Makalah DE QUERVAIN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PEMERIKSAAN DE QUIRVEN SYNDROME



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 1. ANDI ANDINI BATARI TOJA



PO714241151003



2. ANNISA BERLIANI



PO714241151007



3. FITRAYANA



PO714241151010



4. MARYAM MARSUKI



PO714241151020



5. RIFQI NAUFAL



PO714241151032



6. SRI YULIANTI



PO714241151038



POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN FISIOTERAPI 2017



1



KATA PENGANTAR



Assalamu AlaikumWarahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana ia telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Salam serta salawat tak lupa pula kita kirimkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, dimana beliau telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang sekarang ini. Dalam makalah ini kami membahas tentang “de quervain syndrom”. Makalah ini berisikan teks yang otentik, yaitu teks yang bersumber dari berbagai buku dan materi di internet yang kemudian direhap sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh. Oleh karena itu apabila ada kesalahan penulisan dan kesalahan rehap mohon maaf yang sebesar – besarnya, karena itulah batas kemampuan kami. Ucapan” TerimaKasih” kepada semua pihak yang telah membantu kami atas terselesainya tugas makalah ini. Mudah - mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca khusunya dalam materi pembahasan tentang de quervain syndrom ini.



Kelompok 5



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................................i 2



DAFTAR ISI...............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN a. Latar belakang................................................................................................1 b. Rumusan masalah.........................................................................................2 c. Tujuan............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN a. Pengertian de quervain..................................................................................3 b. Anatomi dan fisiologi......................................................................................3 c. Epidemologi....................................................................................................12 d. Etiologi............................................................................................................13 e. Patologi..........................................................................................................14 f. Patofisiologi....................................................................................................14 g. Tanda dan gejala............................................................................................15 h. Penatalaksaan fisioterapi...............................................................................15 BAB III PENUTUP a. Kesimpulan.....................................................................................................21 b. Saran..............................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iii



3



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk beraktivitas. Salah satu penyakit maupun gangguan yang dapat timbul di tangan adalah De Quervain Syndrome. Saat ini angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama diantara orang-orang menunjukkan aktifitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris.Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini.Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif dimana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena.De Quervain Syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding pada anak-anak (Ilyas et al, 2007). De Quervain syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abductor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut (Wright, 2004). De Quervain syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan.Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus dan tendon otot ekstensor polisis brevis. Pasien dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorso lateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari atau lengan bawah bagian lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik terhadap penanganan non bedah (Slviya&Wilson N, 2006). Fisioterapi merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan ikut berperan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, terutama melalui penangulangan masalah gerak fungsional individu dan masyarakat dengan penerapan sumberfisis dan mekanisme.



4



Jadi pada kasus iniDe Quervain Syndrome, fisioterapi ikut berperan pada penanganan kasus ini.Peran fisioterapi dalam kasus ini adalah memberikan splint atau pembidaian, tujuannya adalah mengistirahatkan sendi dan mengurangi gerakan yang memunculkan nyeri terutama ketika melakukan aktivitas yang melibatkan tangan terutama ibu jari.



B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan de quervain syndrom? 2. Bagaimana etiologi, epidemologi serta patofisiologi dari de quervain syndrom? 3. Peran fisioterapis pada kasus de quervain? 4. Bagaimana mekanisme pemeriksaan pada kasus de quervain?



C. Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan de quervain syndrom 2. Memahami bagaimana etiologi, epidemologi serta patofisiologi dari de quervain syndrom 3. Mengetahui peran fisioterapis pada kasus de quervain syndrom 4. Mengetahui bagaimana mekanisme pemeriksaan pada kasus de quervain syndrom



5



BAB II PEMBAHASAN



De Quervain Syndrome



A. Pengertian De Quervain syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abductor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut (Wright, 2004). Mekanisme terjadinya De Quervain Syndrome adalah karena adanya kelelahan trauma kecil yang berulang-ulang secara perlahan dan makin lama semakin menjadi berat. De Quervain Syndrome ini dapat menimbulkan degenerasi dini pada jaringan yang tertekan. Dimana terjadi rasa sakit yang timbul dari otot yang overuse.



B. Anatomi Fisiologi Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang dibungkus dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan langsung melekat pada tulang.  6



Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis             Pergelangan tangan bagian dorsal yang terdiri dari otot-otot ekstensor dibungkus oleh sebuah retinakulum ekstensor yang berjalan melalui tulang-tulang karpal. Retinakulum ini terdiri dari jaringan fibrosa. Bagian medial dari retinakulum ini melekat pada os pisiform dan os hamate sementara bagian lateralnya melekat pada bagian distal dari os radius. Ada enam kompartemen jaringan fibrosa yang melalui otot-otot ekstensor ini. Kompartemen ini dipisahkan satu sama lain oleh jaringan fibrosa. Setiap kompartemen dibungkus oleh tendon sheath yang berisi cairan sinovial dan semuanya dibungkus oleh retinakulum tadi. 



Retinakulum otot-otot ekstensor, tendon sheath, dan potongan transversaltendon sheath 7



            Struktur kompartemen dari radial ke ulnar adalah kompartemen pertama yang terdiri dari tendon otot ekstensor polisis brevis dan tendon otot abduktor polisis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu tendon otot ekstensor polisis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor karpi ulnaris.  



Kompartemen pertama sampai kompartemen keenam. De Quervain’s syndrome adalah stenosis pada tendon sheath kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan. Kompartemen ini terdiri dari tendon otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis brevis. 



8



Gambar . Kompartemen dorsal pertama Tendon pada otot ekstensor polisis brevis berfungsi pada pergerakan ekstensi polluks, sedangkan tendon pada otot abduktor polisis longus berfungsi sebagai pergerakan abduksi pada polluks.              Di antara kedua tendon ini berjalan cabang dari nervus radialis sebagai sensoriknya sehingga jika terjadi stenosis pada kompartemen ini akan merangsang terjadinya nyeri oleh iritasi pada nervus radialis. 







Tulang



1) Os Radius             Tulang ini termasuk tulang panjang yang terdiri dari tiga bagian yaitu epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis terdapat caput radii berbentuk concave dan bagian superiornya terdapat fovea artikularis bertemu dengan capitulum humeri membentuk articulacio humeroradialis. Pada caput radii terdapat circumferential articularis (radii) bertemu dengan incisura radialis (ulna) membentuk articulation radioulnaris proximalis.             Caput radii ke distal membentuk collum radii dan corpus radii. Bagian proximal corpus bagian anterior terdapat tuberositas radii untuk insertio m. bicep radii. Bagian sisi ulnar terdapat margo interosea. Epiphysis distalis berukuran lebar dan tebal. Bagian sisi ulna terdapat lekukan yang disebut incisura ulnaris yang bertemu dengan circumferential articularis (ulna) membentuk articulation radio ulnaris distalis. Bagian distal terdapat dataran sendi segitiga yang disebut facies articularis carpalis bersendi dengan carpalia proximal yaitu articulation radiocarpalis. Ujung epiphysis distalis bagian lateral menonjol disebut prosessus styloideus radii. 2) Os Ulna             Tulang ini juga termasuk tulang panjang sehingga terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis ke volar terdapat incisura trochlearis yang bersendi dengan trochlea humeri membentuk articulatio humero ulnaris. Bagian proximal dorsal terdapat tonjolan yaitu olecranon. Dataran radial ke volar terdapat incisura radialis bersendi dengan caput radii membentuk articulation radioulnaris proximalis. Diaphysis merupakan corpus ulnae. Sisi medial terdapat margo interosea, bagian proximal radial terdapat crista musculi supinator untuk perlekatan m. supinator. Epiphysis distalis ukurannya lebih kecil yang berakhir membulat disebut caput ulnae dengan dataran sendi circumferential articularis ulna bertemu incisura ulnaris radius membentuk articulatio 9



radioulnaris distalis. Ujung epiphysis bagian dorsal medial menonjol disebut processus styloideus.



3.Ossa Carpi .Ossa carpi terdiri dari delapan buah tulang-tulang kecil yang letaknya teratur. a) Os Scapoideum . Os scapoideum berbentuk seperti perahu dengan dataran proksimal yang konvek dan bersendi dengan radius. b) Os Lunatum . Os lunatum berbentuk seperti bulan sabit, dengan dataran proksimal yang konvek untuk bersendi dengan radius. c) Os Triquetum . Os triquetum mempunyai tiga sisi, bagian proksimal berhubungan dengan bagian distal. d) Os Pisiforme . Os pisiforme tulang kecil seperti biji kacang yang melekat di dataran volair os triquetum e) Os Trapezium . Os trapezium mempunyai hubungan dengan os naviculare, os trapezoideum dan dengan metacarpus I dan II. f) Os Capitatum .Os capitatum berbentuk bulat dan panjang sehimgga disebut caput. g) Os Hamatum . Os hamatum mempunyai bentuk seperti lidah, tulang ini berhubungan dengan os triquetum, os capitulum dan os metacarpus II. h) Os Trapezoideum . Os trapezoideum, os capitulum, dan os scapoideum pada os metacarpus II. 4) Ossa metacarpi . Ossa metacarpi terdiri dari tiga bagian yaitu basis, corpus dan capitulum. a) Basis . Pada metacarpi nomor 1 dataran seperti pelana, basis metacarpi nomor 2 dataran sendi menghadap ke arah ulnar, basis nomor 3 dataran sendi bersendi dengan nomor 4 dan nomor 2. Basis nomor 4, facit menghadap ke ulnar serta basis nomor 5 hasilnya tidak bersudut tetapi membulat dengan dataran sendi ke arah radial. b) Corpus . Corpus berbentuk langsing dengan fasies dorsalis yang konvex dan facies volaris yang konkaf. c) Capitulum . Capitulum ini berbentuk membulat dan bersendi dengan phalangs. 5) Phalanges digitorum manus Phalangis digitorum terdiri dari tiga buah phalang kecuali ibu jari terdiri dari dua buah phalang. a) Phalanges I . Basisnya konkaf, ujung distalnya disebut trochlia dan di tengah-tengahnya ada sulcus sehingga terbagi menjadi dua buah condyli. 10



b) Phalanges II . Basisnya di tengah-tengah mempunyai crista. c) Phalanges III . Merupakan phalang terkecil pada ujung distalnya disebut tuberositas unguicularis. Berikut gambar di bawah ini menjelaskn tentang tulang-tulang tangan:



Tulang-tulang tangan 



Otot-otot Tangan



Gerakan jari tangan terdiri dari gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan oposisi. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan oleh otot-otot tangan. 1) Musculus flexor pollicis longus .Origo pada pertengahan facies anterior corpus radii dan membrana introssea yang berdekatan. Tendon berjalan di belakang retinaculum flexorum dan berinsersio ke basis phalang distal ibu jari. Berfungsi melakukan gerakan fleksi phalang distal ibu jari. 2) Muskulus flexor pollicis brevis . Origo berada pada permukaan anterior retinaculum flexorum, insersio pada sisi lateral basis phalanx proximalis ibu jari dengan fungsi melakukan gerakan fleksi sendi metacarpophalangeal ibu jari. 3) Musculus opponens pollicis . Origo pada permukaan anterior retinaculum flexorum. Insertio pada sepanjang pinggir lateral corpus os metacarpal I. Berfungsi untuk menarik ibu jari ke medial dan depan melintasi tapak tangan. 4) Musculus extensor pollicis longus . Origo pada facies posterior ulna dan bagian introssea yang berdekatan. Berinsertio ke facies posterior basis phalanx distalis ibu jari. Berfungsi untuk melaukan gerakan extensi phalang distalis I.



11



5) Musculus extensor pollicis brevis . Origo pada permukaan posterior radialis dan bagian membrana introssea yang berdekatan dan berinsersio pada facies posterior basis phalanx proximalis ibu jari fungsi melakukan gerakan ekstensi sendi metacarpophalangeal I. 6) Musculus abductor pollicis longus . Origo di permukaan posterior corpus radii dan ulna. Insersio di basis os metacarpal I. Fungsi untuk melakukan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi ibu jari. 7) Musculus adductor pollicis brevis . Origo pada os scapoideum, trapezium dan fleksor retinaculum. Insersio pada basis phalang proximal ibu jari. Fungsi untuk melakukan gerakan adduksi ibu jari. 8) Musculus abductor digiti minimi . Origo pada os pisiforme, insersio pada aponeurois dorsalis jari ke lima. Otot ini berfungsi untuk abduksi jari kelingking. 9) Musculus digiti minimi brevis . Origo pada retinaculum flexorum dan hamulus ossis hamati, sedangkan insertion pada phalang proximal jari ke lima. Berfungsi untuk memfleksikan jari kelingking. 10) Musculus opponens digiti minimi . Origo pada os pisiforme, insersio pada os metacarpal (V). Berfungsi untuk oposisi jari kelingking. 11) Musculus interossei a) Musculus interossei dorsales .Origo bercaput dua dari ossa metacarpi (metacarpalia) I-V, insersi pada aponeurosis dorsalis jari I-V. Berfungsi untuk mengaduksi Mm. interossei dorsalis, mengaduksi jari ke arah palmar. Semua Mm. interossei menekuk sendi dasar jari ke II-V dan mengektensi sendi interphalanx jari yang bersangkutan b) Musculus interossei palmares . Origo pada ossa metacarpi (metacarpalia) II-V, insertio pada aponeurosis jari II-V. fungsinya sama dengan Mm. interossei dorsales. 12) Musculus lumbricales . Origo pada tendon musculus digitorum profundus. Mm. lumbricales I dan II, caput tunggal, Mm. lumbricales III dan IV caput ganda. Insersio pada aponeurosis dorsalis jari jari ke 2 sampai ke 5. Fungsinya untuk menekuk sendi dasar jari, mengekstensi sendi tengah dan ujung (Putz and Pabs, 2008). Gambar di bawah ini menjelaskan tentang otot tangan bagian dorsal :



12



Otot-otot tangan bagian dorsal Gambar di bawah ini menjelaskan tentang otot-otot tangn bagian palmar, berikut :







Articulatio



            Articulatio yang terdapat pada sendi wrist adalah articulatio radio carpalis dan articulatio carpo metacarpea. Articulatio radio carpalis dibentuk oleh facies articularis carpea radii dengan ossa scapoideum, lunatum, triquetrum dengan tipe sendi ellipsoidea. Pada articulatio carpo metacarpea dibentuk oleh permukaan proximal dari os metacarpal dengan assa carpal bagian distal dengan tipe sendi saddle joint. 13







Ligament Pada sendi pergelangan tangan dan tangan terdapat ligament, yaitu : (1) Ligament



radio carpea volare, Ligament ini membentang dari processus stiloideus radii, ditepi volar fasies articularis carpea radii menuju ke ossa naviculare, lunatum dan trikuetrum. (2) Ligament radio carpeum dorsal, ligamentt ini membentang dari posterior facies articularis carpea radii menuju ossa naviculare, lunatum dan triquetrum. (3) Ligament Colaterale carpi radiale, ligamentt ini membentang dari processus stiloideus radii menuju ke os naviculare. (4) Ligament collaterale carpi ulnare, ligament ini membentang dari processus ulna menuju ke os triquetrum. (5) Ligament Carpometacarpea dorsale yang menghubungkan ossa carpal dengan metacarpal bagian dorsal. (6) Ligament Carpometacarpea palmar menghubungkan ossa carpal dengan ossa metacarpal pada permukaan palmar. 



Pembuluh Darah Pada Tangan



1) Vena Jalinan vena superfisialis dapat ditemukan pada dorsum manus. Jalinan vena ini mengalirkan darahnya ke atas, di lateral masuk ke vena cephalica dan di medial ke vena basilica. Vena cephalica menyilang dan memutar menuju permukaan anterior lengan bawah. Sedangkan vena basilica dapat diikuti dari dorsum manus sekitar sisi medial lengan bawah (Snell, 2004). 2) Arteri a) Arteri Radialis .Arteri radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteri brachialis yang berjalan di bawah tendon extensor pollicis longus memasuki telapak tangan, kemudian bercabang menjadi arteri radialis indicis yang mensuplai sisi lateral jari telunjuk. Sewaktu memasuki telapak tangan arteri radialis membelok ke medial berlanjut sebagai arcus palmaris superficial b) Arteri Ulnaris .Arteri ulnaris juga merupakan cabang terminal yang lebih kecil dari arteri brachialis, memasuki telapak tangan anterior memberi cabang profunda dan berlanjut sebagai arcus palmaris superficialis yang bercabang menjadi empat arteriole digitalis yang mensuplai sisi medial jari kelingking, jari manis, jari tengah dan jari telunjuk (Snell, 2004). 



Persarafan Pada Tangan 14



1) Nervus radialis . Nervus radialis berasal dari fasiculus posterior plexus brachialis. Pada fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi radialis profundus dan radialis superficialis yang mensarafi kulit bagian ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah (Snell, 2004) 2) Nervus medianus .Nervus medianus timbul dari plexus brachialis yang berjalan sebagian besar ke otot-otot flexor pronator dari lengan bawah sampai tangan, kemudian cabang motorik mensarafi otot lumbricalis pertama dan otot thenar yang terletak superficial terhadap tendon m. flexor pollicis longus. Cabang sensorik mensuplai kulit palmar ibu jari sampai setengah jari tengah (Snell, 2004) 3) Nervus ulnaris .Nervus ulnaris merupakan cabang yang terbasar dari fasciculus medialis plexus brachialis. Nervus ulnaris berjalan turun pada sisi medial lengan sampai di belakang epicondylus medialis humeri dan ke bawah menelusuri sisi ulnar lengan bawah untuk masuk ke dalam tangan. Cabang-cabang motoriknya mempersarafi seluruh otot profunda yang kecil yang berada di sebelah medial tendo m. flexor longus ibu jari tangan kecuali dua buah otot lumbricalis yang pertama. Cabang sensorik mensuplai kulit jari kelingking, bagian medial tangan serta jari manis (Snell, 2004). Gambar di bawah ini menjelaskan tentang persarafan pada tangan :



C. Epidemiologi Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama diantara orang-orang yang menunjukan



aktifitas



yang



menggunakan



tangan



berulang-ulang,



seperti



pekerja



pemasangan mesin-mesin tertentu dan sekretaris. 15



Mortalitas tidak berhubungan dengan penyakit ini. Beberapa morbilitas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif dimana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De quervain syndrome lebih banyak di derita orng dewasa dibanding anak-anak. De quervain syndrome umumnya terjadi pada wanita karena rata-rata wanita mempunyai proccesus styloideus yang lebih besar dari pada laki-laki dan paling sering terjadi pada wanita yang berusia antara 30 tahun sampai 50 tahun yang diakibatkan pembebanan ibu jari tangan untuk bekerja.



D. Etiologi 1.    Penggunaan sendi yang berlebihan atau overuse (terutama pada ibu jari). Gangguan ini biasanya terjadi setelah menggunakan pergelangan tangan berulang-ulang. Gejala utama adalah rasa nyeri pada samping ibu jari pada pergelangan tangan dan dasar ibu jari, saat menggenggam atau melakukan apapun dengan pergelangan tangan. 2.    Luka langsung pada pergelangan tangan atau tendon. Bekas luka menimbulkan bekas yang dapat membatasi pergerakan tendon. 3.    Penyakit reumatoid arthritis. Penyakit reumatoid arthritis juga merupakan penyebab dari de quervain syndrome karena banyak pekerjaan yag melibatkan banyak pergerakan tangan seperti misalnya tukang kayu, pekerja kantoran, dan pemain alat musik.



Tugas-tugas dari seorang sekretaris yang dapat menyebabkan 16



trauma ulangan pada pergelangan tangan



4.    Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa seperti pada orang tua baru yang menggendong anaknya juga dapat memicu kondisi ini. E. Patologi Mekanisme



terjadinya



De



Quervain



Syndrome



adalah



karena



adanya



kelelahan   /trauma kecil yang berulang-ulang secara perlahan dan makin lama semakin menjadi berat. De Quervain Syndrome ini dapat menimbulkan degenerasi dini pada jaringan yang tertekan. Dimana terjadi rasa sakit yang timbul dari otot yang overuse. F. Patofisiologi          Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). 3,7                 



jari



Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jari-



tangan



(overuse)



menyebabkan



malfungsi



daritendon



sheath.



Tendon



sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon sheath. Terjadilah stenosis



atau



penyempitan



pada tendon



sheathtersebut



dan



hal



ini



akan



mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini.1,3,11,15           Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius. 4,6,7 17



G. Tanda dan Gejala Gejala yang sering muncul adalah nyeri tekan, bengkak pada ibu jari dan kesulitan dalam aktivitas menggenggam. Beberapa gejala yg dapat terjadi akibat penyakit De Quervain Syndrome menurut (Prasetya Hudaya) diantaranya adalah : 1.    Jika ditekan terasa tidak nyaman pada daerah tersebut 2.    Terkadang terasa adanya hambatan gerak pada ibu jari 3.    Adanya nyeri tekan pada proccesus styloideus radii 4.    Gerakan aktif menimbulkan nyeri yang hebat.



H. Penatalaksanaan Fisioterapi



Anamnesis umum Anamnesis umum yaitu anamnesis yang berisi tentang identitas diri pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, dan hobi. Di dapatkan data sebagai berikut : nama pasien Ny. X, umur 57 tahun, jenis kelamin perempuan, agama islam, alamat pasteur, pekerjaan ibu rumah tangga, hobby memasak. Anamnesis khusus Anamnesis khusus adalah anamnesis yang berkaitan dengan penyakit penderita seperti : (1) keluhan utama, pasien merasakan nyeri pada pergelangan tangan kirinya pada saat mengangkat ibu jari ke atas (ekstensi) dan menekukan ibu jarinya ke bawah (fleksi). (2) riwayat penyakit sekarang, sekitar 2 minggu yang lalu tepatnya bulan Maret 2011 pasien tiba–tiba mengeluh sakit pada ibu jarinya sebelah dalam kiri saat pasien memeras baju karena sakitnya penderita merasa terganggu pada saat melakukan aktifitas, akhirnya pasien berobat ke RS Dustira hingga sekarang. (3) riwayat penyakit dahulu, dulu pernah ada benjolan di ketiak kanan namun sudah di operasi. (4) riwayat penyakit penyerta, pasien memiliki penyakit kolesterol. (5) riwayat pribadi, pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang gemar memasak dan melakukan aktifitas seperti mengepel mencuci dan lain-lain. (6) riwayat keluarga, Tidak ada anggota keluarga lain yang pernah memiliki penyakit yang sama seperti pasien. Sedangkan pada anamnesis sistem merupakan anamnesis berupa pertanyaan seputar keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien pada sistem-sistem tubuh 18



mulai dari kepala hingga nervorum. Dari anamnesis sistem, pada muskuloskeletal didapatkan adanya nyeri gerak serta nyeri tekan pada pergelangan tangan sendi radial.  Catatan Klinis Uji lab tanggal 3 Maret 2011 di dapat hasil sebagai berikut : (1) Glukosa puasa 118 mg/dl, (2) Glukosa Asam 151 mg/dl, (3) Asam Urat 5,3 mg/dl, (4) kolesterol total 261 mg/dl, (5) Kreatin 1,1 mg/dl. 



Pemeriksaan Fisik



Vital Sign Vital sign dilakukan untuk mengetahui kondisi umum pasien maka dilakukan pemeriksaan vital sign sehingga dapat menentukan terapi yang tepat dengan pengaturan dosis sesuai dengan kondisi pasien. Pemeriksaan ini meliputi enam parameter, diantaranya adalah tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 70 x/menit, pernapasan 18 x/menit, suhu tubuh 36°C , tinggi badan 163cm, dan berat badan 63 kg. Pada kasus ini vital sign pasien dalam batas normal. Inspeksi Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. Inspeksi statis : keadaan umum pasien baik, tidak adanya oedem serta tidak tampak menahan nyeri. Inspeksi dinamis : Pada saat melakukan gerakan aktif terasa nyeri. Palpasi Palpasi merupakan suatu pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien yang mengalami cidera. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu lokal, oedema dan lain-lain. Pada kondisi ini hasil yang di dapat adalah suhu pada daerah pergelangan tangan kiri pasien dalam batas normal, terdapat nyeri tekan pada lateral pergelangan tangan kiri pasien. Gerakan Dasar Pemeriksaan gerakan dasar merupakan suatu cara pemeriksaan dengan jalan melakukan gerakan. Pemeriksaan gerak dasar meliputi gerak aktif, pasif, dan gerak isometrik melawan tahanan. 1)   Pemeriksaan Gerak Aktif



19



Pada pemeriksaan ini pasien diarahkan dalam posisi senyaman mungkin. Dan kita menginstruksikan pasien melakukan gerak aktif pada ibu jari kanan dan kiri ke arah fleksi, ekstensi, abduksi dan adduki. Informasi yang didapatkan yaitu, pada ibu jari kanan pasien mampu melakukan gerak aktif ke semua arah gerakan dengan full ROM tanpa disertai nyeri. Sedangkan pada ibu jari kiri pasien mampu menggerakan ke arah ekstensi dan abduksi tetapi tidak full ROM dan disertai nyeri. Pada gerak flexi dan adduksi pasien mampu menggerakan secara full ROM tanpa disertai nyeri. 2)   Pemeriksaan Gerak Pasif Untuk pemeriksaan gerak pasif ini dilakukan oleh terapis, dimana terapis menggerakan ibu jari pasien kanan dan kiri ke semua arah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi. Informasi yang didapatkan yaitu, pada ibu jari kanan mampu digerakan terapis ke semua arah gerak tanpa nyeri dan full ROM. Sedangkan pada ibu jari kiri tidak merasakan nyeri pada akhir gerak fleksi dengan end feel soft, saat gerak ekstensi pasien merasakan nyeri dengan end feel hard dan abduksi dengan end feel firm, saat gerak adduksi pasien tidak merasa nyeri dengan end feel soft. 3)   Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan Pada pemeriksaan ini terapis memberikan tahanan yang berlawanan dengan arah gerakan yang dilakukan pasien. Informasi yang didapatkan yaitu, pasien mampu melakukan gerakan isometric melawan tahanan maksimal pada ibu jari kanan, sedangkan pada ibu jari kiri pasien tidak mampu melakukan gerak isometrik melawan tahanan minimal maupun maksimal ke arah gerak ekstensi dan abduksi sedangkan saat digerakkan adduksi pada ibu jari kiri pasien mampu melawan tahanan yang diberikan terapis. Pemeriksaan Kognitif, Intra dan Interpersonal Kognitif adalah segala pikiran, perseptual ataupun intelektual seseorang yang berfungsi sebagai penuntun dalam mengerjakan segala aspek aktivitas kehidupan yang meliputi beberapa komponen, yaitu atensi, konsentrasi, memori, pemecahan masalah, pengambilan sikap, dan integrasi belajar. Kemampuan intrapersonal merupakan motivasi yang ada dalam diri pasien guna mencapai penyembuhan, sedangkan kemampuan interpersonal



merupakan



kemampuan



seseorang



dalam



berkomunikasi



maupun



berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini denagn terapis. Pada kondisi ini didapatkan hasil (1) Kognitif : orientasi ruang dan waktu pasien baik dan pasien mampu mengikuti instruksi dari terapis. (2) Intrapersonal : pasien mempunyai keinginan dan motivasi yang 20



besar untuk sembuh. (3) Interpersonal : Pasien dengan fisioterapi dapat bekerja sama dengan baik. Kemampuan Fungsional Dan Lingkungan Aktifitas Kemampuan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan pasien melakukan aktifitas spesifik dalam hubungannya dengan rutinitas kehidupan sehari-hari yang terintegrasi dengan lingkungan aktifitasnya. Pada kemampuan fungsional dasar pasien tidak mampu melakukan dengan baik, seperti pasien mampu menggerakkan ibu jari kanannya dikarenakan pada ibu jari kiri pasien kesulitan oleh karena adanya nyeri yang timbul saat digerakkan. Pada aktifitas fungsional, pasien kesulitan melakukan dalam aktivitas fungsional seperti mencuci piring, mengepel pada saat memeras kain pel, dan mengangkat ember. Lingkungan aktifitas, lingkungan Rehabilitasi Medik RS. Dustira cukup membantu dan mendukung terhadap proses penyembuhan kondisi pasien. Pemeriksaan Spesifik Pemeriksaaan spesifik adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap organtubuh yang mengalami gangguan fungsi untuk mengetahui informasi yang belum didapatkan pada pemeriksaan fungsi gerak dasar dan membantu menegakkan diagnosis serta menentukan problematika fisioterapi. Pemeriksaan untuk kondisi De Quervainsinistra meliputi : 



Pemeriksaan nyeri Ada beberapa parameter untuk mengukur derajat nyeri, pemeriksaan derajat nyeri



yang dipilih terapis adalah VDS (Verbal Descriptive Scale). Pada pemeriksaan ini tedapat 7 skala penilaian dengan diberi keterangan yang jelas pada tiap skala penilaian. Pasien diminta menunjukkan salah satu tingkat derajat nyeri yang dirasakan. Skala pemeriksaan VDS meliputi : 1 tidak ada nyeri, 2 Nyeri sangat ringan, 3 Nyeri ringan, 4 Nyeri tidak begitu berat, 5 Nyeri cukup berat, 6 Nyeri berat, 7 Nyeri hampir tak tertahankan. Dari hasil pemeriksaan ini diperoleh hasil sebagai berikut : (1) nyeri diam 1, (2) nyeri tekan 3, (3) nyeri gerak ekstensi 4 dan nyeri gerak abduksi 4. 



Pemeriksaan LGS Lingkup gerak sendi adalah luas gerak yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.



Goneometri merupakan salah satu teknik evaluasi yang paling sering digunakan dalam praktek fisioterapi. Keterbatasan gerak yang ditemukan pada kasus ini, meliputi gerak fleksi dan ekstensi ada ibu jari kiri yang disebabkan karena nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan secara aktif. 21



a. Gerak aktif fleksi dan ekstensi CMC 



Pasien diminta duduk dalam posisi senyaman mungkin







Fisioterapis memperagakan gerakan fleksi ekstensi CMC lalu minta pasien untuk mengulangi gerakan tersebut.







Ukur dan catat hasilnya



b. Gerak pasif fleksi dan ekstensi CMC 



Pasien diminta duduk dalam posisi senyaman mungkin







Fisioterapis pergelangan lengan bawah pasien , lalu fisioterapis menggerakkan fleksi ekstensi CMC pasien secara pasif.







Ukur dan catat hasilnya



c. Gerak aktif adduksi dan abduksi CMC 



Pasien diminta duduk dalam posisi senyaman mungkin







Fisioterapis memperagakan gerakan fleksi ekstensi CMC lalu minta pasien untuk mengulangi gerakan tersebut.







Ukur dan catat hasilnya



d. Gerak pasif adduksi dan abduksi 



Pasien diminta duduk dalam posisi senyaman mungkin







Fisioterapis pergelangan lengan bawah pasien , lalu fisioterapis menggerakkan fleksi ekstensi CMC pasien secara pasif.







Ukur dan catat hasilnya



Hasil pengukurannya adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Thumb Pemeriksaan



Gerak Aktif Kanan



Ekstensi



&



Fleksi F 40°-0°-15°



Kiri F 20°-0°-15°



CMC



Pemeriksaan



Gerak Pasif Kanan



Ekstensi



&



Fleksi F 40°-0°-15°



Kiri F 25°-0°-15°



CMC 22



Pemeriksaan



Gerak Aktif Kanan



Abduksi & Adduksi S 400-00-00



Kiri S 250-00-00



CMC Pemeriksaan



Gerak Pasif Kanan



Kiri



Abduksi & Adduksi S 450-00-00



S 300-00-00



CMC







Antropometri Pemeriksaan antropometri merupakan pengukuran lingkar segmen tubuh yang



dilakukan untuk mengetahui adanya atropi dan pembengkakan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pita ukur. Pada kondisi ini didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Antropometri Pemeriksaan Lingkar



Kanan



pergelangan 16 cm



Kiri 16    Cm



tangan







Test Finkelstein



23



Tes spesifik ini sangat mendukung dalam menegakan diagnosa, adapun tes-tes yang dapat dilakukan pada setiap gangguan pada thumb, pada kasus De Quervain sinistra terapis melakukan tes finkelstein, dimana tes ini dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya penyempitan di terowongan ligamentum dorsal pergelangan tangan yang dilintasi selubung tendon abduktor policis longus dan ekstensor policis brevis. Pasien disuruh mengepal dengan ibu jari yang didalam kepalan jari-jari lainnya, kemudian pasien disuruh melakukan ulnofleksi tangan pada sendi pergelangan tangan. Bila pasien merasakan nyeri pada waktu melakukan gerakan tersebut, maka terowongan pergelangan tangan menyempit. Pada kondisi De Quervain sinistra didapatkan hasil adanya nyeri ada saat melakukan gerakan ulnofleksi kiri. Lakukan Test Finkelstein secara bilateral untuk memebandingkan dengan bagian yang tidak terkena, hati-hati memeriksa “the firt carpometacarpal (CMC) joint” sebab bagian ini dapat menyebabkan tes Finkelstein posistif palsu. Selain dengan tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-otot, dan epicondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri apakah primer atau merupakan referred pain.



BAB III 24



PENUTUP



A. Kesimpulan De Quervain syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abductor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut (Wright, 2004). Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif, terutama diantara orangorang yang menunjukan aktifitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan mesin-mesin tertentu dan sekretaris.



B. Saran Hendaknya pembaca, penulis dan peserta diskusi tidak hanya mengkaji masalah ini dalam proses belajar saja atau dalam proses diskusi ini tetapi juga dapat dipelajari kembali dirumah dengan membuka kembali makalah ini atau dengan buku yang berkaitan dengan materi di dalam maklah ini.



DAFTAR PUSTAKA 25



Ilyas A, Ast M, Schaffer AA, Thoder J.2007."De quervain tenosynovitis of the wrist". J Am Acad Orthop Surg 15 (12): 757–64. Kisner, Carolyn. 2012. Theraupeutic Exercise Foundation and Techique. F.A Davis Company. Philadepia. Lane LB, Boretz RS, Stuchin SA. 2001. Treatment of de Quervain's disease role of conservative management. J Hand Surg [Br] Jun;26(3):258–60. Peters Parmalee Katrina, Eathorme W. Scott. 2005. The Wrist: Common Injiries and Management, Elsevier Saunders. http://divtrocketmail-chore.blogspot.co.id/2011/06/de-quervain-syndrome-dengan-modalitas.html http://eprints.ums.ac.id/39684/17/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf



26