata mempunyai dua bentuk tubuh, yaitu Polip dan Medusa.  Polip Bentuk Coelentarata yang sesil atau menempel pada tempat hidupnya. Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Anemon dan karang umumnya mereka sebagai polip (organisme dengan mulut dan tentakel menghadap ke atas, sisi lainnya melekat pada batu atau permukaan lainnya). Polip yang membentuk koloni memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme). Misalnya: polip untuk pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni gastrozoid. Gerakan pada polip biasanya terbatas, merayap atau meliuk-liuk dan dapat memanjang dan memendek, atau melengkung ke berbagai arah. Bila hydra dengan ukuran sekitar 8 mm mengambil air dan mengisi rongga gastrovaskularnya, tubuhnya dapat memanjang sampai 20 mm, namun pada saat air dikeluarkan, tubuh dapat memendek hingga tinggal 1 mm. 3 Pada umumnya berkembang biak secara vegetatif yaitu dengan pembentukan tunas. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya, sehingga membentuk koloni.



3



Ibid., hal. 46



4



Gambar 1.1 Polimorfisme pada koloni polip obelia







Medusa Bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti lonceng yang dapat berenang bebas. Medusa berenang dengan jalan berdenyut, yang dihasilkan oleh otot melingkar pada tepi lonceng, dan menghasilkan gerakan vertikal. Sedangkan gerakan horizontal tergantung pada arus laut, kecuali pada beberapa jenis Cubozoa.4 Bagian tubuh yang cembung berada diatas dan yang cekung dibawah. Ada bagian tengah pada cekungan itu terdapat mulut. Umumnya berkembang biak secara generatif yaitu dengan pembentukan gamet (ovum dan sperma). Gamet dihasilkan oleh seluruh Coelentrata bentuk polip. Contoh Coelentrata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah Hydra.



4



Ibid.,



5



Gambar 1.2 Perbandingan struktur tubuh coelenterata dalam bentuk polip dan medusa.



c) Cara Mendapatkan Makanan Coelenterata hidup di perairan yang jernih yang mengandung partikelpartikel organik, plankton atau hewan-hewan kecil. Jika terdapat hewan kecil, misal jentik nyamuk menempel pada tentakel dan mengenai sel knidoblast, maka sel tersebut mengeluarkan racun. Jentik akan lemas lalu tentakel membawanya ke mulut. Di bawah mulut terdapat kerongkongan pendek lalu masuk ke rongga gastrovaskuler untuk dicerna secara ekstraseluler (luar sel), sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan pencernaan dilanjutkan secara intraselular, kemudian sel-sel endodermis akan menyerap sari-sari makanan, lalu didistribusikan ke seluruh tubuh dengan cara difusi (perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah), sedangkan sisa-sisa makanan akan dimuntahkan melalui mulut, karena hewan ini tidak memiliki anus. Cadangan makanan terutama berupa lemak dan glikogen.5 Pada jenis anthozoa, benang ditembakkan keluar dan akan larut menjadi lebih pekat dan lengket, yang berguna untuk menempel dan menangkap mangsa. Nematocyst pada coelenterata air tawar ada empat macam, yaitu 5



Ibid.,



6



penggulung (volvent), penusuk (penetrant), dan dua macam perekat. Tipe penggulung berukuran kecil, berfungsi untuk menggulung mangsa. Tipe penusuk berukuran besar, berfungsi untuk menyuntikan racun ke dalam tubuh mangsa. Makanan spesies dari colenterata yang terdiri dari mollusca, crustacean, ikan dan avertebrata lain, makanan atau mangsa ditangkap oleh tentakel dengan bantuan nematokist yang dapat melumpuhkan mangsanya. Tetapi ada pula beberapa obyek yang langsung terpegang oleh mulut.



Gambar 1.3 Cara nematokis menjerat mangsa



d) Reproduksi dan Daur Hidup Coelenterata Pada coelenterata reproduksi vegetatif dan generatif berlangsung secara metagenesis (bergiliran). Secara vegetatif yaitu dengan membentuk tunas yang kemudian lepas dari induknya dan berkembang menjadi individu baru.



Gambar 1.4 Skema pertumbuhan tunas pada hydra



7



Secara generatif yaitu dengan menghasilkan ovum (gamet betina) dan spermatozoid (gamet jantan) yang melebur menjadi zigot, sebagian hermaprodit (sperma dan ovum dihasilkan oleh individu yang sama), tapi ada juga yang gonochoris (sperma dihasilkan oleh individu yang terpisah dari individu penghasil ovum. Letak testis di dekat tentakel sedangkan ovarium dekat kaki. Sperma masak dikeluarkan lalu berenang hingga menuju ovum. Ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Mula-mula zigot tumbuh di ovarium



hingga



menjadi



larva.



Larva



bersilia



(planula)



berenang



meninggalkan induk dan membentuk polip di dasar perairan. Reproduksi generatif dilakukan oleh seluruh Coelenterata dengan sifat medusa dan beberapa coelenterata yang bersifat polip (tidak berpindah tempat). Sedangkan reproduksi vegetatif hanya dilakukan oleh coelenterata yang bersifat polip (tidak berpindah tempat).



Beberapa jenis coelenterata



juga mengalami metagenesis (pergiliran keturunan), yaitu reproduksi vegetatif yang di ikuti oleh reproduksi generatif pada satu generasi. Pada coelenterata jenis ini, tubuh akan memiliki bentuk polip pada satu fase hidupnya, kemudian berbentuk medusa pada tahap selanjutnya.



Gambar 1.5 Reproduksi dan daur hidup Coelenterata (Obelia sp.)



e) Sistem Respirasi



8



Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi melalui proses difusi (perpindahan zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah). Proses ini dilakukan dengan memanfaatkan bagian kulit luar yang bersentuhan langsung dengan air yang mengandung oksigen, pada lapisan gastroendermis juga terdapat struktur yang berfungsi membantu terlaksananya proses respirasi coelenterata, struktur ini disebut sifinoglia. f) Sistem Saraf Susunan saraf berupa anyaman sel-sel saraf yang tersebar secara difusi. .Sistem saraf sederhana ini berbentuk jala yang berfungsi untuk menanggapi rangsangan dan mengatur gerakan. Sistem saraf coelenterata diatur pada bagian mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin. Pertukaran gas terjadi secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Alat pernapasan dan alat ekskresi pada filum coelenterata khususnya tidak ada.



B. Peran Coelenterata Bagi Ekosistem dan Manusia Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Selain itu di dalam dunia medis struktur jaringan dan kekerasan rangka koral sering di manfaatkan untuk cangkok tulang di beberapa rumah sakit. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang. Terumbu karang berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan-ikan laut dan tempat berlindung satwa laut lainnya. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sangat indah sehingga dapat di jadikan objek wisata, dapat menarik wisatawan dan pengunjung untuk menyelam. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai (abrasi). Batu karang juga bahan pembuat kapur dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, misalnya jenis batu karang merah. Coelenterata mempunyai banyak peranan dalam ekosistem laut yaitu sebagai penghias dasar laut. Keberadaan Coelenterata seperti halnya ubur-ubur dengan



9



tubuhnya yang transparan dan dapat mengeluarkan cahaya sendiri sehingga terlihat bersinar diperairan gelap, juga mampu menambah keunikan dan keindahan ekosistem diperairan laut. Hewan ubur-ubur yang juga banyak di perairan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk dibuat tepung ubur-ubur, kemudian diolah menjadi bahan kosmetik/kecantikan. Bahkan di jepang, ubur-ubur dijadikan sebagai bahan makanan. C. Filum Cnidaria Cnidaria (kata cnidaria berasal dari bahasa Yunani "Cnidos" yang berarti "Jarum penyengat") adalah filum hewan invertebrata yang hanya ditemukan di perairan, sebagian besar hidup di air laut. Cnidaria hidup soliter atau berkoloni, mereka memiliki dua bentuk tubuh dasar, Medusa yang berenang bebas dan Polip yang sesil (hidup melekat pada beberapa substrat). Keduanya bertubuh simetri radial dengan mulut yang dikelilingi oleh tentakel berknidosit, yaitu sel terspesialisasi yang mereka pakai terutama untuk menangkap mangsa dan berisi racun penyengat yang disebut Nematosit. Kemampuan menyengat inilah yang merupakan asal nama mereka. Tubuh Cnidaria terdiri atas Mesoglea, suatu bahan tak hidup yang mirip jeli yang terletak antara dua lapisan Epitelium yang biasanya setebal satu sel. Cnidaria mempunyai rongga tubuh untuk pencernaan dan pernafasan, serta sebuah lubang yang berfungsi sebagai mulut maupun anus. Cnidaria terdiri dari 10.000 lebih spesies dan dibagi menjadi 6 kelas, meliputi : a) Kelas Hydrozoa Secara umum hewan-hewan anggota dari kelas Hydrozoa dapat dideskripsikan sebagai berikut.6  Ada yang hidup soliter ada yang berkoloni  Siklus hidupnya terdiri dari fase polip dan fase medusa  Rongga gastrovaskular tidak dilengkapi stomodeum 



dan



mesentrium, maupun sel-sel jelatang. Lapisan mesoglea merupakan lapisan yang non seluler yang



berbentuk bubur atau lender atau “pasta”  Gonadnya ditemukan dalam lapisan epidermis Contoh yang paling popular adalah Hydra yang hidup diperairan air tawar dan obelia yang hidup di air laut.



6



M. Yusuf Kastawi, dkk., Zoologi Avertebrata……… hal. 57



10



(a)



(b)



Gambar 3.1 Contoh anggota Hydrozoa, (a) Hydra dan (b) Obelia



b) Kelas Anthozoa Penamaan kelas anthozoa berasal dari bahasa Yunani, anthos + zoon (anthos = bunga ; zoon = hewan), yang berarti hewan yang menyerupai bunga. Semua anggota kelas ini hidupnya dilaut, dari kawasan pantai hingga kedalaman 6000 meter, terutama di perairan yang hangat (tropik), tetapi ada juga yang dijumpai di daerah kutub. Mereka merupakan polip yang menetap dengan meletakkan diri pada suatu obyek yang terdapat didasar laut. Anggota dari kelas anthozoa fase medusa telah tereduksi, sehingga hanya memiliki fase polip saja.7 Diantara anggota anthozoa yang terkenal adalah anemon laut, karang batu atau karang kapur dan karang tanduk.



Gambar 3.2 Contoh anggota Anthozoa, Anemon laut.



c) Kelas Staurozoa



7



Ibid., hal. 88



11



Staurozoa adalah kelas baru dalam filum cnidaria yang terdiri atas Stauromedusae dan kelompok fosil Conulatae8. Stauromedusae atau Ubur Ubur Berjalan adalah kelompok ubur-ubur berukuran kecil yang cenderung menghabiskan seluruh hidup melekat pada substrat, daripada berenang bebas seperti kebanyakan kelompok ubur-ubur lainnya. Staurozoa dapat ditemukan di seluruh samudera di dunia, kebanyakan hidup di perairan dangkal beriklim sedang di belahan bumi utara9, dimana sekitar 40 spesies berada di belahan bumi Utara dan 8 spesies lainnya di belahan bumi Selatan. Organisme ini ditemukan di laut yang memiliki salinitas tinggi dan beberapa ditemukan di muara dengan salinitas rendah. Staurozoa muda dan dewasa bersifat sesil dan penyebarannya terbatas pada tahap planula tak bersilia. Siklus hidup Staurozoa umumnya dimulai dari sebuah polip yang langsung berkembang menjadi medusa dewasa, namun, mereka juga memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual melalui proses pembelahan lateral dari calyx10. Adapun spesies-spesies yang termasuk ke dalam kelas Staurozoa yakni Haliclystus convolvulus,



octoradiatus,



Haliclystus



Lucernariopsis



antarcticus,



campanulata,



Craterolophus



Haliclystus



salpinx,



Haliclystus californiensis, dll.



Gambar 3.3 Contoh anggota Staurozoa, Haliclystus octoradiatus 8



Marques, A.C., & Collins, A.G., Cladistic analysis of Medusozoa and cnidarian evolution. Invertebrate Biology, 123(1): 23-42. (2004) 9 Eckelbarger K.L. & Larson R.J.. Ultrastructural study of the ovary of the sessile scyphozoan Haliclystus octoradiatus (Cnidaria: Stauromedusae). Journal of Morphology, 218: 225-236. (1993) 10 Kikinger, R. & L. von Salvini-Plawen,. Development from polyp to stauromedusa in Stylocoronella (Cnidaria: Scyphozoa). Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom, 75: 899–912. (1995)



12



d) Kelas Polypodiozoa Polypodiozoa adalah kelas dari filum cnidaria. Spesies yang dikenal dari kelas ini adalah Polypodium Hydriforme dan menjadi satu satunya spesies dalam monotypic genus Polypodium. Dan juga satu satunya spesies dan genus dalam seluruh keluarga Polypodiidae. Polypodium Hydriforme adalah spesies parasit yang menyerang telur sturgeon dan sejenis ikan. Spesies ini adalah salah satu dari beberapa metazoan yang hidup di dalam sel hewan lainnya.



Gambar 3.4 Contoh kelas Polypodiozoa



e) Kelas Cubozoa Cubozoa



dirincikan dari medusanya yang berbentuk kotak



(kuboid) sehingga dikenal sebagai box jellyfish. Cubozoa lebih maju sehingga dipisahkan dari Scyphozoa (Ubur-ubur mangkuk). Tentakel terdapat pada empat sudut yang keluar dari struktur mirip pendulum. Semua Cubozoa hidup dilaut dan merupakan perenang yang hebat. Ikan adalah makanan bagi cubozoa. Box jellyfish seperti spesies-spesies Chironex fleckeri (marine stringer) dan Carukia barnest (irukanjingt sangat beracun dan sengatannya dapat berakibat fatal terhadap manusia, chironex racunnya lebih potensial di bandingkan kobra. Namun tidak semua spesies box jellyfish berbahaya bagi manusia.



13



Cubozoa hanya mempunyai 1 bangsa, 2 suku, 8 marga, dengan kurung lebih 30 jenis . Cubozoa dapat ditemukan di hampir semua perairan tropis di seluruh dunia tetapi di Indonesia belum ada dokumentasi lengkap tentang kasus sengatan cubozoa pada manusia, apalagi penelitian kasus mengenai hewan ini. Ubur-ubur kotak (kelas Cubozoa) adalah invertebrata cnidaria dibedakan oleh medusa berbentuk kubus. Ubur-ubur kotak terkenal karena racun yang sangat kuat dihasilkan oleh beberapa spesies: Chironex fleckeri, Carukia barnesi dan Malo kingi adalah salah satu makhluk yang paling berbisa di dunia. Sengatan dari ini dan beberapa spesies lain di kelas sangat menyakitkan dan kadang-kadang fatal bagi manusia.



Gambar 3.5 Contoh spesies dari kelas Cubozoa Chironex fleckeri



f) Kelas Scyphozoa Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, skyphos-zoon (skyphos = mangkok ; zoon = hewan), jadi scyphozoa berarti hewan yang bentuk tubuhnya menyerupai mangkok. Seperti halnya kelas Hydrozoa, kelas scyphozoa juga menunjukkan gejala metagenesis atau pergiliran keturunan, antara fase polip dengan fase medusa. Hanya pada kelompok ini yang lebih menonjol dalam penampilan selama siklus hidupnya adalah fase medusa atau ubur-ubur, sedangkan fase polipnya berukuran kecil juga sukar dijumpai.11 Contoh yang amat populer dari anggota kelas scyphozoa adalah Aurelia aurita atau ubur-ubur.



11



M. Yusuf Kastawi, dkk., Zoologi Avertebrata……… hal. 80



14



g) Gambar 3.7 Aurelia aurita (Ubur-ubur)



Klasifikasi Aurelia aurita (Ubur-ubur) Kingdom : animalia Phylum : cnidaria Class : schyphozoa Ordo : semaeostomeae Familia : ulmaridae Genus : Aurelia Spesies : Aurelia aurita 1) Karakteristik Aurelia aurita (Ubur-ubur) Ubur-ubur merupakan anggota kelas Scyphozoa yang mudah dikenal, karena bentuknya yang unik, yakni seperti payung dengan warna bening, ukurannya relatif besar, berdiameter berkisar 7,5-30 cm, sering ditemukan terdampar di tepi pantai. Karena tubuh ubur-ubur jernih transparan maka gonad yang ada di dalam tubuh tampak jelas dari permukaan.12 Hewan ini melayang di air dan juga memiliki lapisan mesoglea yang tebal dan dapat digunakan sebagai sumber nutrisi, bersifat soliter, bermetagenesis (mengalami pergiliran keturunan antara fase polip dan fase medusa, fase medusa lebih menonjol, fase polip mengalami reduksi atau jarang sekali ditemukan). Alat indera pada ubur-ubur terdiri atas: (1) tentakulocys atau rhopalia, Berfungsi untuk indera keseimbangan, dan mengontrol ritme gerak mengembang-kempisnya badan payung pada waktu berenang (2) ocellia, terbuat dari bahan pigmen yang sensitif terhadap rangsangan yang berupa cahaya, berfungsi untuk membedakan gelap dan terang (3) celah olfaktorius, berfungsi sebagai alat pembau untuk menyeleksi bahan-bahan makanan.13 12 13



Maskoeri Jasin. Zoologi Invertebrata. (Surabaya: CV. Sinar Wijaya, 1991). hal 112-113 Ibid., hal 115



15



Ubur-ubur biasa dijumpai di kawasan perairan pantai, dan berenang-renang bebas kian kemari, adakalanya beristirahat dengan menempelkan diri pada batu-batu karang. Penyebarannya bersifat kosmopolitan atau banyak ditemukan hampir disetiap pantai/laut.



Gambar 3.8 Struktur Aurelia aurita



2) Sistem Respirasi Aurelia aurita (Ubur-ubur) Dalam hal respirasi, Aurelia aurita tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Proses tersebut dilakukan secara langsung melalui seluruh permukaan tubuh. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran gastrovaskuler sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi. Gas oksigen yang terlarut dalam air yang berada di dalam daerah eksternal secara difusi-osmosis akan masuk ke dalam lapisan epidermis maupun gastrodermis, tetapi sebaliknya gas karbondioksida yang terbentuk dari proses pernapasan juga akan dikeluarkan dari daerah intern secara difusi-osmosis. Begitu pula zat-zat sampah, terutama



berupa



zat-zat



nitrogen



yang



merupakan



sisa-sisa



16



metabolisme akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.



3) Sistem Pencernaan Aurelia aurita (Ubur-ubur) Pada Aurelia aurita sistem pencernaan makanannya bersistem gastrovaskuler. Dari tengah-tengah permukaan tubuh sebelah bawah (permukaan oral atau permukaan sub-umbrella) muncullah semacam kerongkongan



pendek



menggantung



ke



bawah



yang



disebut manubrium.14 Di ujung distal manubrium terdapat lubang mulut berjumlah empat, setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang merentang panjang disebut lengan-lengan mulut. Keempat lengan mulut tersebut di bagian basisnya menyatu sedemikian rupa sehingga mengelilingi rongga atau lubang mulut. Rongga mulut bersambungan dengan manubrium dan bermuara ke dalam rongga perut, yang terdiri atas sebuah rongga sentral dan 4 buah kantung gastrik. Masing-masing kantung gastrik dilengkapi tentakel internal endodermal lengkap dengan nematokistnya yang dapat digunakan untuk melumpuhkan mangsa. Dari kantung gastrik akan menjulur saluran mesoglea untuk berhubungan dengan saluran cincin yang ada di bagian tepi tubuh ubur-ubur.15 Aurelia aurita makanannya berupa zooplankton, udang-udang kecil, cacing, larva-larva insekta maupun telur-telur hewan lain yang bersama plankton. Zat lendir atau mukosa yang ada pada tubuhnya sangat



membantu



dalam



pengumpulan



hewan



yang



menjadi



mangsanya. Bulu-bulu getar yang menghiasi rumbai tangan mulut cukup selektif dalam hal memilih makanan.



Makanan yang telah



terkumpul di bagian bawah tubuh akan disapu oleh flagella yang selanjutnya akan ditangkap tangan-tangan mulut untuk dimasukkan ke dalam mulut. Bahan makanan setelah masuk ke dalam perut kemudian melalui lorong manubrium akan ditampung di dalam perut untuk 14 15



M. Yusuf Kastawi, dkk., Zoologi Avertebrata……… hal. 82 Ibid.,



17



digarap oleh nematosit. Selanjutnya makanan itu dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh sel kelenjar sehingga makanan yang berupa protein, karbohidrat, lemak, dan zat kitin akan hancur. Partikel makanan yang telah dicerna akan disalurkan ke seluruh cabang saluran sistem gastrovaskuler dan sari-sarinya akan diserap oleh sel-sel nutritif dengan diedarkan oleh sel-sel pengembara atau sel amoeboid. Aurelia aurita akan menyimpan cadangan makanannya berupa butir-butir glikogen dalam sel-sel gastrodermalnya. 4) Sistem Ekskresi Aurelia aurita (Ubur-ubur) Pada Aurelia aurita mempunyai satu lubang bukaan dimana sebagai mulut dan sebagai tempat ekskresi, melalui lubang bukaan inilah Aurelia aurita mengeluarkan hasil ekskresinya. Pada Aurelia aurita mempunyai satu lubang bukaan dimana sebagai mulut dan sebagai tempat ekskresi, melalui lubang bukaan, inilah Aurelia aurita mengeluarkan hasil ekskresinya. Sama seperti kelompok filum porifera, hewan-hewan penghuni filum coelenterata (ubur-ubur, hydra, dll) tidak memiliki sistem ekskresi. Sehingga pengeluaran limbah metabolisme berlangsung secara difusi melalui sel-sel epitel pada rongga gastrovaskular.



Limbah metabolisme yang terlarut dalam



cairan tubuh dalam rongga gastrovaskular (rongga perut) akan di keluarkan melalui mulut ke lingkungan.16 5) Sistem Reproduksi dan daur hidup Aurelia aurita (Ubur-ubur) Dalam bereproduksi, Aurelia aurita memiliki kelamin yang terpisah, berarti ada Aurelia aurita jantan dan ada Aurelia aurita betina. Spermatozoid yang dikeluarkan oleh Aurelia aurita jantan lalu berenang-renang mencari tubuh Aurelia aurita betina. Bila telah bertemu akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut selanjutnya sampai ke dalam enteron maka spermatozoid membuahi sel telur yang dihasilkan ovarium dan terbentuklah zigot dan dikeluarkan kembali melalui mulut. Setelah keluar dari dalam mulut, selanjutnya zygot akan berkembang menjadi larva yang berambut getar disebut planula. Kemudian



planula



mengembara



untuk



sementara



waktu



dan



beristirahat mengikatkan diri pada suatu substrat yang berada di dasar 16



Endah Rosa, dkk., Coelenterata, (Jambi: Teknologi Universitas Jambi, 2014), Hal. 12



18



laut



untuk



tumbuh



menjadi



polip



baru



yang



disebut



scyphistoma bentuknya seperti terompet dengan bagian cakram basal, batang tubuh, mulut, dan tentakel. Bila scyphistoma telah mencapai ukuran penuh (± 12 mm) maka akan membelah secara transversal sehingga terbentuk setumpukkan ruas-ruas yang masing-masing berbentuk



seperti



cakram,



scyphistoma



dalam fase



demikian



disebut strobila, sedang bentuk cangkram sebagai hasil pembelahan dinamakan ephyra. Selanjutnya ruas ephyra yang telah tua yaitu yang terletak di ujung strobila akan melepaskan diri dan berenang-renang bebas



untuk



hidup



secara



mandiri



kemudian



itulah



yang



disebut Aurelia aurita dewasa.



Gambar 3.9 Reproduksi Aurelia aurita



6) Sistem Susunan Saraf Susunan saraf ubur-ubur lebih kompleks bila dibandingkan dengan susunan saraf hydra. Adapun susunan saraf ubur-ubur terdiri atas; jaringan saraf utama, jaringan saraf difus, delapan ganglia rhopalial.17  Jaringan saraf utama terletak dibagian permukaan sub-umbrella (permukaan tubuh sebelah bawah). Susunan saraf ini berkorelasi dengan sistem muscular yang berada di bagian sisi itu. Disamping 17



M. Yusuf Kastawi, dkk., Zoologi Avertebrata……… hal. 84



19



itu susunan saraf jaringan utama ini juga menjulur masuk ke dalam bagian tangan mulut, manubrium, tentakel dan rhopalia. Adapun susunan saraf utama ini berfungsi untuk mengkoordinir aktivitas otot selama ubur-ubur melakukan pergerakan. Susunan saraf jaringan utama ini meliputi sel-sel saraf bipolar dan serabut-serabut 



saraf. Susunan saraf difus berada di kedua belah sisi, baik sisi subumbrella maupun sisi eks-umbrella. Susunan saraf ini meliputi badan-badan sel saraf yang kecil-kecil. Adapun fungsi susunan saraf ini terutama berhubungan dengan respon local, misalnya urusan penangkapan mangsa, pengempisan badan payung, dan lain-lain. Susunan saraf difus juga berhubungan dengan ganglion







rhopalial. Ganglion rhopalial ada delapan buah. Ganglion rhopalial merupakan kumpulan dari neuron. Kedelapan ganglion tersebut masing-masing terletak dekat dengan bagian basal dari alat indra marginal yang disebut tentakulokist atau rhopalia. Disamping itu diseputar pinggiran badan payung yaitu jelasnya seputar saluran marginal ditemukan susunan saraf cincin yang halus.18



D. Filum Ctenophora Ctenophora dikenal sebagai ubur-ubur sisir (comb jelly) yang hidup di laut. Sebelumnya Ctenophora dan Cnidaria (ubur-ubur, anemon laut, dll.) dimasukkan dalam satu filum, yaitu Coelenterata, karena mereka sama-sama menggunakan aliran air lewat rongga tubuh untuk mendapatkan makanan dan bernafas. Namun, perbedaan lainnya ditemukan dan akhirnya kedua filum ini dipisah. Kemiripan Ctenophora dengan Cnidaria diduga merupakan hasil evolusi konvergen akibat hidup di lingkungan yang sama. Ctenophora dapat ditemukan di berbagai lingkungan perairan laut, dari laut kutub sampai ke tropis, dari laut dekat pantai sampai laut lepas. Ctenophora seperti Pleurobrachia, Beroe dan Mnemiopsis terkenal karena tinggal di dekat pantai dan mudah ditangkap. 18



Ibid.,



20



Ctenophora merupakan hewan terbesar yang menggunakan silia untuk lokomosi (pergerakan). Tidak seperti cnidaria, ctenophora memiliki sedikit spesies, hanya sekitar 100-150 spesies. Filum Ctenophora dibagi menjadi dua kelas,



yaitu



kelas



Tentaculata



(mempunyai



tentakel



yang



dilengkapi



sel colloblasts untuk menangkap mangsanya) dan kelas Nuda (tidak mempunyai tentakel), kelas Nuda menangkap mangsanya dengan membuka rongga mulutnya dengan lebar.



(a)



(b)



Gambar 4.1 Contoh anggota kelas Nuda (a) Beroe sp. ; anggota kelas Tentaculata (b) Mertensia ovum



Tubuh Ctenophora berbentuk simetri radial, berdiameter sekitar 1 – 10 cm, sebagian besar berbentuk bulat atau oval, namun ada yang berbentuk memanjang seperti pita hingga mencapai 1 m. Ctenophora adalah hewan diplobastik yaitu hanya mempunyai dua lapisan badan yang terdiri dari dua lapisan sel transparan yang hanya menyusun kulit terluarnya (ektoderm) dan kulit bagian dalam (gastroderm). Dinding tubuh Ctenophora dapat dibedakan menjadi mesoderma dan endoderma. Ctenophora tidak memiliki alat sengat nematosist, sehingga menangkap mangsanya dengan menggunakan tentakel yang dilengkapi dengan



struktur sel-sel perekat koloblas (colloblast atau sel lasso).19 Tentakel Ctenophora berjumlah sepasang, berukuran panjang, dan dapat ditarik kembali. Ctenophora memiliki satu mulut untuk memasukkan makanan, dan dua lubang pengeluaran untuk mengeluarkan air dan sisa zat padat. Salah satu keunikan Ctenophora adalah mampu mengeluarkan cahaya dari tubuhnya sendiri. Bagian permukaan luar Ctenophora mempunyai delapan baris sisir yang disebut dengan cilia yang dapat digunakan sebagai alat gerak. Oleh karena itu, hewan ini dikenal sebagai ubur-ubur sisir karena secara vertikal tubuhnya terbagi oleh 8 helai cilia yang tampak seperti deretan sisir Hampir semua spesies Ctenophora adalah hermafrodit atau memiliki alat kelamin ganda. Reproduksi Ctenophora dilakukan secara generatif. Meskipun ada beberapa spesies yang melakukan reproduksi secara vegetatif dengan cara fragmentasi. Alat reproduksi Ctenophora terletak di bawah cilia. Sel ovum dan sperma dilepaskan melalui pori-pori yang ada di epidermis. Sebagian besar spesies Ctenophora melakukan pembuahan secara eksternal atau diluar tubuh Ctenophora, meskipun ada beberapa spesies yang melakukannya secara internal.



E. Beberapa Klasifikasi Genus dari Filum Cnidaria dan Ctenophora 1. Genus



: aurelia



Ordo



: leptothecatae



Family



: ulmaridae



Kelas



: hydrozoa



Ordo



:



Filum



: cnidaria



semaeostomeae



3. Genus



: hydra



Kelas



: scyphozoa



Family



: hydridae



Filum



: cnidaria



Ordo



:



: obelia



anthoathecetae



:



Kelas



: hydrozoa



Filum



: cnidaria



2. Genus Family



campanulariidae 19



Citra Aulia, 2016, Ciri-ciri Ctenophora, (online), (http://www.sridianti.com/ciri-ciri-ctenophora.html), diakses 21 Maret 2017.



21



22



4. Genus



: lucernaria



Family



: lucernariidae



Ordo



:



stauomedusae



Filum 10. Genus



: cnidaria : corallium



Family



: Coralliidae



Ordo



: Alcyonacea



Kelas



: staurozoa



Kelas



: anthozoa



Filum



: cnidaria



Filum



: cnidaria



5. Genus



: pelagia



11. Genus



: euplexaura



Family



: pelagiidae



Family



: plexauridae



Ordo



:



Ordo



: alcyonacea



semaeostomeae



Kelas



: anthozoa



Kelas



: scyphozoa



Filum



: cnidaria



Filum



: cnidaria



12. Genus



: gorgonia



6. Genus



: rhizastoma



Family



: gorgoniidae



Family



: pelagiidae



Ordo



: alcyonacea



Ordo



: rhizostomeae



Kelas



: anthozoa



Kelas



: scyphozoa



Filum



: cnidaria



Filum



: cnidaria



13. Genus



7. Genus



: physalia



Family



: pennatulidae



Family



: physalidae



Ordo



: pennatulacea



Ordo



:



Kelas



: anthozoa



Filum



: cnidaria



siphonophorae



14. Genus



: pennatula



Kelas



: hydrozoa



Filum



: cnidaria



Family



: meandrinidae



8. Genus



: tubipora



Ordo



: scleractina



Family



: tubiporidae



Kelas



: anthozoa



Ordo



: alcyonacae



Filum



: cnidaria



Kelas



: anthozoa



Filum



: cnidaria



Family



9. Genus



: sinularia



Acontiophoridae



Family



: alcyoniidae



Ordo



: Actiniaria



Ordo



: alcyonacea



Kelas



: anthozoa



Kelas



: anthozoa



Filum



: cnidaria



15. Genus



: meandrina



: mimetridium :



23



16. Genus



: Polypodium



Family



: Polypodiidae



Ordo



:



Kelas



: Polypodiozoa



Filum



: cnidaria



17. Genus



: chironex



Family



:



Chirodropidae Ordo



: Chirodropida



Kelas



: Cubozoa



Filum



: cnidaria



18. Genus



: Beroe



Family



: Beroidae



Ordo



: Beroida



Kelas



: Nuda



Filum



: Ctenophora



19. Genus



: Mnemiopsis



Family



: Bolinopsidae



Ordo



: Lobata



Kelas



: Tentaculata



Filum



: Ctenophora



20. Genus



:



Pleurobrachia Family



:



Pleurobrachiidae Ordo



: Cydippida



Kelas



: Tentaculata



Filum



: Ctenophora



DAFTAR PUSTAKA Aulia, Citra. 2016. Ciri-ciri Ctenophora. (online), (http://www.sridianti.com/ciri-ciri-ctenophora.html), diakses 21 Maret 2017. Eckelbarger K.L. & Larson R.J.Ultrastructural study of the ovary of the sessile scyphozoan Haliclystus octoradiatus (Cnidaria: Stauromedusae). Journal of Morphology, 218: 225-236. (1993). Jasin, Maskoeri. 1991. Zoologi Invertebrata. Surabaya: CV. Sinar Wijaya. Kastawi, M. Yusuf dkk. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang. Kikinger, R. & L. von Salvini-Plawen, Development from polyp to stauromedusa in Stylocoronella (Cnidaria: Scyphozoa). Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom, 75: 899–912. (1995). Marques, A.C., & Collins, A.G., Cladistic analysis of Medusozoa and cnidarian evolution. Invertebrate Biology, 123(1): 23-42. (2004). Rosa, Endah dkk. 2014. Coelenterata. Jambi: Teknologi Universitas Jambi.