Makalah Hama Dan Penyakit Pasca Panen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN



Oleh : APRIANTO NANA 1804060122



PRODI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA



KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Kupang, 15 Februari 2021 Penyusun



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida. Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin. Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang.  1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Bagaimana bioekologi jenis-jenis hama pasca panen pada kacang-kacangan ?



1.2.2



Bagaimana bioekologi jenis-jenis hama pasca panen pada rempah-rempah ?



1.2.3



Bagaimana bioekologi jenis-jenis hama pasca panen pada kopra ?



1.3 Tujuan 1.3.1



Mengetahui bioekologi jenis-jenis hama pasca panen pada kacang-kacangan



1.3.2



Mengetahui bioekologi jenis-jenis hama pasca panen pada rempah-rempah



1.3.3



Mengetahui bioekologi jenis-jenis hama pasca panen pada kopra



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Jenis-jenis hama pasca panen pada kacang-kacangan: 1. Kacang Tanah Aphid Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang menjadi inang Kutu Aphid. Kutu Aphid menyerang saat tanaman mulai muncul di permukaan tanah hingga tanaman menjelang panen. Kutu ini lebih menyukai bagian tanaman yang muda seperti pucuk dan tangkai daun muda, tetapi pada keadaan populasi tinggi dapat tersebar sampai ke bagian tanaman yang tua.



Serangga muda (nimfa) dan imago menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman. Serangan pada pucuk tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Selain sebagai hama, Kutu Aphid juga bertindak sebagai vektor (serangga penular) berbagai penyakit virus kacang-kacangan seperti Soybean Yellow Mosaic Virus, Soybean Dwarf Yrus, Peanut Stripe Virus, dll. Pengendalian dapat dilakukan menggunakan insektisida selektif sesuai rekomendasi, dilakukan dengan penyemprotan pada tunas bila tunas yang terserang sudah mencapai 25%. Sebelum memutuskan untuk menggunakan insektisida kimia, ada baiknya pengendalian dilakukan secara alami menggunakan pestisida organik/pestisida nabati terlebih dahulu. Wereng Empoasca Hama wereng Empoasca atau dikenal juga dengan Sikada merupakan hama pada kacang tanah yang berukuran kecil berwarna hijau kekuningan. Hama ini biasanya hanya berukuran 3mm dengan ukuran serangga jantan lebih kecil daripada serangga betina.



Nimfa dan serangga dewasa akan menghisap cairan daun tanaman dari permukaan bawah daun. Serangan pada tanaman muda mengakibatkan tanaman menjadi layu. Sedangkan pada tanaman yang lebih tua, ujung daun muda yang terserang akan nampak berwarna kuning membentuk huruf V. Kacang tanah yang terserang Empoasca tampak lebih kuning daripada tanaman sehat. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penanaman secara serempak yang dilakukan tidak lebih dari 10 hari. Bisa juga dengan menumpangsarikannya dengan jagung. Alternatif terakhir adalah dengan disemprot insektisida sesuai dosis dan anjuran. Pengorok Daun Selain menyerang kacang tanah, pengorok daun atau Aproerema Modicela juga dapat menyerang kedelai dan kacang tunggak. Serangga dewasa biasanya berwarna kecoklatan dengan panjang tubuh sekitar 6mm.



Larva umumnya tinggal di lipatan daun atau di antara daun-daun yang terlipat. Larva muda biasanya langsung menggerek/mengorok di dalam daun diantara epidermis atas dan bawah. Gejala serangan dapat diamati dengan adanya perubahan warna daun menjadi



kecoklatan seperti kering. Serangan berat di lapangan, terlihat daun kacang tanah seperti terbakar. Untuk mencegah meluasnya serangan hama ini, maka perlu dilakukan pemantauan secara rutin dan apabila serangan sudah mencapai 12,5% dapat segera dikendalikan menggunakan insektisida sistemik. Ulat Grayak Ulat grayak memiliki ciri yang unik yaitu adanya dua buah bintik hitam seperti bulan sabit pada tiap ruas abdomennya. Larva muda biasa menyerang daun hingga menyebabkan daun hanya menyisakan bagian epidermis dan tulang-tulangnya saja. Sementara larva tua biasa merusak tulang-tulang daun hingga menyebabkan tanaman tampak berlobang.



Ulat grayak dapat dikendalikan dengan usaha penanaman secara serempak, pemantauan secara rutin, pemanfaatan agensia hayati seperti jamur Beauveria Bassiana serta penyemprotan dengan insektisida jika serangan sudah melebihi ambang batas ekonomi Uret Uret atau lindu merupakan hama yang bersifat polifag yang dapat menimbulkan kerusakan berat pada berbagai tanaman, terutaman pada tanaman yang ditanam di tanah pasir. Biasanya, tanaman kacang tanah yang terkena uret akan menunjukkan gejala pertumbuhan tanaman yang kurang baik karena sistem perakarannya telah rusak. Cara paling mudah untuk melihatnya adalah dengan membongkar tanah di sekitar perakaran, apakah ditemukan hama uret atau tidak. Biasanya, hama uret ini bisa masuk ke lahan pertanian karena terbawa oleh pupuk kandang.



Agensia hayati jamur Metharizium sp dapat digunakan untuk mengendalikan uret yang terdapat dalam tanah. Untuk daerah yang endemis uret, sebaiknya sebelum benih ditanam, benih terlebih dahulu direndam menggunakan pestisida seed treatment. 2. Kacang hijau Ulat Jengkal



Ulat jengkal atau ulat lompat adalah salah satu jenis hama dengan ciri khas berwarna hijau dengan garis-garis cerah pada sisinya. Ulat ini memiliki fase hidup sekitar 11 – 13 hari untuk kemudian menjadi pupa. Setelah seminggu, pupa tersebut akan berubah menjadi ngengat coklat yang menyerang bagian tanaman yang lunak seperti tunas daun atau buah yang masih muda. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida atau dengan menghadirkan musush alaminya berupa Apanteles sp atau Liatomastix sp. Kepik Hijau Imago hama ini berbentuk bulat dengan warna hijau sesuai degan namanya. Ketika dewasa, kepik hijau akan menyerang polong kacang hijau dan menyebabkannya keriput, berbintikbintik, dan rasanya pahit. Pemusnahan telur atau imago adalah salah satu alternatif yang



dapat dicoba untuk menggendalikan hama ini, disamping itu kita juga dapat melaksanakan sistem pergiliran tanaman agar populasi kepik hijau menjadi menurun.



Kepik Polong



Sekilas tampilan kepik polong menyerupai walang sangait, namun yang menjadi ciri khasnya adalah adanya warna kuning yang memanjang pada tiap sisi kanan kiri tubuhnya. Gejala serangan hama ini dapat dilihat dari kulit buah kacang hijau yang berbercak coklat hingga kehitaman akibat cairan polong yang terhisap oleh hama kepik ini. Untuk mengendalikan populasi kepik hijau pada lahan pertanian kita, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menyemprotkan insektisida sesuai dosis dan anjuran, serta menerapakan sistem rotasi tanaman, atau dapat pula melaksanakan teknik tanam serempak Lalat Pucuk



Lalat pucuk sering menempelkan telurnya pada bagian bawah daun, hal ini menyebabkan kita sering kali tidak menyadari akan ancaman dari serangan hama ini. Padahal ketika berubah



menjadi larva, hewan ini akan mengerek batang tanaman kacang hijau hingga menyebkannya layu dan mati. Sebaiknya, tanaman yang telah teindikasi mengalami serangan hama ini segera dipotong lalu dibakar, agar larva hama tersebut ikut mati. Apabila populasinya menjadi semakin tidak terkendali, cara yang daapt kita ambil adalah dengan proses kimiawi atau penyemprotan pestisida. Hama Gudang



Hama ini menyerang ketika tanaman kacang hijau telah melewati proses panen dan disimpan di dalam gudang. Ciri yang dapat kita jumpai pada hama gudang ialah ukuran tubuhnya yang relatif kecil, serta berwarna coklat kehitaman. Hama ini secara khusus akan menyerang biji kacang hijau yang telah disimpan di gudang, apabila tidak segera dikendalikan, maka jumpah produksi dari hasil panen kita akan menurun drastis. Untuk menghindari hama gudang ini, langkah yang harus kita lakukan adalah dengan menyimpan biji kacang hijau ke dalam wadah yang tertutup rapat atau hampa udara, sehingga meminimalisir masuknya hama ini. Hama Penggulung Daun



Hama penggulung daun ini berupa ulat berwarna hijau dengan garis kuning pada tubuhnya yang ketika dewasa akan bermetamorfosis menjadi ngengat kuning dengan bercak hitam. Serangan dari hama ini akan mengakibatkan daun tanaman kacang hijau menggulung sebagai



tempat ulat yang masih dilindungi oleh benang. Ulat yang berada dalam gulungan inilah yang mengerogoti daun dari dalam dan menyebabkan daun menjadi rusak. Ketika menemukan daun-daun yang telah menggulung, sebaiknya Anda segera memangkasnyaagar persebaran daun yang dimakan ulat tidak semakin meluas. Cara lain yang cukup efektif adalah dengan sisem rotasi tanaman atau proses penanaman yang serentak.  Kumbang Tanah Kuning



Serangan hama ini sering ditandai dengan lubang-lubnag pada daun, keping biji, serta batang tanaman kacang hijau yang masih muda. Lubang-lubang tersebut sebagai indikasi adanya gigitan dari hama kumbang kuning. Cara yang tepat untuk mengatasi serangan hama ini adalah dengan langkah penyemprotan insektisida atau dapat pula dilakukan dengan menghadirkan predator dari hama kumbang tanah kuning ini seperti laba-laba. Lalat Kacang



Serangan dari lalat kacang akan menimbulkan gejala bintik putih pada tunas tanaman yang kemudian berubah menjadi kuning dengan titik coklat di tengahnya. Hama ini menyerang tanaman ketika masih dalam bentuk larva yang mengerek daun dan menyebabkan tanaman layu lalu mati. Ciri yang bisa kita lihat pada hama lalat kacang ini adalah tubuhnya yang berwarna putih atau krem tanpa kaki dengan kepala yang meruncing. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi hama ini, selain dengan penyemprotan insektisida seperti pada umumnya, kita juga dapat menjebak hama ini dengan memasang obor pada malam hari. Saat



dewasa, hama ini akan berubah menjadi ngengat yang peka terhadap ransangan cahaya. Dengan demikian, ngengat akan mendekati obor dan mati dengan sendirinya. 3. Kacang merah Ulat penggulung daun Lamprosema indicata



Serangan



ulat



penggulung



daun



menyebabkan



daun



kacang



merah



menggulung. Di dalam daun yang menggulung terdapat ulat yang dilindungi oleh benang. Ulat dalam daun tersebut akan memakan daun dari dalam, sehingga pada daun



terdapat



semakin



lubang-lubang



meluas



dan



akhirnya



bekas hanya



gerekan.



Lubang



bekas



gerekan



tersisa



urat-urat



daunnya



saja.



tersebut Ambang



ekonomi hama penggulung daun adalah populasi hama pada pertanaman sebanyak 58 ekor instar 1 atau 32 ekor instar 2 atau 17 ekor instar 3 per 12 tanaman (Fachrudin, 2007). 2.2 Jenis-jenis hama pasca panen pada rempah-rempah 1. Bawang Lalat Penggorok Daun (Liriomyza chinensis Kato) Hama ini tidak hanya menyerang tanaman bawang merah, tapi juga tanaman hortikultura lainnya seperti sawi, gambas, mentimun, melon dan lain sebagainya.



Lalat ini menyerang tanaman bawang merah dengan cara menusukkan telur pada daun tanaman, dicirikan adanya bintik-bintik putih kecil akibat tusukan ovipasitor lalat betina. Bintik-bintik ini kemudian menjadi garis lurus dan lama-lama akan mengering. Pada serangan berat menyebabkan seluruh helaian daun menjadi kering berwarna coklat, bahkan sampai bagian akar busuk dan mengeluarkan belatung. Cara



pengendaliannya,



untuk



membasmi



lalat



gunakan



insektisida



berbahan



aktif imidakloprit dengan dosis 2 sendok makan/25 gram dan 2 liter. Bisa juga gunakan Abamectin dengan dosis 1/2 sendok teh dan 17 liter. Sedangkan untuk membasmi larvanya gunakan insektisida berbahan aktif Abamectin (Demolish, Agrimec) dengan dosis 1/2 sendok teh dan 17 liter. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel) Hama berwarna coklat tua hingga kehitaman pada bagian punggungnya, sedangkan perut berwarna lebih muda, memiliki garis-garis coklat di punggungnya dan berukuran 3,5 cm.



Hama ini biasanya menyerang dan memotong leher tanaman berusia 2-3 minggu. Potongan tanaman kemudian dibawa ke dalam tanah. Tanaman yang terserang hama ulat tanah akan layu dan akhirnya mati.



Hama ini biasanya menyerang saat matahari mulai tenggelam antara jam 5 sore hingga 7 malam. Saat siang hari hama ini bersembunyi di dalam tanah karena tidak menyukai cahaya matahari.



Cara pengendalian hama ini yaitu saat persiapan lahan bersihkan tanaman lama dengan cara dibakar dan digenangi air. Gunakan musuh alami Apanteles ruficrus, Metarrihizium sp, dan Botrytis sp. Bisa juga berikan insektisida tabur yang berbahan karbofuron (Furadan, Regent) dengan cara ditaburkan pada tanah bersamaan pemupukan. Gunakan dosis secukupnya. Ulat Daun (Spodoptera exigua) Hama ulat daun memiliki ciri-ciri berwarna hijau tua pada saat usia muda dan berwarna coklat tua dan garis-garis putih setelah usianya bertambah dengan ukuran 2,5 cm. Ulat daun ini menyerang daun yang masih muda maupun yang tua. Gejalanya adalah memiliki ciri timbulnya bercak berwarna putih transparan pada daun. Bercak disebabkan oleh larva yang menggerek bagian dalam daun dan menyisakan lapisan epidermis, sehingga daun tampak menerawang tembus cahaya. Pada serangan yang parah menyebabkan daun-daun mengering bahkan dapat menyerang bagian umbi bawang merah.



Cara pengendalian hama ini yaitu dengan sanitasi lahan, pengaturan jarak tanam dan mengumpulkan kelompok telur pada daun kemudian dimusnahkan secara terbakar. Selain itu, lakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif tunggal Chlorfenapyr dan Flufenoxuron. 2. Lada Hama penggerek batang (Lophobaris piperis)



Penggerek batang merupakan hama yang paling merugikan. Larvanya menggerek batang, cabang dan pada serangan berat dapat menyebabkan kematian tanaman. Serangga dewasa menyerang pucuk, bunga dan buah sehingga dapat menurunkan produksi dan kualitas buah. Pengendalian dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang. Selain itu bisa juga dengan menggunakan agensia hayati seperti jamur Beuveria bassiana. Jamur ini dapat diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada kanopi tanaman, ditaburkan pada permukaan tanah, atau dicampur dengan tanah atau kompos. Alternatif terakhir bisa menggunakan pestisida kimiawi yang dilakukan jika populasi hama atau intensitas serangan penyakit sudah tinggi. Hama penghisap bunga (Diconocoris hewetti)



Hama penghisap bunga dikenal dengan sebutan nyamuk lada, enduk enduk, kapal terbang atau fui khicong. Pada stadia nimfa maupun dewasa, hama ini dapat merusak bunga dan



tandan bunga. Serangan ringan menyebabkan tandan rusak, salah bentuk dan buah sedikit. Serangan berat menyebabkan seluruh bunga akan rusak, tangkai bunga menjadi hitam dan akhirnya bunga gugur sebelum waktunya. Pengendalian dilakukan dengan melakukan pemotongan pada tandan bunga. Hama penghisap buah (Dasynus piperis)



Hama pengisap buah aktif pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan ketika siang bersembunyi pada bagian dalam tajuk tanaman. Serangan pada buah muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong, sedangkan pada buah tua mengakibatkan buah hampa, kering dan gugur. Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan telur-telur yang ada di permukaan daun, cabang dan tandan buah. 3. Ketumbar Hama gudang Stegobium paniceum



Gambar 1.  Stegobium paniceum Hama gudang ini juga bisa menyerang komoditas lainnya seperti beras, jahe kering, produk sereal, pasta, beras, buah kering, benih kering, dan ikan kering. Jika tidak bisa dikendalikan, hama gudang ini bisa mengakibatkan kehilangan hasil sampai 20%. Di Indonesia, S.



paniceum dikenal sebagai ‘Hama Bubuk Ketumbar”.  Di luar negeri dikenal sebagai “Drugstore Beetle” karena sering memakan obat (pharmaceuticals). Hama gudang ini merupakan hama gudang primer yaitu hama yang mampu merusak produk/bahan pangan yang masih utuh.   Hama gudang S. paniceum merupakan ordo Coleoptera dan famili  Anobiidae. Ciri-ciri fisik imago yaitu: berbentuk oval dengan panjang 2-3 mm; tubuh berwarna coklat kemerahan; selubung sayap memiliki garis  memanjang serta lubang-lubang yang membuat kelihatan lurik; kepalanya menghadap ke bawah; dan ada 3 segmen terakhir antena membesar, membentuk club. Sedangkan ciri-ciri larvanya yaitu: memiliki panjang tubuh 7 mm; bentuknya melengkung seperti huruf C; dan kepala serta tungkai berwarna coklat. Hama gudang S. paniceum mirip dengan hama bubuk tembakau (Lasioderma serricorne), tetapi ukuran imagonya lebih besar dan elytranya tidak halus.  Perbedaan morfologi keduanya dapat dilihat pada gambar berikut.



Gambar 2.  Perbedaan bentuk antenna antara  L. serricorne dan S. paniceum



Gambar 3.  Perbedaan bentuk dan ukuran tubuh antara  L. serricorne dan S. paniceum 



Gambar 4.  Perbedaan bentuk dan ukuran  larva antara L. serricorne dan S. paniceum Siklus hidupnya sangat ditentukan oleh temperatur.dan ketersediaan sumber makanan. Imago betina meletakkan telur secara acak pada makanan  atau dekat sumber makanan. Telur akan menetas dalam waktu 6 sampai 10 hari.  Stadia larva sekitar 35 sampai 70 hari, memakan sumber makanan di sekitarnya dan menghindari cahaya,  sedangkan serangga imago sangat tertarik pada cahaya.  Stadia pupa berlangsung 7 sampai 21 hari. Imago akan hidup sampai 28 hari, sehingga akan terjadi tumpang tindih generasi khususnya pada iklim yang hangat. Tanda-tanda adanya serangan hama gudang ini adalah terlihat serangga imago dan bubuk halus yang ditinggalkan setelah kumbang ini makan. Serangga dewasa melubangi biji-bijian sehingga menghasilkan bubuk dalam jumlah yang banyak. Fase larva dan imago memakan bahan yang sama. Jika ditemukan populasi yang tinggi pada suatu komoditas dapat dijadikan sebagai indikator bahwa terdapat banyak komoditas pecah/tidak utuh.



Gambar 5.  Gejala serangan S.paniceum: pada biji ketumbar(a) dan produk rempah lainnya(b) Pengelolaan hama gudang S.paniceum adalah sebagai berikut: 



Proses penyimpanan atau housekeeping yang teliti dan ketat.







Tempat penyimpanan harus diinfeksi secara rutin dan makanan harus disimpan pada wadah yang kedap.







Jika infestasi hama gudang ini ditemukan, maka sebaiknya produk dan material yang terinfestasi harus diisolasi dan dibuang.







Teknik vacuuming dapat dilakukan untuk mengambil secara fisik hama  dan kantung vacuuming diisolasi dan dibuang.







Fumigasi akan sangat efektif dilakukan jika serangan atau infestasi sangat tinggi.







Monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan insect light trap dan pheromone trap.



4. Cengkeh Penggerek batang (Nothopeus hemipterus, Oliu, dan Nothopeus fasciatipennis)



Hama penggerek batang menyerang batang bagian bawah tanaman yang berumur 4 sampai 8 tahun. Biasanya gejala yang tampak adalah adanya lubang gerekan dan kotoran hasil gerekan yang dikeluarkan melalui lubang tadi. Penggereknya berasal dari telur kumbang Nothopeus fasciati pennis yang menetas menjadi larva, pada fase larva inilah hama tersebut melakukan pengrusakan batang tanaman, yang pada akhirnya larva ini akan menjadi kumbang remaja. Untuk memberantas larva tersebut dianjurkan untuk melakukan pembersihan telur-telur kumbang dari tanaman, kemudian lubang gerekan ditutup rapat dengan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan insektisida. Kutu Daun Kutu-kutu daun yang terlihat pada tangkai daun tanaman yang masih muda tampak memutih. Hama ini berbahaya bagi pertumbuhan tanaman karena dapat menghisap cairan tanaman pada



daun-daun yang ditempatinya, kadang-kadang dapat juga muncul gejala pada daun bagian bawah berwarna hitam (jelaga). Serangan ini dapat melayukan daun muda serta tangkai yang diserangnya karena menghambat proses asimilasi daun. Munculnya kutu-kutu daun tersebut sering juga diikuti dengan munculnya semut, karena cairan yang dihisap oleh kutu daun mengeluarkan cairan yang manis. Pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan medol 0,5% atau endrin 1%.



Rayap



Rayap, juga sering mengganggu tanaman cengkeh dengan menyerang akar-akar tanaman, biasanya akan menyerang bibit yang baru saja dipindahkan ke lahan, untuk mengatasi pengganggu ini dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida . Tupai



Tupai, di beberapa daerah juga dapat menjadi hama bagi tanaman cengkeh. Tupai memakan kulit dan batang tanaman. Cara memberantasnya adalah dengan melakukan pemburuan



menggunakan senapan angin, atau dapat juga diberantas dengan memasang perangkap yang telah diracuni. 5. Kemiri Beberapa jenis hama dan penyakit ditemukan



menyerang



pertanaman



kemiri sunan di lahan pengembangan dengan tingkat kerusakan bervariasi antar lokasi. Hama dan penyakit yang ditemukan pada tanaman kemiri sunan anara lain ulat



kantung,



kutu



putih,



tungau,



belalang, ulat api, rayap, embun tepung, dan jamur upas. Untuk mengendalikan OPT yang menyerang, beberapa cara dapat dilakukan sesuai dengan jenisnya.



Embun tepung misalnya, dapat dilakukan dengan membuang daun-daun yang terserang dan membenamkan dalam tanah untuk mengurangi sumber infeksi. Serangan jamur upas dapat dikendalikan dengan memotong bagian terserang dan membakarnya serta mengoles bagian yang telah dipotong dengan fungisida. Monitoring dan pengelolaan lingkungan sangat diperlukan untuk menentukan ancaman serangan hama penyakit. 3.3 Jenis-jenis hama pasca panen pada kopra Necrobia rufipes



Necrobia rufipes menyukai kopra yang berkualitas rendah, dengan kadar air tinggi, sehingga menyebabkan udara di dalam tempat penyimpanan kopra tersebut menjadi lembab dan basah. Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan N. rufipes. Kualitas kopra yang rendah disebabkan antara lain buah kelapa yang dipanen masih muda (belum saatnya dipanen), pengeringan kopra yang kurang maksimal sehingga kadar air kopra masih tinggi dan cara penyimpanan serta kondisi tempat penyimpanan belum memadai. Serangan hama N. rufipes dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan gudang, menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25 – 370C serta menurunkan tingkat kadar air kopra. Untuk pengendalian secara alami menggunakan pestisida nabati yaitu daun dan biji srikaya karena senyawa toksin dalam biji srikaya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga serta dapat mem atikan serangga.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Pemangkasan adalah penghilangan beberapa bagian tanaman. Dalam suatu kebun hal ini biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang berpenyakit, tidak produktif, atau yang tidak diinginkan. 3.2 Saran Penulisan makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan pembaca tentang jenisjenis hama pada kacang-kacangan, rempah-rempah serta kopra. Semoga dengan mempelajari cara pengendalian, dapat mengurangi penyebaran hama. Dan dapat dilakukan dengan memperhatikan lingkungan sekitar.



DAFTAR PUSTAKA https://8villages.com/full/petani/article/id/5c1c5fb559678e677c05aa8b http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/92848/HAMA-UTAMA-TANAMAN-KACANGHIJAU/ https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/download/4856/4381#:~:text=Salah %20satu%20hama%20yang%20menyerang,ulat%20yang%20dilindungi%20oleh%20benang http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2094/ https://www.baktikunegeriku.com/article/id/5dbfd0d4b16d836d6204f274 https://8villages.com/full/petani/article/id/5bd13c2d5a1f267709fa7ecf http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/72677/Hama-Dan-Penyakit-Utama-TanamanCengkih-Beserta-Pengendalianya/ http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/2773/ http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/mengenal-hama-necrobia-rufipes-pada-kopra/