Makalah Infeksi Post Partum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INFEKSI POST PARTUM Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Maternitas Dosen Pengampu: Ns. Leni Agustin, S.Kep. M.Kep



oleh: KELOMPOK 7



Fitra Yunita Zahro



NIM.17037140987



Putri Intan Kumalasari



NIM.17037141029



PROGRAM STUDI D111 KEPERAWATAN UNIVERSITAS BONDOWOSO 2019



KATA PENGANTAR Dengan memanjat kan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat serta karunia–Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di program studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso. Mata kuliah Keperawatan Maternitas merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang kehidupan wanita sepanjang siklus kehidupan. Penulis yakin adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM., M.Kes sebagai Ketua Progaram Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso; 2. Bapak Ns. Leni Agustin, S.Kep., M.Kep sebagai dosen pengampu matakuliah Keperawatan Maternitas; 3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini. Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulis makalah ini.



Bondowoso, 25 Mei 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI Cover....................................................................................................................i Kata Pengantar...................................................................................................ii Daftar isi.............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1 1.3 Tujuan.............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi...........................................................................................................3 2.2 Etiologi...........................................................................................................3 2.3 Klasifikasi.......................................................................................................4 2.4 Manifestasi Klinis..........................................................................................10 2.5 Patofisiologi...................................................................................................10 2.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................12 2.7 Penatalaksanaan.............................................................................................12 2.8 Teori Asuhan Keperawatan...........................................................................14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...................................................................................................26 3.2 Saran.............................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................27



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organorgan reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alatalat genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah : Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah. Perlu dibutuhkan pemantauan khusus terhadap ibu nifas yang mengalami keluhan-keluhan yang diperkirakan akan mengarah ke gejala patologis masa nifas. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini, yaitu: 1. Apa yang dimaksud infeksi postpartum? 2. Apa saja penyebab infesi postpartum? 3. Apa saja klasifikasi infeksi postpartum? 4. Bagaimana manifestasi klinis infeksi postpartum? 5. Bagaimana patofisiologi terjadinya infeksi postpartum? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang infeksi postpartum? 7. Apa saja panatalaksanaan infeksi postpartum? 8. Bagaimana teori asuhan keperawatan infeksi postpatum?



1



1.3 Tujuan Tujuan pada makalah ini, yaitu: 1. Mengetahui pengertian infeksi postpartum. 2. Mengetahui etiologi infesi postpartum. 3. Mengetahui klasifikasi infeksi postpartum. 4. Mengetahui manifestasi klinis infeksi postpartum. 5. Mengetahui patofisiologi terjadinya infeksi postpartum. 6. Mengatahui pemeriksaan penunjang infeksi postpartum. 7. Mengetahui panatalaksanaan infeksi postpartum. 8. Mengetahui teori asuhan keperawatan infeksi postpatum.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Nifas atau puerperium merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam minggu. Sedangkan infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Ratnawati, 2016). Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama (Lowdermilk dkk, 2013). 2.2 Etiologi Penyebab infeksi post partum dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum Menurut Zaenuri (2012) penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kumankuman yang sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain : a. Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat alat yang tidak steril, tangan penolong, dan sebagainya. b. Staphylococcus aurelis Masuk



secara



eksogen,



infeksinya



sedang,



banyak



ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.



3



c. Escherichia coli Sering



berasal



dari



kandung



kemih



dan



rectum,



menyebabkan infeksi terbatas. d. Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit. 2. Faktor predisposisi infeksi post partum Merunut Anwar (2013) faktor predisposisi infeksi post partum, yaitu: a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan  kurang gizi atau malnutrisi b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama. c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir. d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara e. Anemia, higiene, kelelahan f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas. 2.3 Klasifikasi Menurut Anwar (2013) klasifikasi infeksi post partum terdiri atas: 1. Infeksi uterus a. Endometritis Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih



4



sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva. Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan



suhu



tubuh



pasca



lahir



harus



segera



dilakukan



pemeriksaan. Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan  sehingga terjadi abses pada tuba  atau indung telur (Anonym, 2008). Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008). Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu



5



meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadangkadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat. b. Miometritis (infeksi otot rahim) Miometritis



adalah



radang



miometrium.



Sedangkan



miometrium adalah tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.



6



c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim). Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu : a. Endometritis dengan 3 cara yaitu : 1. Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis 2. Lymphogen 3. Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis b. Dari robekan serviks c. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD ) 2. Syok bakteremia Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama periode pascapartum. Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria. Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram



negative.



hemokonsentrasi,



Pemeriksaan asidosis,



dan



tambahan koagulopati.



bisa



menunjukkan



Perubahan



EKG



menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan. Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan



7



sirkulasi untuk mencegah kolaps vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat. Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). 3. Peritonitis Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi. 4. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks



8



vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas 5% nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi. Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius. 5. Septicemia dan piemia Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempattempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia. Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam



9



sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia. Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia   ialah   berulang-ulang   suhu  meningkat  dengan  cepat  disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain. 2.4 Manifestasi Klinis Menurut Anwar (2013) rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung. Manifestasi klinis yang lain : a. Peningkatan suhu b. Takikardie. c. Nyeri pada pelvis d. Demam tinggi e. Nyeri tekan pada uterus f. Lokhea berbau busuk/ menyengat g. Penurunan uterus yang lambat h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy 2.5 Patofisiologi Menurut Zaenuri (2012) reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan



10



limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). Pathway infeksi postpartum. Trauma persalinan,infeksi nosokomial Bakteri yang sudah ada di dalam vagina terdorong ke uterus Bakteri menginfeksi jaringan sekitar rahim



Resiko Infeksi



Infeksi Postpartum Peningkatan suhu tubuh



Merangsang pegeluaran mediator kimia



Demam tinggi Merangsang selsel disekitar luka Takikardi



anoreksia



Mual, muntah



Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh



Sensasi nyeri



Hambatan rasa nyaman



11



2.6 Pemeriksaan Penunjang Menurut Anwar (2013) pemeriksaan penunjang pada infeksi post partum meliputi: 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine. c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya penyakit) d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai + 1. e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL). 2.7 Penatalaksaan Menurut Zaenuri (2012) penatalaksaan infeksi post partum, yaitu:



a. Pencegahan 1) Masa Persalinan a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah. b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama. c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama. d) Perlukaan-perlukaan



jalan



lahir



karena



tindakan



baik



pervaginam maupun perabdominal dibersihkan, dijahit sebaikbaiknya dan menjaga sterilitas. e) Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.



12



f) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah. g) Masa Nifas h) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril. i) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat. j) Tamu yang berkunjung harus dibatasi. 2) Masa Kehamilan: Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. b. Pencegahan infeksi postpartum : 1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang. 2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat. 3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.



13



c. Penanganan umum 1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses



persalinan)



yang



dapat 



berlanjut



menjadi



penyulit/komplikasi dalam masa nifas. 2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas. 3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan. 4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui. 5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera. 6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya. d. Pengobatan secara umum 1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan., 2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat. 3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium. 4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai. e. Penanganan infeksi postpartum : 1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari. 2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.



14



2.8 Teori Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan, untuk mengatasi, serta pelaksanaan dan evaluasi keberhasilan secara efektif, terhadap masalah yang diatasinya. Proses keperawatan pada dasarnya adalah metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang sistematis yang berfokus pada respon manusia secara individu, kelompok dan masyarakat terhadap perubahan kesehatan baik actual maupun potesial. Proses keperawatan terdiri dari empat tahap yaitu : Pengkajian, Perecanaan, Implementasi dan Evaluasi, dimana masing-masing tahap saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain. 1. Pengkajian Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. a. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk mengumpulkan informasi tentang klien yang akan dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan kesehatan klien sehari-hari meliputi : 1) Identitas a)



Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status marital, alamat.



b) Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, suku/bangsa,



pendidikan



terakhir,



pekerjaan,



agama,



hubungan dengan klien, alamat.



15



2) Status Kesehatan a) Keluhan Utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Biasanya klien akan mengeluh nyeri pada daerah luka. b) Riwayat Kesehatan Sekarang Merupakan



pengembangan



dari



keluhan



utama



yang



dirasakan klien. Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/mengubah posisi, nyeri berkurang jika klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diiris-iris/disayat-sayat, skala nyeri bervsariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan dengan PQRST. c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah pernah mengalami operasi sebelumnya, riwayat penyakit infeksi, alergi obat-obatan, hypertensi, penyakit system pernafasan, diabetes mellitus. d) Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji dalam keluarga apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental. 3) Pemeriksaan Fisik a) Pemeriksaan ibu  Keadaan Umum Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien masih lemah, tigkat kesadaran pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB biasanya mendekati BB sebelum hamil.



16



 Sistem Respirasi Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat anesthesi.  Sistem Kardiovaskuler Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah biasanya mengalami penurunan. Bila terjadi peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga kurang



dari



50x/menit



kemungkinan



ada



shock



hypovolemik, kaji apakah konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli periode post partum, seperti kemerah-merahan, hangat dan sakit di sekitar betis perasaan tidak nyaman pada ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans positif dorso fleksi pada kaki.  Sistem Saraf Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan spinal anesthesi.  Sistem Pencernaan Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan kedua keadaan mulut biasanya kering arena klien puasa pada klien dengan anesthesi umum, fungsi menelan baik, kecuali klien merasa tenggorokan terasa kering. Berbeda pada klien dengan anesthesi spinal tidak perlu puasa, kaji bising usus, apakah ada tanda distensi pada saluran cerna, apakah klien sudah BAB, atau flatus.



17



 Sistem Urinaria Bagaimana



pola



berkemih



klien,



berapa



kali



frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada distensi, bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau urine.  Sistem Reproduksi Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol, apakah ASI sudah keluar. Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen, karena pada bagian tengah abdomen terdapat luka, kaji kontraksi uterus, perasaan mulas adalah normal karena proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua adalah 1-2 jari dibawah umbilicus



atau



pertengahan



antara



sympisis



dan



umbilical. Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da baunya. Biasanya lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien tentang cara membersihkannya, berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.  Sistem Integumen Kebersihan rambut biasanya kurang, karena sejak post operasi klien belum melakukan aktivitas seperti biasa, kaji muka apakah ada hyperpigmentasi, kloasma gravidarum, kaji keadaan luka operasi, balutan dan kebersihannya, luka balutan biasanya dibuka pada hari ke tiga.  Sistem Muskuloskletal Bagaimana keadaan klien apakah lemah, adakah pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas simetris, apakah klien mampu melakukan pergerakan ROM, tonus



18



otot biasanya normal, tapi kekuatan masih lemah, terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi. Pergerakan sendi-sendi biasanya tidak ada keterbatasan. Kaji apakah ada diastasis rektus abdominalis.  Sistem Endokrin Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana produksi ASI, pada post partum akan terjadi penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga hormone prolaktin meningkatyang menyebabkan terjadinya produksi ASI dan hormone oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi ASI dan akan terjadi pembengkakan payudara bila bay tidak segera diteteki. 4) Pola Aktivitas sehari-hari Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah : sebelum hamil, selama hamil, selama dirawat di rumah sakit. a) Nutrisi Kaji frekuensi makan, jenis makanan yang disukai dan tidak disukai, apakah makanan pantangan atau alergi, bagaimana nafsu makan klien, porsi makan (jumlah). b) Eliminasi Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses serta masalah yang dihadapi klien saat BAB. Kaji frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine. c) Pola tidur dan istirahat Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu tidur yang cukup, tapi sering mengalami masalah tidur karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit. d) Personal hygiene Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku. Pada klien dengan post partum seksio sesarea



19



hari ke 1-2 masih memerlukan bantuan dalam personal hygiene. e) Ketergantungan fisik Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras, serta kaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan terlarang. 5) Aspek Psikososial a) Pola pikir dan persepsi Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon ibu mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang kondisi setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan hal apa yang perlu dilakukan



setelah



operasi seksio sesarea, kaji



pengetahuan klien tentang laktasi, perawatan payudara dan perawatan bayi. b) Persepsi diri Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi pencetus kecemasan, kaji rencana ibu setelah pulang dari rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa yang membantunya dalam merawat bayi di rumah. c) Konsep diri Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri klien setelah menjalani seksio sesarea. d) Hubungan komunikasi Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi, kebiasaan bahasa dan adat yang dianut. e) Kebiasaan seksual Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum, terutama setelah seksio sesarea. Biasanya dapat dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari).



20



f) Sistem nilai dan kepercayaan Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien terhadap sumber kekuatan, kaji agama yang klien anut, apakah klien suka menjalankan ibadah selama sakit. g) Pemeriksaan penunjang Klien post partum dengan seksio sesarea perlu pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit. h) Therapi Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan vitamin. b. Analisa Data Analisa data adalah kemampuan menigkatkan data dengan menghubungkan data tersebut dengan data dari konsep teori serta prinsip yang relevan untuk mebuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan rencana keperawatan pasien. Jadi analisa data adalah membuat kesimpulan dari data-data yang terkumpul. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain : a. Hambatan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih. b. Resiko infeksi: infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial. c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.



21



3. Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan pada klien post partum menurut. a. Hambatan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih. Tujuan : Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang Kriteria hasil: 1) Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 1824 x/menit), 2) Tidak meringis, 3) Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.



1.



2.



Intervensi Tentukan skala nyeri dan intensitas



1.



Untuk



Rasional mengenal



indikasi



nyeri, pantua tekanan darah, nadi dan



kemajuan atau penyimpangan dari



pernafasan setiap 4 jam.



hasil yang diharapkan.



Anjurkan klien untuk menggunakan



2.



Relaksasi dan nafas dalam dapat



teknik relaksasi dan nafas dalam serta



mengurangi ketegangan otot dan



teknik distraksi (untuk nyeri ringan



menghambat rangsang nyeri serta



dan sedang).



menambah pemasukan oksigen. Distraksi mengganggu stimulus nyeri



tetapi



tidak



mengubah



intensitas nyeri, paling baik untuk periode pendek. 3.



Anjurkan posisi tidur miring.



3.



Mempermudah pengeluaran gas



4.



Analgetik bersifat menghambat reseptor nyeri, sehingga persepsi



4.



Berikan obat analgetik sesuai order



nyeri berkurang/hilang



22



b. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial. Tujuan : Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: 1) Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih dari 38 0C), 2) Insisi kering 3) Lochea tidak berbau busuk 4) Uterus tidak lembek



1.



Lakukan



Intervensi perawatan luka



dengan



1.



teknik aseptic dan anti septic.



Rasional meminimalkan



Akan



dan



mencegah kontaminasi dan atau masuknya mikroorganisme. 2.



2.



Akan



memudahkan



intervensi



Observasi adanya tanda-tanda infeksi



lebih



dini



intervensi



pada daerah luka : dolor, kalor, rubor



selanjutnya.



dan function laesa. 3.



3.



dan



Antibiotik bersifat bakterisida dan



Berikan antibiotic sesuai order dan



adanya leukositosis merupakan



kolaborasi



salah satu tanda infeksi.



untuk



pemeriksaan



leukosit.



4.



Protein



dan



viatamin



C



dibutuhkan untuk pertumbuhan 4.



Anjurkan



untuk



makan



makanan



tinggi protein, vitamin C dan zat besi.



c. Ketidakseimbangan



nutrisi:



kurang



jaringan



dan



zat



besi



untuk



pembentukan hemoglobin.



dari



kebutuhan



tubuh



berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis. Tujuan : Dalam Waktu 3 Hari nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: 1) Nafsu makan bertambah 2) Asupan nutrisi adequate.



23



1.



Intervensi Berikan dan jaga keseimbangan cairan



1.



dan elektrolit dengan pemberian infuse



Rasional memenuhi



Untuk



kebutuhan



nutrisi bila lewat oral belum memungkinkan atau bising usus



2.



Buatkan makanan secara bertahap dari cair , lunak dan makanan bila bising



3.



sangat lemah. 2.



Bising usus normal antara 6-12



usus sudah normal



x/menit, makanan



Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi



dicerna.



baru dapat



sering. 3.



Untuk



menghindari



mual,



sehingga intake adequate.



4. Implementasi Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksaan dari rencana yang telah



ditetapkan.



Dalam



pelaksanaannya



perawat



menerapkan



pengetahuan, sikap dan keterampilan berdasarkan Ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan yang ingin dicapai selanjutnya dilakukan penilaian tiap hari melalui catatan perkembangan. 6. Dokumentasi Setelah melakukan asuhan keperawatan setiap data, rencana maupun



tindakan



serta



evaluasi



yang



harus



dilakukan



harus



didokumentasikan.Hal ini dilakukan agar dapat diketahui bagaimana perkembangan klien tiap harinya.



24



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita. Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah keperawatan seperti Hambatan Rasa Nyaman, Resiko Infeksi dan Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan untuk intervensi keperawatannya merujuk pada diagnose nanda, nic dan noc. . 3.2 Saran Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.



25



DAFTAR PUSTAKA Anwar, Syamsiah. 2013. Laporan Pendahuluan dan Askep Infeksi Post Partum. https://www.scribd.com/doc/135289665/Laporan-Pendahuluan-Dan-AskepINFEKSI-POST-PARTUM diakses pada tanggal 25 Mei 2019 pukul 10.00 WIB. Bulechek, G.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC).6th Edition. Missouri: Elseiver Mosby. Herdman, T. Heather. 2018-2020. Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020, Edisi 11. Jakarta: EGC. Lowdermilk, Perry dan Cashion. 2013. Keperawatan Maternitas Edisi 8- Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health Outcomes.5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder Ratnawati, Ana. 2016. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Zaenuri, Alwan. 2012. Infeksi Post Partum. https://www.scribd.com/doc/102706539/INFEKSI-POST-PARTUM diakses pada tanggal 25 Mei 2019 pukul 10.15 WIB.



26