Makalah Emosi Dan Suasana Hati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Emosi sangat berpengaruh di tempat kerja. Perilaku organisasi kini sangat gencar untuk membahas mengenai topik tentang emosi. Pertama adalah mitos rasionalitas. Sampai baru-baru ini, protokol dunia kerja membatasi emosi. Sebuah organisasi yang dijalankan dengan baik tidaknya mengizinkan pekerja menunjukkann emosi mereka yang dianggap merupakan antitesis dari rasionalitas. Meskipun para peneliti dan manajer mengetahui emosi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, mereka mencoba menciptakan organisasi yang bebas emosi. Dan hal itu tidaklah mungkin. Kedua adalah banyak yang percaya emosi bersifat merusak. Para peneliti melihat pada emosi negatif lebih kuat, terutama amarah yang mengganggu kemampuan bekerja secara efektif. Mereka jarang memandang emosi itu konstruktif atau berkontribusi dalam memperbaiki kinerja. Memang beberapa emosi khususnya yang ditampilkan pada saat yang salah, dapat menurunkan kinerja. Tetapi para pekerja nyatanya membawa emosi mereka saat bekerja setiap hari dan tidak ada studi perilaku yang komprehensif tanpa mempertimbangkan persn emosi dalam perilaku di tempat kerja. 2. Rumusan Masalah 1) Apa pengertian emosi dan suasana hati? 2) Apa emosi dasar itu? 3) Apa suasana hati dasar itu? 4) Apa saja fungsi dari emosi itu sendiri? 5) Dari manakah sumber emosi dan suasana hati itu? 6) Bagaimana emosi pekerja dalam bekerja? 7) Apa saja teori peristiwa afektif? 8) Bagaimana pengaturan emosi itu? 9) Bagaimana mengaplikasikan perilaku organisasi terhadap emosi dan suasana hati?



1



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Emosi dan Suasana Hati Menurut Stephen Robbins terdapat 3 hal penting dalam emosi dan suasana hati, yaitu: 











Afeksi (Affect) adalah istilah umum yang mencakup kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang atau nada perasaan (bagaimana kita merasakan sesuatu), hanya dirasakan di 'dalam' namun tidak melibatkan aspek biologis. Akan tetapi dapat menimbulkan ketidaksebidangan. Emosi (Emotion) adalah emosi dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau sesuatu, emosi juga dapat dikatakan reaksi terhadap seseorang terhadap kejadian , Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu Suasana Hati (mood) adalah perasaan yang kurang intens dibandingkan emosi dan sering muncul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus atau respon yang terjadi setelah merasakan, melibatkan aspek biologis dan durasi terjadinya biasanya panjang/lama, bisa dalam hitungan hari, bulan hingga tahun).



Untuk mempermudah penjelasan diatas saya memberi ilustrasi berikut : Dalam afeksi, ada yang namanya flat affect (afeksi datar) adalah kategori "orang represi” (suka menekan/memendam sesuatu)" sebab afeksinya berfungsi namun emosinya tidak berfungsi dengan baik. Misal: temannya meninggal tapi dia tidak mau menangis, bisa jadi menutup-nutupi kesedihannya dan bisa juga karena tidak respect pada temannya sehingga tidak ikut merasa sedih. Perbedaan Emosi dengan Suasana Hati antara lain:  Emosi lebih disebabkan oleh peristiwa spesifik dan lebih cepat datang dan pergi (memiliki durasi yang singkat). Emosi juga cenderung menunjukkan oleh ekspresi wajah seperti senang, sedih dan marah terutama. Emosi memiliki keragaman yang banyak dan spesifik seperti amarah, takut, kesediahan, kebahagiaan, jijik dan terkejut. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa emosi lebih berorientasi tindakan, dapat mengarahkan kita pada tindakan langsung.  Suasana Hati tidak diarahkan kepada suatu peristiwa atau seseorang (tidak ada kejelasan penyebabnya). Suasana hati ini bertahan lebih lama dari emosi, bisa sampai berhari-hari. Suasana Hati tidak berindikasi oleh menunjukkan ekspresi yang jelas dan juga bersifat kognitif yaitu dapat menyebabkan kita berpikir atau khawatir semestara waktu. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati saat kehilangan fokus pada peristiwa atau objek yang memulai perasaan itu. Dengan cara yang sama, suasana hati baik atau buruk dapat membuat lebih emosional dalam merespon sebuah peristiwa. Tampilan itu menujukkan bahwa emosi dan suasana hati sangat berhubungan dan dapat memengaruhi satu sama lain. Memiliki suasana hati buruk ataupun baik, yang mungkin menyebabkan mengalami emosi positif atau negatif yang lebih intens.



2



Afeksi, emosi, dan suasana hati terpisah secara teori, namun dalam praktik, perbedaannya tidaklah selalu jelas. 2. Emosi Dasar Macam dari emosi sendiri antara lain amarah, tidak suka, antusias, cemburu, takut, frustasi, tidak setuju, malu, jijik, kebahagiaan, benci, harapan, kecemburuan, kebahagiaan, cinta, angkuh, kejutan, dan kesedihan. Masalah dalam penerapan emosi sendiri adalah terlalu kompleks untuk dengan mudah di presentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki norma-norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara mengalami sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukkannya. Contohnya senyuman di Indonesia diartikan kebahagiaan dan berbuat ramah. Namun di beberapa negara menganggap senyuman adalah sebuah tanda ketertarikan seksual seperti perempuan tersenyum dengan laki-laki. Di negara sosial, orang lebih percaya tampilan emosi seseorang berkaitan dengan hubungan di antara mereka, sedangkan orang-orang dalam budaya individualistis tidak berpikir bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan pada mereka. Para peneliti menyebutkan emosi dasar yaitu emosi universal esensial. Beberapa membagi mereka ke dalam skala: kebahagiaan, kejutan, ketakutan, kesedihan, amarah dan rasa jijik. Semakin dekat dua emosi satu sama lain dalam skala ini, semakin mungkin orang akan bingung membedakannya, namun hal itu bisa bergantung pada faktor – faktor budaya yang memepengaruhi interprestasi. 3. Suasana Hati Dasar: Afeksi Positif dan Negatif Salah satu cara mengklarifikasi emosi adalah dengan bertanya apakah ia positif atau negatif. Emosi positif seperti mengungkapkan evaluasi atau perasaan menyenangkan. Emosi negatif mengungkapkan rasa yang sebaliknya. Emosi sendiri tidak bisa netral, jika menjadi netral berarti menjadi nonemosional. Afeksi Positif (positive affect) sebagai sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi positif spesifik seperti ketertarikan, keyakinan diri dan sangat gembira pada ujung paling tinggi dan kebosanan, kelambanan, serta keletihan pada ujung paling rendah. Afeksi negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas kegugupan, stres dan kecemasan pada ujung yang tinggi dan kebosanan, depresi dan kelesuhan pada ujung yang paling rendah. Afeksi positif dan afeksi negatif adalah suasana hati. Kebanyakan orang mengingat pengalaman negatif yang menyebabkan emosi negatif kuat lima kali lebih banyak daripda mengingat pengalaman negatif yang menyebabkan emosi positif. Kompensasi positifitas (positivity offset) adalah kecenderungan kebanyakan individu untuk mengalami suasana hati positif ringan pada masukan nol (saat tidak ada hal tertentu terjadi). Orang-orang di kebanyakan budaya tampaknya mengalami emosi-emosi positif dan negatif tertentu, tetapi frekuensi dan intensitas beragam pada tingkat tertentu. Menginterpretasikannya juga dengan cara yang sama. Contoh perbedaan budaya, di Amerika Serikat menghargai antusiasme, sedangkan Cina mengangap emosi negatif lebih berguna dan membangun dibandingkan orang-orang di Amerika Serikat. Kemudian menyimpulkan afeksi negatif memiliki manfaat yakni menvisulisasikan skenario terburuk sering kali membuat orang untuk menerima situasi yang ada dan menghadapinya dengan berpikir lebih kritis dan adil.



3



4. Fungsi Emosi Emosi itu membuat seseorang melakukan hal tidak rasional. Rasionalitas dan emosi saling bertolak belakang dan jika menampilkan emosi tersebut bisa dikatakan tidak rasional. Dalam dunia pekerjaan, menampilkan emosi seperti kesedihan sampai menangis sangat berbahaya bagi karier, emosi tersebut menyebabkan orang tersebut terlihat lemah, rapuh dan tidak rasional. Riset menunjukkan emosi penting untuk penalaran rasional. Emosi memberikan informasi penting mengenai bagaimana memahami dunia sekitar. Sebuah studi mengindikasi bahwa individu dalam suasana hati negatif lebih baik dalam mengenali kebenaran informasi akurat dibandingkan orang dalam suasana hati bahagia. Untuk mengambilan keputusan agar tak terbawa oleh emosi adalah dengan mempergunakan pikiran dan perasaan dalam keputusan. Emosi menyebabkan kita bersikap etis. Pengambilan keputusan etis didasarkan pada proses kognitif urutan yang lebih tinggi, tetapi riset mengenai emosi moral semakin mempertanyakan perspektif ini. Contoh emosi moral adalah simpati pada penderitaan orang lain, rasa bersalah mengenai perilaku tidak bermoral sendiri dan lain-lain. Reaksi umum ini didasarkan kepada pada perasaan dibandingkan kognisi semata. Meskipun demikian, kita melihat batasan moral logis dan wajar, tidaklah emosional. Dalam situasi tersebut kebanyakan orang memiliki dorongan emosional yang mungkin bisa menggerakkan mereka untuk terlibat dalam kegiatan etis. Kesimpulannya orang yang berperilaku etis membuat keputusan berdasarkan emosi. 5. Sumber Emosi dan Suasana Hati Inilah pengaruh utamanya: 1) Kepribadian. Suasana hati dan emosi memiliki suatu komponen karakteristik: Kebanyakan orang telaj membangun kecenderungan untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu lebih sering daripada orang lain. Orang – orang juga mengalami emosi yang sama dengan intensitas berbeda terkait kekuatan pengalaman emosinya yaitu intensitas afeksi (affect intensity). Orang seperti itu mengalami emosi yang mendalam. 2) Waktu dalam Hari. Orang memang beragam dalam suasana hatinya berdasarkan waktu dalam hari. Meskipun demikian, kebanyakan mengikuti pola yang sama dan sifat alami dari pola itu. Untuk afeksi negative, kebanyakan riset menyatakan berfluktuasi kurang dari afeksi positif. Ketika titik terendah pada awal hari dan titik tertinggi pada akhir hari. 3) Hari dalam Minggu. Kebanyakan orang mengalami afeksi positif tertinggi pada hari jumat, sabtu, dan minggu (hari masuk), Karena hari untuk beristirahat dan berlibur. Kebanyakan orang mengalami afeksi negative tertinggi pada hari kerja (dari senin sampai kamis). 4) Cuaca. Cuaca memiliki sedikit pengaruh pada suasana hati, setidaknya bagi kebanyakan orang. Korelasi ilusi (illusory correlation) terjadi ketika mengasosiasikan dua peristiwa dalam kenyataan tidak memiliki hubungan menjelaskan tentang orang cenderung beranggapan bahwa cuaca meningkatkan suasana hati. 5) Stres. Stres dapat memperburuk suasana hati dan mengalami emosi-emosi negative. 6) Aktivitas Sosial. Kebanyakan orang pada aktivitas social meningkatkan suasana hati positif dan memilii efek kecil pada suasana hati negative. Aktivitas social yang bersifat fisik, informal dan kuliner lebih kuat asosiasinya dengan kenaikan suasana Ehati positif dariapada peristiwa bersifat formal atau tidak aktif.



4



7) Tidur. Kualitas tidur memengaruhi suasana hati. Kurangnya tidur mengganggu pembuatan keputusan dan sulit untuk mengendalikan emosi. 8) Olah raga. Latihan fisik dapat membantu menempatkan suasana hati yang baik dengan terapi keringat. 9) Umur. Orang muda lebih memiliki emosi positif ekstrem daripada orang tua. Suasana hati positif lebih bertahan lama bagi individu yang berumur dan suasana hati negative lebih mudah menghilang. 10) Jenis Kelamin. Wanita lebih ekspresif secara emosional dan lebih intens daripada pria. Ekspresi emosi mengintepretasikan reaksi wanita sebagai disposisional (berhubungan dengan kepribadian), sedangkan pria berhubungan dengan lingkungan sekitar. 6. Emosi Pekerja Emosi pekerja (emotional labor) adalah sebuah situasi di mana seorang pekerja menampilkan emosi yang diinginkan organisasi selama transaksi interpersonal di tempat kerja. Tantangan yang sebenarnya adalah dimana pekerja harus menampilkan suatu emosi yang tidak sama dengan apa yang dirasakan. Disparitas adalah disonansi emosi (emotional dissonance) dan nilai ini sangat berpengaruh. Disonansi emosi adalah seperti disonansi kognitif dan berpusat pada perasaan bukan pikiran. Akan sangat membantu jika bisa membedakan Antara emosi yang dirasakan dengan yang ditampilkan. Emosi yang dirasakan (felt emotion) adalah emosi actual individu. Emosi yang ditampilkan (displayed emotion) adalah yang dituntun oleh organisasi untuk menunjukkan oleh pekerja dan pantas untuk pekerjaan itu. Menampilkan emosi - emosi palsu harus merendam yang sebenarnya. Akting permukaan (surface acting) adalah menyembunyikan perasaan di dalam dan menyembunyikan ekspresi emosional sebagai respon atas peraturan. Akting mendalam (deep acting) adalah mencoba untuk memodifikasi perasaan di dalam diri yang sebenarnya beradasarkan aturan. Akting permukaan hanya berhadapan dengan mimik wajah yang ditampilkan, sedangkan acting mendalam berhadapan dengan yang dirasakan. 7. Teori Peristiwa Afektif Emosi dan suasana hati dapat mempengaruhi kinerja dan kepuasan diri sendiri. Teori peristiwa afektif (affective event theory) menunjukkan bahwa pekerja bereaksi secara emosional pada hal – hal yang terjadi di tempat kerja. Teorinya dimulai dengan mengenali bahwa emosi adalah respon atas peristiwa di lingkungan kerja yang menekan pekerjanya. Orang yang stabilitas emosionalnya renda cenderung memiliki peristiwa yang negative. Respon emosional dapat berubah tergantung suasana hati. Ujian teori peristiwa afektif menyatakan hal – hal berikut: 1) Satu episode emosi sebenarnya merupakan serangkaian pengalaman – pengalaman emosional yang didorong muncul oleh suatu peristiwa tunggal dan menggandung emosi dan siklus suasana hati. 2) Emosi mempengaruhi kepuasan kerja pada saat berlangsung, bersama dengan riwayat emosi yang mengelilingi peristiwa itu. 3) Suasana hati berfluktuasi sepanjang waktu, efeknya pada kinerja juga berfluktuasi. 4) Perilaku yang digerakkan emosi berdurasi pendek dan variabilitasnya tinggi. 5) Bahkan emosi yang positif sekalipun tidak cocok dengan sebuah pekerjaan yang dilakukan, sehingga memiliki pengaruh negated bagi pekerjaan itu.



5



8. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk mendeteksi dan mengelola petunjuk dan informasi emosional dengan menilai, memahami dan mengatur emosi itu sendiri. Menurut penelitian, kecerdasan emosional mempunyai peran yang besar dalam performa kerja. Sebuah studi yang menggunakann fMRI menemukan bahwa pelajar yang mempunyai performa bagus dalam pembuatan keputusan strategis lebih cenderung untuk tidak melibatkan pusat emosi otak dalam proses pengambilan keputusan dan lebih menekankan pada penggunaan bagian kognitif dalam otak mereka. Sebuah studi menunjukkan bahwa mahasiswa mengidentifikasi dan membedakan antara perasaan sendiri maupun membuat keputusan. Kecerdasan emosional menjadi sebuah konsep kontroversial dalam perilaku organisassi dengan pendukung dan penentang. Berikut argumen-argumen yang mendukung tentang viabilitasnya: a) Daya Tarik Intuisi Hampir semua orang setuju bahwa kecerdasan social itu penting. Intuisi membuat seseorang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengontrol emosinya sendiri kecerdasan social itu penting. Intuisi membuat seseorang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengontrol emosinya sendiri, dan mengatasi interaksi social dengan baik, mempunyai keunggulan di dalam dunia bisnis. b) Kecerdasan Emosional Memprediksi Kriteria Masalah Bukti menunjukkan bahwa meskipun lemah tetapi secara konsisten positif berhubungan dengan performa kerja. c) Berbasis Biologi Menurut sebuah studi, orang dengan kerusakan di bagian otak yang mengatur proses emosional mempunyai tingkat inteligensi yang sama dengan standard daripada orang tanpa kerusakan yang sama. Tetapi mereka mempunyai skor yang jauh lebih rendah dan terganggu saat membuat keputusan dengan baik. Berikut argumen – argument yang menentang viabilitas: a) Peneliti Kecerdasan Emosional tidak Sepakat dengan Definisi Ada beberapa definisi tentang kecerdasan emosional yang menyebabkan peneliti tidak bisa sepakat akan arti dari kecerdasan emosional. Beberapa peneliti berfokus pada kecerdasan emosional dengan menggunakan test jawaban benar dan salahuntuk mengukur kemampuan mengenali dan mengendalikan emosi. Peneliti lain berfokus pada kecerdasan emosional sebagai berbagai macam pemikiran yang dapat diukur dengan self-report dan tidak berhubungan utama dengan cognitive intelligence. b) Kecerdasan Emosional Tidak Dapat Diukur Bermacam kritik menimbulkan pertanyaan bagaimana cara mengukur kecerdasan emosional. Karena kecerdasan emosional merupakan sebuah bentuk kecerdasan banyak yang berpendapat harus ada benar dan salah dalam jawabannya. Tetapi beberapa test self-report seperti “Saya baik dalam membaca”, tidak mempunyai jawaban salah dan benar. Tetapi, ukuran self-report tersebut dapat menunjukkan kemampuan non-ability seperti kepercayaan diri. c) Kecerdasan Emosional Tidak Lebih dari Sekedar Kepribadian dengan Label Berbeda Kecerdasan emosional sangat dekat dengan kepintaran dan kepribadian sehingga bila mempertimbangkan factorfaktor tersebut, maka kecerdasan emosional tidak mempunyai hal khusus untuk ditawarkan.



6



9. Pengaturan Emosi Ide utama dari pengaturan emosi adalah untuk mengidentifikasi dan memodifikasi emosi yang dirasakan. Strategi untuk merubah emosi meliputi berpikir tentang hal yang menyenangkan, menekan pikiran negatif, mengalihkan perhatian, atau melakukan teknik relaksasi. Strategi digunakan untuk mengatur emosi:  Akting permukaan, tidak mengubah emosi, sehingga efek pengaturannya sedikit. Sebuah studi menyatakan bahwa individu meragamkan respons yaitu memiliki kepuasan kerja yang rendah dan penarikan diri dari pekerjaan tinggi daripada secara konsisten menggunakan acting permukaan.  Akting mendalam, lebih mudah secara psikologis dibandingkan dengan acting permukaan, karena pekerjaan mencoba mengalami emosi itu. Sasarannya adalah untuk memberikan pekerja dan manajer alat untuk memonitor dan memodifikasi respons emosional mereka atas situasi di tempat kerja. Tektik pengaturan emosi yang efektif mencakup mengakui bukannya menekan respon emosional atas situasi dan mengevaluasi kembali peristiwa yang terjadi. Walaupun kelihatannya menguntungkan untuk menggunakan emotion regulation, peneliti juga menemukan efek buruk darinya. Contohnya adalah berbicara pada diri sendiri pada saat ketakutan malah dapat membuat diri kita fokus pada apa yang membuat kita takut. 10. Aplikasi Perilaku Organisasi terhadap Emosi dan Suasana Hati Bagaimana kita mengetahui bahwa emosi dan suasana hati bisa memperbaiki kemampuan kita dalam menjelaskan dan memprediksi proses seleksi di dalam organisasi, mengambil keputusan, kreatifitas, motivasi, kepemimpinan, konflik interpersonal, negosiasi, pelayanan terhadap pelanggan, sikap kerja, dan perilaku menyimpang dalam tempat kerja. a) Selection Pengusaha harus mempertimbangkan kecerdasan emosional faktor dalam mempekerjakan karyawan, khususnya untuk pekerjaan yang memiliki level tingkat tinggi dan dituntut untuk berinteraksi sosial. b) Pengambilan Keputusan Emosi yang positif dapat meningkatkan kemampuan kita dalam memecahkan masalah dan membantu kita memahami dan menganalisa informasi baru. Oleh karena itu orang yang memiliki sifat emosi negative cenderung membuat keputusan yang buruk, dan cepat kehilangan kesabaran untuk menganalisis pro dan kontra. Sebaliknya, orangorang yang mengalami emosi positif adalah pembuat keputusan yang baik. c) Kreativitas Suasana hati yang baik atau positif dan umpan balik yang baik dari perusahaan dapat meningkatkan kreativitas pekerja. Para pekerja akan lebih banyak memiliki ide-ide yang bagus jika emosi dan suasana hati atau moods para pekerja tersebut baik. Suasana hati yang baik membuat pikiran para pekerja menjadi lebih fleksible dan terbuka dalam berkreasi. d) Motivasi Mempromosikan para pekerja adalah salah satu cara agar para pekerja memiliki emosi dan suasana hati yang baik, dengan promosi ini mereka juga akan termotivasi dalam bekerja. Orang yang memiliki motivasi yang tinggi secara emosional akan 7



e)



f)



g)



h)



i)



j)



k)



berkomitmen pada pekerjaan mereka. Jika para pekerja memiliki motivasi yang rendah maka akan menyebabkan mereka tidak loyal terhadap pekerjaan mereka dan cenderung berbuat menyimpang. Seperti memberikan umpan balik. Kepemimpinan Menjadi seorang pemimpin harus memiliki emosi yang baik, karena emosi yang baik membantu menyampaikan pesan lebih efektif. Pemimpin harus bisa membaca dan memahami emosi orang lain untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Pemimpin harus membuat orang mengikuti mereka dengan cara membuat para pekerjanya menjadi berpikiran atau memliki emosi yang positif. Orang yang memiliki emosi yang positif dapat lebih mudah menerima perubahan. Negosiasi Emosi yang buruk dapat mengganggu kinerja negosiator. Sebaliknya, emosi yang baik dapat memperlancar jalannya negosiasi karena masing-masing pihak lebih tenang dan sabar dalam bernegosiasi. Emosi yang buruk menyebabkan negosiasi menjadi tidak efektif. Layanan Pelanggan Pelanggan "menangkap" emosi dari karyawan,apabila karyawan melayani dengan sikap dan emosi yang baik, maka para pelanggan juga akan merasakan suasana hati dan emosi yang baik, namun apabila karyawan melayani pelanggan dengan sikap dan emosi yang buruk maka pelanggan akan juga memiliki suasana hati yang buruk dan cenderung memiliki emosi yang buruk, hal ini disebut emotional contagion atau penularan emosi. Sikap Kerja Emosi yang di dapat di tempat kerja bisa terbawa hingga pekerja tersebut pulang kerumahnya, namun biasanya emosi tersebut juga jarang terbawa di tempat kerja pada hari berikutnya Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja Mereka yang merasakan emosi negatif kemunginan terlibat dalam perilaku menyimpang di tempat kerja. Tindakan yang melanggar norma-norma dan mengancam anggota atau organisasi disebut penyimpangan karyawan . Ini merupakan suatu tindakan pemindaian berupa kekerasan atau non-kekerasan, iri, dengki, menusuk dari belakang, dan lain-lain. Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja Individu dalam suasana hati yang buruk cenderung lebih cemas dapat membuat mereka kurang dapat menyesuaikan diri dengan potensi berbahaya. Bagaimana Manajer dapat Mempengaruhi Suasana Hati Manajer dapat menggunakan candaan dan memberikan kepada pegawainya penghargaan kecil untuk pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik. Dan ketika pemimpin sedang dalam keaadaan yang baik, anggota kelompok akan menjadi lebih positif, dan hasilnya mereka akan bekerjasama dengan lebih baik. Memilih anggota tim yang positif dapat memberikan efek yang positif karena engergi positif mengalir di antara anggota.



8



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Emosi dan suasana hati sama-sama afektif sifatnya. Tetapi mereka berbeda, suasana hati lebih umum dan kurang kontekstual daripada emosi. Waktu, peristiwa yang menekan, aktivitas social, serta pola tidur adalah beberapa factor yang memengaruhi emosi dan suasana hati. Emosi dan suasana hati telah terbukti relevan untuk setiap topic perilaku organisasi dan memiliki implikasi dan praktik manajerial.



9



DAFTAR PUSTAKA



Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi Organizational Behavior Edisi 16. 2015. Diterjemahkan oleh Ratna Saraswati dan Febriella Sirait. Halaman 59 – 80.



iii