Makalah Dilematika Pendidikan Islam Di Sekolah-Sekolah Umum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DILEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAHSEKOLAH UMUM Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Pendidikan Islam Dosen Pengampu Dr. H Djoko Hartono, S.Ag M.Ag MM



TIM PENYUSUN



: 1. IKHYAUL ULUM 2. ACHMAD ZIDNI VICTORIK



INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI ) AL- KHOZINY BUDURAN PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH 2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kareana telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi. Dan kepada bapak Dr. Djoko Hartono, S.Ag, M.Ag, MM selaku dosen pengampu mata kuliah kapita selekta pendidikan islam yang selalu memotivasi kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



Sidoarjo, 23 September 2022



Kelompok 11



ii



DAFTAR ISI



Cover..............................................................................................................i Kata Pengantar...............................................................................................ii Daftar Isi........................................................................................................iii Bab I Pendahuluan......................................................................................1 A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2 Bab II Pembahasan......................................................................................3 A. Apa Pengertian Ilmu Pendidikan Islam....................................................3 B. Bagaimana Dilematika Pendidikan Islam.................................................5 C. Mengapa Masih Ada Dilematika Disekolah Umum.................................11 D. Solusi Dilematikan Pendidikan Islam.......................................................12 Bab III Penyajian dan Analisis Data..........................................................14 A. Analisis Dilematika Pendidikan disekolah Umum ..................................14 B. Cara Menyikapi Dilematika Pendidikan Islam disekolah umum..............15 Bab IV Penutup............................................................................................16 A. Simpulan...................................................................................................16 B. Saran. ........................................................................................................17 Daftar Pustaka................................................................................................18



iii



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Peran pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia. Dengan kata lain, kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa dan negara. Jika sistem pendidikannya berfungsi secara optimal maka akan tercapai kemajuan yang dicita-citakannya sebaliknya bila proses pendidikan yang dijalankan tidak berjalan secara baik maka tidak dapat mencapai kemajuan yang dicita-citakan. Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontribusinya pendidikan. Misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan:



Manusia



membutuhkan



pendidikan



dalam



kehidupannya.



Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat”. Namun didalam dunia pendidikan sendiri banyak masalah-masalah pendidikan yang dihadapi di era globalisasi ini. Baik itu masalah yang bersifat internal maupun eksternal. Makalah ini berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahanpermasalahan pendidikan Islam. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalahan



iv



pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan permasalahan pendidikan islam, terlebih dahulu disajikan uraian singkat tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting, karena permasalahan pendidikan pada hakikatnya terkait erat dengan realisasi fungsi pendidikan.



Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Pendidikan Islam? 2. Apa Saja Dilematika Pendidikan Islam? 3. Bagaimana Solusi Dilematika Pendidikan Islam? 4. Mengapa Terjadi Dilematika Pendidikan Islam Disekolah sekolah Umum?



Tujuan 1. Untuk Mengtahui Pengertian Pendidikan Islam 2. Untuk Mengetahui Dilematika Pendidikan Islam 3. Untuk Mengetahui Solusi Dilematika Pendidikan Islam



v



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang, yang disusun bersistem menurut metode tertentu. Yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala tertentu. Itu jika di tinjau dari KKBI. Jikau di tinjau dalam Bahasa asing , ambil contoh dalam Bahasa inggris. Ilmu yang disebut sebagai science menyerupai arti : the study of the structure and behavior of the physical and natural wolrd and society, especially through observation and experiment. Itu menurut kamus oxford yang jika di terjemahkan menjadi studi tentang struktur dan perilaku dari dunia fisik, alam dan msyarakat, khususnya melalui pengamatan dan percobaan.1 Menurut Thomas Kuhn mengatahkan bahwa ilmu merupakan himpunan kegiatan yang dapat menghasilkanbnyak penemuan, baik dalam bentuk penolak an maupun pengembangan. Menurut peospoprodjo mengatahkan bahwa ilmu merupakan satu satunya pengetahuan yang bersifat valid & hanya faktalah yang dapat menjadi objek pengetahuannya. Pengertian pendidikan : Secara etimologis ataua kebahasaan , kata “ pendidikan “ berasal dari kata dasar “ didik “ yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran pe-an. Merubah menjadi kata kerja “ mendidik “ yang berarti membantu anak untuk menguasai aneka pengetahuan , keterrampilan, sikap dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan msyarakat . Dalam kamus Bahasa inggris, oxford learner’s pocket dictionary kata pendidikan diartikan sebagai pelatihan dan pembelajaran . ( education is training and instruction). Sedangkan dari kamus KKBI , pendidikan aiartikan sebagai 1



Fuad Ihsan, Dasar-dasar kependidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 2



vi



proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. Secara umum ilmu pendidikan dipahami dalam dua pengertian . pengertian pertama dipahami sebagai seni mendidik ( the art of educating), atau seni mengajar ( the art of teaching ) sebagaimana yang diungkapkan Carter V.GOOD. Pengertian kedua, ilmu pendidikan dipahami sebagai disiplin ilmu yang memperlajari fenomena pendidikan dengan prinsip-prinsip ilmiah ( science of education). Pendidikan juga disebut sebagai transfer of value dan transfer of knowledge Menyebabkan budaya hegemonic dari sebuah generasi yang telah lewat atas generasi yang akan dating.2 Ilmu Pendidikan Ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya mengajaran dan pelatihan . ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu harus dapat bersifat : 1. empiris , karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman 2. rokhaniah , karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan peserta didik kepada keadan alamnya. 3. normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk 4. historis, karena memberikan uraian teoritis tentang system-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada zaman tertentu 5. praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik. Dan juga Pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara efektif dan efisien. Sedangkan 2



Abdul Munir Mulkhan, Dilema Pendidikan Islam, JPI FIAI Jurusan Tarbiyah, Volume, VII, Tahun V, (Juni,2002). Hlm 111



vii



Pendidikan Islam menurut para tokoh ialah sebagai berikut: Pertama, menurut Ahmadi mendefinisikan Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) yang sesuai dengan norma Islam. Kedua, menurut Syekh Musthafa Al-Ghulayani memaknai pendidikan adalah menanamkan akhlak mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan kebaikan serta cinta belajar yang berguna bagi tanah air. Dalam definisi di atas terlihat jelas bahwa pendidikan Islam itu membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada hukumhukum islam. Sedangkan pendidikan dalam agama islam memiliki makna keniscayaan dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Hal ini juga tertuang dalam AlQur’an Surah Al-Alaq Ayat pertama yang berbunyi Iqra’ artinya dibaca.3 Dari sini sudah jelas bahwa peserta didik diharuskan untuk membaca Al-Qur’an Maupun Buku-buku mengenai ilmu Pendidikan Agama Islam.



B. Dilematika Pendidikan islam Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal Yaitu : Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga diakuinya keberadaan lembaga pendidikan Islam secara Eksplisit. Kedua, Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga, Pendidikan Islam sebagai nilai (value) yakni ditemukannya nilainilai 3



Dr Djoko Hartono Dalam Jurnal, jagadalimussirry. Muhammad Zulfaqor, Peran Filsafat dalam pendidikan dan islam dalam pendidikan, JISR 4(2),Mei 2022, 70-75.



viii



islami dalam sistem pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.



1. Faktor Internal a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam. Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi khalifah di muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan memelihara lingkungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan memang sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana dengan baik. Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat Indonesia.4 Hal ini patut untuk dikritisi bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek positif, dengan kemudahan kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang disebabkan olehnya menjadikan disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial) menjadi hilang. b. Masalah Kurikulum. Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter yang terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh keinginan pihak “atas”. Dalam sistem yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi



4



Nur Hidayat, Jurnal eL-Tarbawi, Volume VIII, No.2, 2015 hlm 136



ix



output pendidikan. 5 Tilaar menyebutkan kurikulum yang terpusat,penyelenggaraan sistem manajemen yang dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot. Selain kurikulum yang sentralistik, terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan berkaitan dengan saratnya kurikulum sehingga seolaholah kurikulum itu kelebihan muatan. Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak dibebani oleh mata pelajaran. Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum. Pendidikan Islam tersebut mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma sebelumnya tetap dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut: 1) perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam. 2) perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara berpikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai islam. 3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil pemikiran keagamaan islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk tersebut. 4) perubahan dari pola pengembangan kurikulum pendidikan islam yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan Islam dan caracara mencapainya. c. Pendekatan/Metode Pembelajaran. Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan 5



Nur Hidayat, Jurnal eL-Tarbawi, Volume VIII, No.2, 2015 hlm 136



x



potensi guru, memotivasi, memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/ mahasiswa melalui pola pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam arus perkembangan zaman. Siswa atau mahasiswa bukanlah manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya, berjuta-juta pengalaman yang cukup beragam ternyata ia miliki. 6 Oleh karena itu, dikelas pun siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya. Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte, karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berpikir. a. Profesionalitas dan Kualitas SDM. Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan. Banyak guru dan tenaga kependidikan masih unqualified, underqualified, dan mismatch, sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar kualitatif. b. Biaya Pendidikan. Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan tersendiri yang seolah-olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait dengan amanat konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah 6



Nur Hidayat, Jurnal eL-Tarbawi, Volume VIII, No.2, 2015 hlm 137



xi



mengalokasikan anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam anggaran strategis pendidikan.



2. Faktor Eksternal a. Dichotomic. Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala perdebatannya telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak pada masa-masa pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu. b. To General Knowledge. Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan, menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak adanya kemampuan untuk berpikir dan tidak mampu untuk melihat konsekuensinya. c. Lack of Spirit of Inquiry. Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani, Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit” (semangat intelektual) menjadi salah satu faktor



xii



terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah. d. Memorisasi. Rahman menggambarkan bahwa, kemerosotan secara gradual dari standarstandar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan bahwa, karena jumlah buku-buku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu yang diperlukan untuk belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang. Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan (memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa abadabad pertengahan yang akhir hanya menghasilkan sejumlah besar karya-karya komentar dan bukan karya-karya yang pada dasarnya orisinal. e. Certificate Oriented. Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm, telah memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah knowledge oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh besar yang memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulama encyclopedic, karya-karya besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran dari knowledge oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya. C. Mengapa Masih Ada Dilematika Disekolah Umum Di Karenakan Kurangnya Pengetahuan peserta didik dan ini ada beberapa faktor



xiii



yang harus di ketahuai , Yaitu: Pertama : Peserta didik mempunyai kemampuan agama yang tidak sama , ada yang memang dari dasar orang tuanya memang mengajarkan dari rumah mengenai ilmu agama dan ada juga yang memang tidak mengetahui ilmu agama sama sekali.7 Kedua : Peserta didik yang tingkat kecerdasan atau iq yang berbeda-beda, kecerdasaan yang lebih tinggi akan mudah menerima pelajaran ilmu agama , dibandingkan anak didik iq nya rendah maka akan lambat dalam menerima pelajaran ilmu agama. Ketiga : Peserta didik kurang sunggu-sunggu dalam belajar ilmu agama , maksudnya peserta didik mempelajari ilmu agama bukan untuk membekali dirinya dengan pengetahuan agama sebagai sarana untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT , Tetapi Mempelajari agama Cuma untuk mendapatkan nilai, kebanyakan ini yang terjadi disekolah-sekolah umum , ini juga termasuk faktor yang menjadika dilema pada keberhasilan pendidikan agama di sekolah umum. Jadi bukan hanya aspek kognitif atau pengetahuan saja tetapi yang lebih agar anak didik dapat mengamalkan ajaran agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari itu yang penting.8 Akhir-akhir ini sering terjadi isu-isu atau berita karakter anak didik yang sangat miris yang mana anak berani atau kekerasan terhadap teman sendiri itu sangat miris sekali , jadi karakter yang harus di perhatikan. Kurangnya antusiasme untuk peserta didik yang sedang belajar. Peserta didik cepat bosan saat pembelajaran berlangsung, perserta didik tidak memahami materi yang disampaikan seorang guru tetapi diam saja dan tidak mau bertanya kepada seorang guru dan juga kondisi setiap peserta didik juga harus diperhatikan karena itu juga menjadi dilema terhadap pembelajaran ilmu pendidikan yang sedang berlangsung.9 7



Maria Ulfa S.Pd.I, Wawancara, (Sidoarjo, 23-09-2022). Moh. Wardi, “ Problematika Pendidikan Islam dan Solusi Alternatifnya” Tadris, 1(Juni,2013) Hlm., 56-60 9 Dr Djoko Hartono Dalam Jurnal, jagadalimussirry. Arif Purnomo, Upaya peningkatan aktivitas belajar siswa, JISR,4,(2), Mei 2022,76,86. 8



xiv



D. Solusi Dilematika Pendidikan Islam Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif, dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Disamping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global. Selain itu, program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya. Sedangkan solusi pokok menurut Rahman adalah pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnya. Sementara itu, menurut Tibi, solusi pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya. Berbagai macam tantangan tersebut menuntut para pengelola lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan Islam untuk melakukan nazhar atau perenungan dan penelitian kembali apa yang harus diperbuat dalam mengantisipasi tantangan tersebut, model-model pendidikan Islam seperti apa yang perlu ditawarkan di masa depan, yang sekiranya mampu mencegah dan atau mengatasi tantangan tersebut.



xv



Melakukan nazhar dapat berarti at-taammul wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat dan mendalam, dan bias berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.



BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA



Penyajian Data



xvi



Berdasarkan Analisis yang kami laksanakan di SMP YPM Sepanjang Yaitu Ibu Muzaiyin S.Pd dan juga Di salah satu guru saya juga yang mengajar di SDN Kwangsan yaitu Ibu Maria Ulfa S.Pd.I. beliau mengemukakan pendapat bahwa Dilematika Pendidikan Islam di Sekolah Umum dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, banyak sekali muncul dilematika-dilematika (Kebingungan, Masalah, Keresahan) Berbagai dilematika yang muncul biasanya berkenaan dengan masalah yang bersifat internal, maupun eksternal. Yang berkaitan dengan internal sekolah, misalnya guru yang belum berkompeten, maupun sarana prasarana yang tidak mendukung. Sedangkan permasalahan dari eksternal, biasa datang dari kurangnya dukungan masyarakat (orang tua murid), ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah daerah setempat. 10 Yang juga sering terjadi saat ini banyaknya disekolah umum kurangnya praktik dalam kegiatan didalam pendidikan agama, Cuma sering diberi pengetahuan, materi, maupu penyampaian saja, jadi tidak bisa maksimal saat pembelajaran ilmu agama tersebut, itulah yang menjadikan dilematika pendidikan islam disekolah-sekolah umum saat ini yang saat amati.11 Harus difahami juga bukan hanya itu, tetapi lokasi dan juga suasanya belajar peserta didik juga harus diperhatikan sehingga proses pembelajaran itu bisa maksimal. Misal kalau lingkungan pembelajaran itu berdekatan dengan tempat-tempat judi atau sejenisnya maka itu juga menjadi dilematika pendidikan yang menjadikan pemikiran peserta didik menjadi kacau balau. 12



Cara Mengatasi Dilematika PAI di Sekolah Umum dapat diupayakan beberapa solusi yang diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sebagaimana berikut : 1. Solusi terhadap masalah yang terdapat pada peserta didik sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu sebagai subjek yang melakukan kegiatan 10



Muzaiyin S.Pd, Wawancara, (Sidoarjo, 22-09-2022) Maria Ulfa S.Pd.I, Wawancara, (Sidoarjo, 23-09-2022) 12 Maria Ulfa S.Pd.I, Wawancara, (Sidoarjo, 23-09-2022) 11



xvii



belajar baik siap dalam kondisi fisik atau psikis (jasmani atau mental) individu yang memungkinkan dapat melakukan pembelajaran. 2. Adanya motivasi terhadap peserta didik baik motivasi intrinsik atau motivasi ekstrintik Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukandengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat peserta didik dalammelakukan kegiatan belajarnya. 3. Para pendidik diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan minat peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar PAI 4. Mengingat adanya hambatan terhadap peserta didik tersebut maka sebaiknya pendidik mengadakan test untuk mengetahui kemampuan peserta didik.



Analisis Data Kami Menyimpulkan dari beberapa data yang sudah kami dapatkan melalui observasi disekolah sekolah umum, bahwa kurangnya kesadaran diri dari peserta itu sendiri dan juga orang tua, Sehingga pembelajaran disekolah umum kurang maksimal. 1. Kurangnya propesional maupun pengalaman seorang guru yang mengajar 2. Kurangnya Akhlak dan juga Adab peserta didik 3. Kurangnya dorongan dari masyarakat dan juga orang tua



BAB IV PENUTUP



xviii



A. Kesimpulan Dari



beberapa



penjelasan



singkat



diatas,



maka



penulis



dapat



menyimpulkan sebagai berikut : 1. Hakikat pendidikan Islam ialah untuk membimbing anak didik dalam perkembangan dirinya, baik jasmani maupun rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama pada anak didik nantinya yang didasarkan pada hukumhukum islam. 2. Dilematika Pendidikan Islam ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang didalamnya ada : Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam, Masalah Kurikulum, Pendekatan/Metode Pembelajaran, Profesionalitas dan Kualitas SDM, dan Biaya Pendidikan dan faktor eksternal. 3. Solusi dari dilematika tersebut ialah pendidikan Islam harus dikembalikan kepada fitrahnya dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya Serta pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab. 4. Kurangnya kesungguhan peserta didik dalam mencari ilmu agama sehingga menjadi dilematika pendidikan ilmu disekolah-sekolah umum.



B. Saran Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Dan sebelum penulis menutup Makalah ini, Penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada yang kurang berkenan dalam penyusunan Makalah ini. Akhirnya, Segala puji bagi Allah yang telah mencurahkan rahmatNya dan menerangkan pikiran-pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rasa terima kasih penulis atas segala petunjuk-Nya. Sebagai



xix



penutup Penulis sungguh sangat berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.



DAFTAR PUSTAKA



Ali, Hasmiyati Gani, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Quantum Teaching Ciputat Press Group, 2008



xx



Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta : Rineka Cipta, 2009 SM, Isma’il, Strategi Pembelajaran Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang : Rasail, 2008 Tantowi, Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009 Nata, Abudin ( 2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Ramayulis, ( 2012). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia Muhammad, Shaleh Assingkily, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: KMedia, ( 2019 )



xxi