10 0 147 KB
MAKALAH FARMAKOLOGI PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRACUTAN
Disusun Oleh Kelompok 2 : 1. Yulita
(1910035050)
2. Naina
(1910035051)
3. Akbar Aswiantoro (1910035052) 4. Ega Yuli Kartika
(1910035053)
5. Eric Ramdhany
(1910035077)
PRODI D-3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
1
2
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kelompok kami dapat menyelesaikan makalah “KDPK”, yang berjudul “PEMBERIAN OBAT MELALUI JARINGAN INTRA KUTAN (IC) “ dengan tepat pada waktu yang telah diberikan. Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu kita dalam mempelajari dan memahami tentang intrakutan. Namun kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi tercapainya perbaikan ataupun kekurangan dalam makalah ini.
Samarinda, 24 Februari 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar.................................................................................................i Daftar Isi.........................................................................................................ii BAB I PEDAHULUAN.................................................................................1 A. Latar Belakang..........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan.......................................................................................................2 D. Manfaat.....................................................................................................2 BAB II ISI.......................................................................................................3 A. Pengertian Intracutan................................................................................3 B. Tujuan Intracutan......................................................................................4 C. Lokasi Injeksi Intracutan..........................................................................4 D. Indikasi Injeksi Intracutan........................................................................5 E. Kontraindikasi Injeksi Intracutan.............................................................5 F. Tindakan Injeksi Intracutan......................................................................5 1. Persiapan Alat dan Bahan...................................................................5 2. Pemberian obat/penyuntikan melalui IC (Intracutan).........................6 3. Keuntungan Injeksi IC......................................................................11 4. Kerugian Injeksi IC...........................................................................11 5. Kondisi Rawat Jalan dan Komunitas................................................12 BAB III PENUTUP......................................................................................13 A. Kesimpulan.......................................................................................13 B. Saran ................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral, parenteral, rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara parenteral adalah pemberian obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian obat parenteral ada empat cara yaitu, intracutan (IC), subcutan (SC atau SQ), intramuscular (IM), dan intravena (IV). Pemberian obat secara parenteral lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat oral tetapi tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan.Oleh karena itu perawat harus menyiapkan dan memberikan obat tersebut secara hati – hati dan akurat. Pemberian obat parenteral memerlukan pengetahuan keperawatan yang sama dengan obat – obat dan topikal (lokal pada kulit). Namun karena injeksi merupakan prosedur invasif, teknik aseptik harus digunakan untuk meminimalkan resiko injeksi. Tujuan dari pemberian obat secara parenteral adalah mencegah penyakit dengan jalan memberikan kekebalan atau imunisasi (misalnya memberikan suntikan vaksin DPT, ATS, BCG, dan lain – lain), mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses penyembuhan, melaksanakan uji coba obat, dan melaksanakan tindakan diagnostik. Indikasi pemberian obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat dengan reaksi cepat, klien yang tidak dapat diberi obat
1
melalui mulut, dan klien dengan penyakit tertentu yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik, misalnya Streptomicin atau Insulin. B. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan pengertian intrakutan (IC) 2. Menyebutkan alat dan bahan dalam pemberian obat melalui jaringan intrakutan (IC) 3. Menyebutkan prinsip Dalam Pemberian Obat melalui jaringan Intrakutan (IC) 4. Menjelaskan prosedur kerja dalam pemberian obat melalui jaringan intrakutan (IC) C. Tujuan 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian intrakutan 2. Agar mahasiswa dapat menyebutkan alat dan bahan 3. Agar mahasiswa dapat menyebutkan prinsip serta menjelaskan prosedur kerja dalam pemberian obat melalui jaringn intrakutan (IC ) D. Manfaat Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi intrakutan.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Intrakutan Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme. Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. (Alimul, 2006)
3
Intrakutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. Hal tersebut bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. B. Tujuan injeksi IC (intracutan) a. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan b. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat d. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu misalnya (tuberculin test) e. Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test) f. Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan g. Pemberian vaksinasi. C. Lokasi Injeksi IC a. Lengan bawah bagian atas b. Dada bagian atas
4
c. Punggung bagian atas di bawah scapula d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas. D. Indikasi injeksi IC(intracutan) a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test ) b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi c. Mengalihkan diagnosa penyakit d. Sebelum memasukkan obat e. pasien yang tidak sadar E. Kontraindikasi injeksi IC(intracutan) a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit b. Pasien dengan kulit terluka c. Pasien yang sudah dilakukan skin test d. Pasien yang alergi F. Tindakan Injeksi IC 1. Persiapan Alat Dan Bahan a. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat b. Obat daam tempatnya c. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan d. Kapas akohol dalam tempatnya
5
e. Cairan pelarut f. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit) g. Jarum sesuai kebutuhan h. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok i. Handschoen 2. Pemberian obat/penyuntikkan melalui IC (Intracutan) a. Prinsip : 1) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat. 2) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat. 3) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
6
4) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi. 5) Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
7
6) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1 cc dalam spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry 2010). b. Prosedur kerja 1) Persiapan : a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat b. menjaga privasi pasien c. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien. 2) Tindakan : a. Cuci tangan b. Berdiri di sebelah kanan pasien c. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan panjang , buka dan naikan d. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik e. Buka obat dengan cara : f. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat
8
g. Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi bavel tegak. Suntikkan udara kedalam
flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri
memegang flakon dengan ibu jari dan jari tengah. sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon. h. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan menggunakan kain kasa. i. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul j. Buang
udara
dalam
spuit,tutup
kembali
kemudian
masukkan ke dalam bak injeksi. k. Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan disuntik l. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri m. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang sudutnya 15-20º terhadap permukaan kulit
9
n. Semprotkan obat hingga menjadi gelembung o. Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan massage p. Setelah
penyuntikan
area
penyuntikan
tidak
boleh
didesinfeksi. q. Rapikan pasien. r. Rapikan alat. s. Cuci tangan t. Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012) u. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan
penandaan
pada
area
penyutikan
dengan
melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut. v. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area penyuntikan.
10
w. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal, waktu, dan jenis obat. x. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit) c. Evaluasi 1) Evaluasi respon klien terhadap zat uji. Berapa obat yang digunakan dalam pengujian dapat menyebabkan alergi. Obat antidot (mis: epinefrin) mungkin perlu diberikan. 2) Evaluasi keadaan lokasi injeksi dalam 24 atau 48 jam, bergantung pada uji yang dilakukan. Ukur area kemerahan dan indurasi
dalam
milimeter
pada
diameter
terlebar
dan
dokumentasikan. 3. Keuntungan injeksi IC (intracutan) a. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat b. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu. c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat 4. Kerugian injeksi IC(intracutan) a. Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi ini berarti pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau
11
toksit maupun kelebihan dosis karena ketidak hati-hatian dan sukar dilakukan. b. Tuntutan sterilitas sangat ketat. c. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi. d. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan. 5. Kondisi Rawat Jalan dan Komunitas a. Memberikan injeksi intracutan pada orang dewasa : 1) Pastikan klien mengerti perlunya kunjungan tindak lanjut untuk memeriksa lokasi injeksi. Jadwalkan pertemuan selanjutnya. 2) Jelaskan kepada klien untuk tidak mencuci, menggosok, atau menggaruk lokasi injeksi. b. Memberikan injeksi pada anak – anak : 1) Anak kecil atau bayi perlu sedikit direstrein selama prosedur. Hal ini untuk mencegah cedera karena gerakan yang tiba – tiba. 2) Pastikan anak mengerti bahwa prosedur tersebut bukanlah suatu hukuman.
12
3) Minta anak untuk tidak menggosok atau menggaruk lokasi injeksi. Pasang stockinet (pembalut dari bahan yang halus dan elastis) atau pembalut kasa untuk menutupi lokasi injeksi dapat memengaruhi hasil pemeriksaan karena mengiritasi jaringan dibawahnya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau intradermis. kelapisan epidermis
Injeksi intracutan dimasukkan langsung
tepat dibawah startum korneum. Umumnya berupa
larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikit (0,1 – 0,2 ml) digunakan untuk tujuan diagnose. Indikasi untuk injeksi intracutan yaitu pasien yang membutuhkan test alergi, pasien yang akan melakukan vaksinasi, menegakkan diagnose penyakit, dan dilakukan sebelum memasukan obat. Kontraindikasinya ialah pasien yang mengalami infeksi pada kulit, pasien dengan kulit terluka dan pasien yang
13
sudah dilakukan skin test.Keuntungan injeksi intracutan yaitu suplai darah sedikit, sehingga absorbs lambat bias mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu dan memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat. Sedangkan, kerugiannya yaitu
tuntutan sterilitas
sangat ketat, memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi dan adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasasakit saat penyuntikan. Prinsipnya sebelum memberikan obat, perawat harus mengetahui diagnose medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar, setelah dilakukan injeksi, juga tidak boleh dilakukan pemijatan pada area yang telah diinjeksi karena akan mempengaruhi hasil test. Sebelum dilakukan prosedur injeksi, terlebih dahulu dilakukan persiapan alat, persiapan pasien, dan persiapan lingkungan. Setelah tindakan perawat juga harus melakukan dokumentasi, mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/respon klien terhadap obat perawat yang melakukan) pada catatan keperawatan.
B. Saran Pada saat melakukan injeksi intracutan, hendaknya terjalin hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, karena biasanya pasien berubah menjadi
14
cemas ketika akan dilakukan injeksi. Kerjasama antara perawat dan pasien juga sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan agar tindakan yang dilakukan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA https://www.scribd.com/document/342967075/MAKALAH-INTRACUTAN https://www.academia.edu/33803343/Makalah_KDK
15