Makalah Hadits Bentuk Metode Dakwah 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HADITS DAKWAH



HADITS BENTUK METODE DAKWAH DISUSUN OLEH : KELOMPOK 12 ILDA (3012021045) FAHLEVI AL ASYI (3012021044) DOSEN PEMBIMBING : SANUSI, S.Sos.I.MA



PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA 2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Hadits Bentuk Metode Dakwah” Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Langsa, Juni 2022



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGENTAR.....................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3 A. Metode Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah.................................3 B. Metode Dakwah Rasulullah saw di Madinah...................................7 C. Hadits Tentang Metode Dakwah......................................................12 BAB III PENUTUP.........................................................................................15 A. Kesimpulan........................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hadis yang digambarkan ulama hadis sebagai semua hal yang didasarkan pada hidup nabi SAW, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuan beliau adalah penjabaran dari firman Alloh yang terkandung dalam al Qur'an. Ini dapat dipahami



karena



tugas



Rasulullah



SAW.,



adalah



menjelaskan



serta



mengaplikasikan ajaran-ajaran al Qur'an baik secara teoritis maupun praktis. Sedangkan sunnah sebagai kebiasaan hidup Nabi, juga merupakan cerminan ajaran al Qur'an. Dengan demikian, baik hadits maupun sunnah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan al-Quran. Istilah metode dakwah yang terdapat dalam Al-Qur’an pada prinsipnya merujuk kepada surah an-Nahl ayat 125 yang menyebutkan bahwa metode dakwah ada 3 yaitu dakwah dengan kebijaksanaan, memberikan pelajaran yang baik, dan dengan bantahan atau lebih tepatnya berdiskusi dengan cara yang baik. Metode dakwah ala Rosulullah yakni dengan metode mauidah hasanah wamujadallah, metode al-hikmah, metode pembentukan dan penanaman kader, dan metode penyeruan juru dakwah ke berbagai daerah1 Nabi Muhammad merupakan penutup dari para nabi yang diutus oleh Allah di muka bumi sebagai penyempurna syariat dari masa Nabi-nabi sebelum beliau. Keberadaan para Nabi mempunyai dua pondasi dasar dalam menyampaikan da‟wah mereka. Pertama, perbaikan akidah serta kedua, pembentukan syariat dan akhlak.sosok Nabi sebagai seorang pendidik.



1



Abdul Aziz, Khazanah Hadis di Indonesia, Guepedia, 27 maret 2019, hlm 62



1



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni: 1. Bagaimana Metode Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah? 2. Bagaimana Metode Dakwah Rasulullah saw di Madinah? 3. Bagaimana Hadits Tentang Metode Dakwah?



2



BAB II PEMBAHASAN A. Metode Dakwah Rasulullah SAW di Mekkah 1. Periode Rumah Tangga’/Dakwah Secara Rahasia (Sirriyatud Dakwah) Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah, keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. Ketika turun surat al Muddatstsir : 1-2, Rasulullah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan sembunyi-sembunyi).2 Periode pertama ini, berlalu tiga tahun lamanya, di mana dalam masa itu Rasulullah Saw. Menjalankan dakwahnya dengan diam-diam, hanya dengan memberi pelajaran dan petunjuk, mengusahakan agar para pengikutnya konsisten atau loyal dan istiqomah dengan jalan memberi pelajaran yang baik yang memuaskan. Ketika



Abu



Bakar



menyatakan



masuk



Islam,



dan



menampakkannya kepada orang-orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah  yang juga masuk Islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu ‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat. Di tempat ini Rasulullah mengajarkan hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3 tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk Islam.



2



Wahidin Saputra. Pengantar Ilmu Dakwah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 13



3



Nabi saw tidak menampakkan da’wah di majelis-majelis umum orang-orang Quraisy, dan tidak melakukan da’wah kecuali kepada orangorang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya. Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya. Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang Quraisy. 2. Periode Keluarga/Dakwah Secara Rahasia (Sirriyatud Dakwah) Dalam periode ini, Allah SWT, menyuruh Rasulullah Saw. Menyampaikan dakwah kepada keluarganya yang terdekat terlebih dahulu, dan jangan menghiraukan ancaman dan penghinaan musyrik Quraisy.3 Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. Hal ini bertepatan dengan turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara terang-terangan dan terbuka. Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah dari tahapan dakwah secara sembunyisembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan dakwah secara terangterangan (daur al i’lan). Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (QS. Al-Hijr [15]:94) “dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. jika mereka mendurhakaimu 3



Ibid, h. 4



4



Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan"; Setelah datang perintah Allah Swt. Itu, maka naiklah Muhammad Saw. Ke bukit Safa, seraya menyeru: “Wahai kaum Quraisy!” Maka berkumpul lah mereka di Bukit Safa. Kemudian terus Rasulullah Saw. Berdakwah agar mereka masuk Islam. Di antara mereka da yang menerima dakwah itu, dan kebanyakan mereka menolak, bahkan mengejek dan mengancam lagi. Walaupun demikian, semangat Muhammad Saw. Tidak menjadi lemah, bahkan tambah membaja, sehingga berpindahlah dakwahnya dari periode keluarga ke periode ketiga, yaitu periode konfrontasi. Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun.  Demikian pula dengan Abu Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun. 3. Periode Konfrontasi / Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah) Dalam masa periode konfrontasi ini, Rasulullah Saw, berdakwah dengan terus terang, dengan blak-blakan tanpa menghiraukan penghinaan dan ancaman. Nabi Saw, keluar menjalankan dakwahnya ke segala tempat, ke ka’bah, ke tempat-tempat orang Quraisy berkumpul, pada musim hari raya, bahkan pada segala kesempatan, mengajak mereka memeluk agama Allah Swt, agama tauhid. Maka berkembanglah dakwah Rasulullah Saw, dan banyaklah pengikutnya, sehingga menyebabkan kaum quraisy mulai bertindak keras dan kejam.4 4. Periode Kekuatan/ Da’wah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Da’wah) Pada akhir periode ketiga, yaitu dalam tahun ke delapan Hijriah, masuklah ke dalam Islam, Hamzah dan Umar bin Khattab, keduanya adalah pahlawan-pahlawan Quraisy, sehingga dengan sebab masuknya 4



Ibid, h. 15



5



mereka ke dalam Islam, barisan kaum muslimin menjadi kuat dan masuklah dakwah Islam



ke dalam periode ke tempat yaitu periode



kekuatan. Dalam permulaan periode ke empat ini, yaitu dalam tahun ke delapan Hijriah, kaum Muslimin untuk pertama kali melakukan ibadah shalat dengan terang-terangan dalam ka’bah, sedangkan sebelum itu mereka melakukan shalat dengan sembunyi-sembunyi.5 Dari tahapan kontak secara individu menuju tahap menyeru seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan. Di tahapan ini kaum kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah. Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan dukungan terhadap perjuangan Rasulullah. Benturan antara Rasulullah dengan kafir Quraisy terjadi karena Rasulullah dan para sahabat selalu melecehkan khayalan mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, menyebarkan rusaknya kehidupan mereka yang rendah, dan mencela cara-cara hidup mereka yang sesat. Rasulullah



tidak



pernah



berkompromi



apalagi



bekerjasama



menjalankan sistem kehidupan rusak dan sesat buatan manusia jahiliyah. Al Qur’an senantiasa turun kepada Beliau, dan menyerang orang-orang kafir secara gamblang. Akibatnya, manusia-manusia jahil itu menghalangi 5



Ibid, h. 15 – 16



6



dan menyakiti Rasulullah dengan fitnah, propaganda yang menyesatkan, pemboikotan bahkan penyiksaan fisik. B. Metode Dakwah Rasulullah saw di Madinah Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:6 1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah  itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya. 2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-Nahl ayat 125.  Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125) Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.   “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104) Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi. Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah



6



M. Munir dkk, Metode dakwah,(Jakarta; Kencana, 2006) Cet  ke-3 h. 8



7



Rasulullah SAW, juga hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat madani di Madinah. Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan ridha Allah SWT dan ampunan-Nya. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:7 1. Membangun Masjid Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M). Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam. Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib r.a. Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:8 a. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.



7 8



M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1991, Cet. 1, h. 61. Ibd, h. 9



8



b. Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha. c. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. d. Masjid



sebagai



tempat



pertemuan



untuk



menjalin



hubungan



persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan. e. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar. f. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir. 2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin. Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga



terwujud



persatuan



yang



tangguh.



Hasil



musyawarah



memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar. Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:9



9



Ibid, h. 10



9



a. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW. b. Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid. c. Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar). d. Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar). Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya seperti saudara senasab. Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma. Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang



beratap



yang



disebut Suffa dan



mereka



dinamakan



Ahlus



Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu antara lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut berperang. 3. Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah



10



Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah yang muslim atau bukan Muslim. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta ditakuti oleh musuhmusuh Islam. Piagam ini dikenal dengan sebutan Piagam Madinah. Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain berisi: a. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan. b. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama. c. Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah.



11



d. Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana mestinya. 4. Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan. Pada saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi menjadi berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok Anshar, Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua menerima kedatangan Nabi dan umat Islam. Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Nabi saw mencoba menata sistem sosial agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan umat Islam, Nabi saw telah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Sementara untuk kalangan non muslim, mereka diikat dengan peraturan yang dirancang Nabi dan umat Islam yang tertuang di dalam Piagam Madinah. Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan. Rasulullah SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga tampil sebagai seorang Kepala Negara (khalifah). Sebagai Kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat



Islam



dapat



mengangkat



wakil-wakil



rakyat



dan



kepala



pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh



rakyatnya.



Dengan



syarat,



peraturan-peraturan



itu



tidak



menyimpang dari tuntutan Al-Qur’an dan Hadis. C. Hadits Tentang Metode Dakwah Dalam menyampaikan dakwah di tengah-tengah masyarakat islam yang demikian corak dan ragam kehidupanya, dakwah harus dilakukan dengan cara



12



yang baik dan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Justru untuk menyampaikan dakwah kepada tujuanya bagi seorang juru dakwah perlu sekali mengetahui metoode dakwah, jika kita tarik makna metode itu sendiri Methodos yang berasal dari bahasa yunani yang berarti jalan, cara, dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal menurut sesuatu rencana tertentu.10



Artinya: “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk, ia berhak pemmperoleh pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa mengajak kepada kesesatan, ia mendapat dosanya sepaerti dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikipun dari dosa mereka”. (HR. Muslim, Malik, Abu Daud, dan Tirmizi). Tauhid yang merupakan Materi dakwah yang utama11



Artinya: Al Husain bin Ismail menceritakan kepada kami, Al Fadhl bin Ya'qub



Ar-Rukhami



menceritakan



kepada



kami,



Sa'id



bin



Maslamah



menceritakan kepada kami, Ismail bin Umayyah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abdullah bin Shaifi, bahwa dia mendengar Abu Ma'bad mantan budak Ibnu Abbas berkata: saya mendengar Ibnu Abbas berkata: Setelah Rasulullah SAW mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda kepadanya, "Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab, maka hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah. Jika mereka mengerti akan hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah 10



Masduki dan Shabri Sholeh Anwar, Filosofi dakwah kontemporer, PT. Indragini Dot Com, Riau, November 2018, hlm 99-100 11 Abu al Hasan ali bin umar bin ahmad bin muhdi bin masud,Sunan Darul Qutni, dalam Al-maktabah Asyamilah Al-hadis, jilid 3, hlm 56



13



telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, dan beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka, lalu diberikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mengakui hal itu, maka ambillah dan takutlah kamu terhadap harta-harta munusia yang mulia” Hal yang pertama kali Rosulullah perintah untuk sampaikan adalah ajakan untuk mentauhidkan allah dan menjauhkan dari kesyirikan, maka seorang dai harus memperhatikan masalah ini sebelum beranjak kemasalah besar lainya.12



12



Muhammad nur faqih, 42 hadis dakwah rosulullah, bissalam publishing, hlm 13-14



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Keteladanan Rossulullah dengan akhlak nya yang ia miliki telah mengajarkan pendidikan kepada umatnya, seperti dalam menyampaikan ajaran tuhan atau syariat islam, dengan berbagai cara ia gunakan, seperti cara yang melihat kondisi mad;u, dengan menyampaikan dakwah yang lembut santun atau disebut dengan metode mauizah hasanah, dengan memberikan permisalan permisalah dalam persoalan yang dibahas, proses tanya jawab pun dilakukan oleh rosulullah. Dengan cara yang dilakukan pada zamanya bisa kita gunakan dimasa ini yang biasa kita sebut dengan metode, metode untuk mengajak ataupun juga metode



untuk



menyiarkan



syariat.



Dakwah yang dilakukan



mengahsilkan didikan yang berkarakter kuat.



15



rosulullah



DAFTAR PUSTAKA



Faisal ismail, islam kontitunasionalisme dan pluralisme, IRCiSoD, yogyakarta, september 2019 Hadis-Hadis dakwah, 6 juli 2012, http://www.follyakbar.id/2012/07/hadits-hadits- dakwah.html?m=1 Adi Abdullah Muslim, Metode dakwah dalam pengajaran nabi persektif hadis, AlHikmah:jurnal dakwah, volume 13,no1 Muhammad bin ismail ibu abdullah al-bukhori, Al-jami’ musnad shahih almukhtasor, dalam maktabah syameela, jilid 5 Abu Abdullah ahmad bin muhammad, musnad imam ahmad bin hanbal, dalam maktabah syamela, jilid 36 Abdi Fauji Hadiono, Hadis tentang metode dakwah, all right reserved, 27 may 2016, th Muhammad Diak Udin, Metode Dakwah Persektif Hadis, Jurnal Kopis Vol.1 No 2 Februari 2019 Abu al Hasan ali bin umar bin ahmad bin muhdi bin masud,Sunan Darul Qutni, dalam Al- maktabah Asyamilah Al-hadis, jilid 3 Muhammad nur faqih, 42 hadis dakwah rosulullah, bissalam publishing M.Tata Taufik, Tafsir inspiratif, Wisemind Publishing, depok, desember 2017 Abdul Aziz, Khazanah Hadis di Indonesia, Guepedia, 27 maret 2019 Masduki dan Shabri Sholeh Anwar, Filosofi dakwah kontemporer, PT. Indragini Dot Com, Riau, November 2018



16