Makalah Intelegensi & Kreativitas Klp. 11 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INTELEGENSI DAN KREATIFITAS



OLEH : KELOMPOK 11 A.A. Istri Mirah Ambarawati



P07120016059



Risqi Nurainni P07120016060 Ida Ayu Komang Laksmi Dewi



D III JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR 2016/2017



1



P07120016067



KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul



“IntelegensidanKreativitas”.



Terimakasih



kepadadosenpembimbingmatakuliahPsikologiyang telah memberikan tugas ini kepada kami dan tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikian. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami dapat berhasil menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi dukungan baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal yag ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini, karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.



Denpasar, November 2016



Penulis



2



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.………………………………………..……….….i DAFTAR ISI……………………………..……..…………..…………..ii KATA PENGANTAR………………………….………...……………iii BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang……….….……………...……..............1



1.2



Rumusan Masalah…….............................................2



1.3



Tujuan…………………….……...………...……..........2



1.4



Manfaat………………..……………………...…….......2



BAB II PEMBAHASAN 2.1



PengertianIntelegensi………………………………...3



2.2



Faktor yang mempengaruhiIntelegensi...................6



2.3



KlasifikasiIntelegensi...............................................7



2.4



PengukuranIntelegensi……………………………….8



2.5



GangguanIntelegensi………………………………...9



2.6



PengertianKreativitas............................................10



2.7



AspekatauUnsurKreativitas.................................10



2.8



Faktor yang mempengaruhikreativitas………….....11



2.9



Karakteristik yang mendukungkreativitas………....12



2.10



HubunganIntelegensidenganKreativitas………....18



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan…………………………….………...…....20



3.2



Saran…………………….........................................20



DAFTARPUSTAKA....................................................................22



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang unik artinya, tidak ada satu individupun yang persis sama dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan



yang



sering



kita



jumpai



adalah



kecepatan



dan



kemampuan individu dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan masalah atau persoalan yang sama, pada individu yang mampu dengan cepat memecahkannya, namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu memecahkannya. Hal itulah uang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau intelegensi itu memang ada, dan berbeda-beda antara satu individu dengan individu yang lain. Individu yang taraf intelegansinya tinggi akan mudah memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu



yang



taraf



intelegensinya



rendah



hanya



mampu



memecahkan masalah yang mudah. Misalnya, pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu dengan cepat dan benar begitu pula juga sebaliknya. Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar. Prestasi



belajar



mahasiswa



salah



satunya



ditentukan



oleh



intelegensi. Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang intelegensi, bakat dan kreativitas.



4



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Intelegensi? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Intelegensi? 3. Bagaimana Klasifikasi Intelegensi? 4. Bagaimana Pengukuran Intelegensi? 5. Apa saja gangguan Intelegensi? 6. Apa pengertian kreativitas? 7. Apa saja aspek atau unsur kreativitas? 8. Faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas? 9. Apa karakteristik Individu yang mendukung kreativitas? 10. Bagaimana hubungan Intelegensi dengan kreativitas? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa pengertian Intelegensi 2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Intelegensi 3. Mengetahui Klasifikasi Intelegensi 4. Mengetahui Pengukuran Intelegensi 5. Mengetahui gangguan Intelegensi 6. Mengetahu pengertian kreativitas 7. Memahami aspek atau unsur kreativitas 8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kreativitas 9. Memahami karakteristik Individu yang mendukung kreativitas 10. Memahami hubungan intelegensi dengan kreativitas



1.4 Manfaat Dengan di buat makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk



menambah



pengetahuan



tentang



kreativitas yang ada didalam diri seseorang.



5



intelegensi



dan



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengertian Intelegensi



Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “intelligence” yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Secara umum inteligensi sringkali disebut kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang memiliki inteligensi tinggi disebut cerdas atau jenius. Sampai saat ini para ahli belum ada kesamaan pendapat tentang pengertian inteligensi, mengingat inteligensi merupakan suatu konsep yang kompleks, sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas pikiran (Wechsler, 1975). Solso (1988) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan dalam memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan kemampuan untuk memahami berbagai konsep kongkrit dan abstrak, dan menghubungkan diantara objek dengan gagasan, menggunakan pengetahuan dengan cara-cara yang lebih efektif. Stern (dalam Walgito. 2008) mengemukakan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan organ berpikir sesuai tujuanya. Dari pengertian ini tampak bahwa Stern menekankan tentang inteligensi pada soal penyesuaian diri terhadap keadaan yang ada. Orang yang intelegen lebih cepat dalam menyesuaikan diri dari pada orang yang kurang intelegen. Thorndike (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang di anggap intelegen jika responnya merupakan respon yang baik atau sesuai dengan stimmulus yang diterimanya. Agar dapat memberikan respon yang tepat individu harus memilliki lebih banyak hubungan stimulus-respon. Keadaan demikian dapat diperoleh dari pengalaman yang diperolehnya. Terman membedakan adanya ability yang berkaitan dengan hal-hal yang kongkrit dan ability yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak (Harriman, 1958). Dari berbagai pengertian tadi tergambar tentang beragamnya pengertian atau definisi inteligensi tersebut. Morgan, King, dan



6



Robinson (1984) menyatakan bahwa ada dua pendekatan pokok dalam memberikan definisi tentang inteligensi yaitu : 1. Pendekatan atau teori faktor Dari pendapat para ahli tentang inteligensi dapat dikeukakan bahwa dalam inteligensi tersebut terdapat faktor tertentu yang membentuk inteligensi. Faktor yang membentuk inteligensi diantara para ahli juga belum terdapat satu kesamaan.Thorndike (dalam Skinner, 1959) dengan teori multi faktornya menyatakan bahwa inteligensi tersusun dari berbagai faktor, dan faktor itu sendiri dari elemenelemen, dan tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom merupakan hubungan stimulus respon.Jadi aktifitas yang berkenaan dengan intelegensi merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang bekombinasi satu dengan yang lainnya. Menurut Spearman inteligensi itu mengandung dua macam faktor yaitu General ability atau factor umum (factor G) dan special ability tau factor khusus (factor S), oleh karena itu teori Spearman terkenal dengan teori dwi faktor atau two factortheory (Walgito, 2008), berikut penjelasn dari masing-masing faktor : Adalah faktor yang terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara individu satu dengan individu yang lainnya. General ability selalu terdapat dalam setiap performance. 1) Special ability (faktor khusus)/(faktor S) Merupkan faktor yang bersifat khusus mengenai bidang tertentu . Jadi faktor S itu banyak, S1, S2, S3, S4, dan seterusnya. Tiap-tiap performance selalu ada faktor G dan faktor S, sehingga dapat di ormulasikan sebagai berikut P=G+ S. Faktor S itu bersifat khusus, jika individu menghadapi persoalan yang berbeda-beda maka faktor S nya pun berbeda-beda . Misalnya seseorang menghadapi tiga macam persoalan yang berbeda-beda, secara skematis dapat dikemukakan : P1 = G + S1 P2 = G + S2 P3 = G + S3



7



Burt memiliki pandangan yang berbeda, tetapi melengkapi pandangan Spearman. Menurut Burt disamping General ability dan special ability masih terdapat faktor yang lain lagi yaitu common ability atau common factor atau di sebut juga group factor (Walgito, 2010). Common factor merupakan faktor kelompok dalam kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal bahasa, matematika. Berdasarkan pandangannya maka inteligensi ada tiga macam factor, yaitu factor G, faktor S, dan factor C, dan faktor-faktor ini akan nampak dalam performance individu. Jadi performance individu dapat digambarkan sebagai berikut. P1 = G + S1 + Cx P2 = G + S2 + Cx P2 = G + S3 + Cy Misalnya: Cx adalah common Factor berhitung dan Cy common factor kesenian. Thurstone memilki pandangan yang berbeda lagi dengan para ahli sebelumnya. Menurut Thurstone dalam intelegensi terdapat faktor-fakor primer sebagai berikut : a. S (Spatial relation) Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga dimensi yang berkenaan dengan jarak. b. P (perceptual speed) Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatandalam memberikan judging mengenai perbedaan atau dalam respon terhadap sesuatu yang dilihatnya secara detail. c. V (verbal comprehension) Kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kosa kata, analogi verbal, dan ejenisnya. d. W (word fluency) Kemampuan yang berkaitan kecepatan yang berkaitan dengan kata-kata, anagram dan sejenisnya. e. N (number facility) Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan dalam berhitung. f. M (associative memory)



8



Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya berpasngan. g. I (induction) Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh prinsip atau hukum (Walgito, 2010) 2).Teori orienrasi proses Teori ini berpijak atas proses intelektual dalam penyelesaian masalah. Para ahli cenderung mengulas proses kognitif dari pada proses inteligensi, tetapi dengan maksud tentang hal yang sama (Morgan, King, dan Robinson, 1984). Jean Piaget merupakan pendukung teori ini. Jean Piaget belajar tentang biologi, filsafat, khususnya epystemology, namun kemudian ia bekerja di laboratorium Binet dan membantu dalam standarisasi test. Dari sinilah Jean Piaget memulai psikologi khususnya dalam intelectual ability dalam pengertian kognitif. Teori orientasi proses mengemukakan bahwa ntelegensi diukur dari fungsi proses sensoris, koding, ingatan, dan kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali dalam ingatan (Walgito, 2008). 2.2



Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi Inteligensi sebagai suatu kapasitas yang bersifat umum, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut berasal dari dalam dari dalam diri seseorang maupun berasal dari luar dirinya. Suatu pertanyaan mengenai apakah inteligensi merupakan suatu kemampuan genetik (keturunan) atau faktor lingkungan, sampai saat ini masih dalam perdebatan. Kecenderungan hasil penelitian genetik menunjukan bahwa faktor genetik (keturunan) maupun lingkungan memberi andil terhadap inteligensi yang ada dalam diri individu. Faktor individu memberi andil yang besar sekitar 50-80 % terhadap keberadaan inteligensi seseorang (Suharman, 2005). Plomin dan Spinath (2004) mengemukakan bahwa dalam perspektifperkembangan, pengaruh lingkungan terhadap inteligesiterbesar dari lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika masa anak-anak, kemudian mengalami penurunan setelah bertambah dewasa, seballiknya semakin bertambah dewasa usia anak maka maka faktor genetik makin besar pengaruhnya terhadap inteligensi. Menurut Irwanto dkk (1991) dari faktor bawaan hasil penelitian menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari



9



suatu keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (0.50), bahkan diantara kembar berkolerasi sangat tinggi (0.90), sebaliknya diantara individu yang tidak bersanak saudara kolerasinya rendah sekali (0.20). bukti lain dari adanya pengaruh bawaan adalah hasil-hasil dari penelitian terhadap anakanak yang diadopsi, IQ mereka ternyata masuh berkolerasi tinggi dengan ayah/ibunya bergerak antar 0.40-0.50, sedangkan korelasi dengan orang tua angkatnya sangat rendah yait 0.10-0.20. selanjutnya studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah juga menunjukan bahwa IQ mereka tetap berkolerasi sangat tinggi. Ini menunjukan bahwa meskipun lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi inteligensi seseorang, pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh zat gizi yang dikonsumsi.pemberian makanan bergizi ini merupakan satu diantaranya pengaruh lingkungan yang amat pentng. Irwanto dkk (1991) menyatakan penelitian menunjukan bahwa inteligensi bisa berkurang karena tidak adanya rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan individu. Skeels dan Skodak dalam suatu studi longitudinal menemukan bahwa anak-anak yang dididik dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian dan kurang dorongan lalu di pidahkan ke lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa percaya, dorongan, menunjukan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan. Selain itu seseorang yang hidup bersama dalam keluarga memiliki korelasi kecerdasan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang di rawat secara terpisah. Zajonc dalam berbagai penelitiannya menemukan bahwa anak pertama biasanya memiliki taraf kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Hal ini bisa terjadi karena anak pertama dalam jangka waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa, suatu lingkungan yang memberinya keuntungan intelektual dalam bentuk suatu stimulasi yang lebih terarah (Irwanto dkk, 1991). 2.3



Klasifikasi Intelegensi Dengan bantuan berbagai instrumen tes inteligensi yang telah dikembangkan, inteligensi sebagai suatu ciri yang unik dari seseorang mulai dapat dikelompokan atau diklasifikasikan. Klasifikasi inteligensi sangat ditentukan dari instrumen tes yang digunakan karena klasifikasi tersebut didasarkan oleh skor IQ pada instrumen tes tertentu dan setiap instrumen tes mempunyai skala pengukuran yang berbeda.



10



Irwanto dkk (1991) mengemukakan skala inteligensi yang dikembangkan oleh Wechsler dan klasifikasinya sebagai berikut . Very superior : IQ diatas 128 Superior : IQ 120 – 127 Bright normal : IQ 111 – 119 Average : IQ 91 – 110 Dull normal : IQ 80 – 90 Borderline : IQ 66 – 79 Mntal defective : IQ 65 kebawah 2.4



Pengukuran Intelegensi Setiap orang memiliki intelegensi yang berbeda-beda, sehingga antara individu yang satu dengan yang lainya tidak sama kemampuanya dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada. Perbedaan inteligensidapat dipandang dari perbedaan kualitatif dan perbedaan kuantitatif. Pandangan kualitatif menyatakan bahwa perbedaan intelegensi satu dengan yang lainnya memang secara kualitatf berbeda. Pandangan kuantitatif menyatakan bahwa perbedaan intelegensi itu terjadi karena perbedaan dalam proses belajarnya. Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan istilah psikotest. Hasil pengukuran inteligensi biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu yang dapat menyatakan tinggi rendahnya inteligensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence Quotioen). Prinsip pegukuran ibteligensi adalah membandingkan individu yang di tes dengan norma yang ada. Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang digunakan tes inteligensi. Orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes inteligensi adalah Binet (Walgito, 2008). Setelah Binet menciptakan tes inteligensi, tes inteligensi menjadi berkembang begitu pesat. Tes inteligensi Binet pertama kai disusun dalam tahun 1905 kemudian direvisi oleh Binet sendiri pada tahun 1908 dan tahhun 1911 diadakan revisi lagi sebagai revisi yang ke dua. Tahun 1916 tes Binet direvisi dan diadaptasi disesuaikan penggunaannya di Amerika yang dikenal dengan revisi Terman dari Stanford University dan dikenal dengan Stanford Revision, juga dikenal dengan tes intelegensi Stanford-Binet (Morgan, King, dan Robinson, 1984) . saat itu pula digunakan pengertian Intellegence Quotient atau disingkat dengan IQ. Untuk memperoleh IQ pada



11



anak-anak digunakan rumus IQ = MA/CA. Untuk menghindari adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan dengan 100, sehingga rumusnya menjadi : IQ = MA/CA x 100. MA adalah mental age atau umur mental dan CA adalah chronological age atau umur kronologis yaitu umur yang sebenarnya (Morgan, King, dan Robinson, 1939). Tes intelegensi terus berkembang dan pada tahun 1939 David Wechsler membuat individual intellegence test, yang dikenal dengan Wechsler Bullevue intellegence scale for Children atau sering disebuut tes inteligensi WISC, yang khusus untuk anakanak. Tahun 1955 Wechsler menciptakan test inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal dengan Wechsler Adult Intellegence Scale atau sering dikenal dengan tes tes iteligensi WAIS. Meurut Morgan, King, dan Robinson (1984) ada dua tes intelegensi individual yang paling menonjol yaitu tes Stanford-Binet dan Wechsler Adult Intellence Scale (WAIS). 2.5



Gangguan Intelegensi Menurut Maramis (2004) gangguan inteligensi yang paling sering ditemukan adalah retardasi mental dan demesia. Retardasi mental adalah keadaan dengan inteligensi kurang sejak masa perkembangan atau keadaan kekurangan intelegensi sehingga adannya rendahnya day guna sosial. Retardasi mental ada yang primer disebabkan kemungkinan oleh faktor keturunan, sedangkan retardasi mental skunder disebabkan oleh faktor yang dari luar misalnya : gangguan metabolisme gizi. Gejala dan tanda retardasi mental adalah kapasitas kecerdasan (IQ) sangat rendah,daya ingat lemah, tidak mampu mengurus diri sendiri, acuh tak acuh terhadap lingkungan, minat hanya mengarah pada hal-hal sederhana,perhatianya mudah berpindah-pindah, keterbatsan emosi, dan adanya kelainan jasmani yang khas. Demensia adalah kemunduran inteligensi karena kemunduran otak yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Orang yang mengalami dimensia adalah orang yang tidak bisa mengingat sesuatu yang telah dialaminya.



12



2.6



Pengertian Kreativitas Kreativitas didefinisikan beragam oleh para ahli, tergantung cara pandangnya. a. Sukarti (1983) menyatakan bahwa kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. b. Evans (1991) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan konsepkonsep yang sudah ada, selain juga menemukan hubunganhubungan baru memandang sesuatu menurut perspektif yang baru. c. Solso (1998)mengungkapkan bahwa kreativitas itu adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi. d. Ahli lain Munandar (1982) menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada sebelumnya, menjadi hal yang bermakna dan bermanfaat. e. Torrence (1974) memandang kreatifitas sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untk mengolaborasi suatu gagasan. Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa kreatifitas adalah menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang baru, ide baru, cara pandang yang baru, dan membuat kombinasi yang baru serta memiliki orisinilitas yang bermakna dan bermanfaat. Dari pengertian ini tampak bahwa hakekat kreativitas adalah sesuatu yang baru, bernilai, serta orisinal dan bermanfaat bagi masyarakat. 2.7



Aspek/ Unsur Kreativitas



Suharnan (1998) mengemukakan bahwa dalam kreatifitas terdapat aspek atau unsur. 1. Aktivitas Berpikir Kreativitas selalu melibatkan aspek berpikir dalam diri seseorang. Aktivitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain dan hanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan



13



berbagai kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan, imajiner, penalaran, pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. 2. Menemukan sesuatu yang baru Menemukan sesuatu yang baru yang meliputi kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang semula tidak berhubungan. Kemampuan mengubah pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru dan kemudian membuat kombinasi baru berdasarkan konsep yang telah ada dalam pikiran. Aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi, yaitu suatu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi didalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan timbul. 3. Orisinal Pada dasarnya kreativitas dapat dilihat dari adanya suatu produ baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Sifat baru yang terdapat dalam kreativitas adalah: produk bersifat baru dan belum pernah ada sebelumnya, produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi berbagai produk yang sudah ada sebelumnya, dan produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil inovasi dan pengembangan dari hasil yang sudah ada. 4. Produk yang bermanfaat Suatu karya yang dihasilkan dari proses kretif harus memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti lebih mudah dipakai, lebih cepat, lebih enak. Disamping itu dapat medorong, mendidik, menyelesaikan masalah, mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak dari sebelumnya.



2.8



Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Menurut suharnan (1998) ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas seseorang dalam aktivitas kehidupannya. 1) Faktor intrinsik yaitu: intelegensi, bakat, minat, kepribadian dan perasaan. 2) Faktor ekstrinsik yaitu: adat istiadat, sosial budaya,pendidikan dan suasana lingkungan.



14



2.9 Karakteristik Individu Yang Mendukung Kreativitas Ciri-ciri atau karakteristik individu yang mendukung kreativitas ada berbagai hal yang didalamnya termasuk ciri-ciri pokok dan ciriciri yang memungkinkan serta ciri-ciri sampingan. Campbell (1986) mengemukakan hal tersebut sebagai berikut. 1. Ciri Pokok a. Memiliki kelincahan mental Kelincahan mental (mental agility) adalah kemampuan untuk bermain dengan ide, gagasan, konsep, lambang, kata-kata, angka, dan melihat hubungan yang tidak biasa antara unsur tersebut. Berpikir dari segala arah (kelincahan mental) atau sering disebut convergent thinking merupakan kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan mengarahkan fakta itu pada masalah yang dihadapi. Dengan cara itu ada kemungkinan besar dihasilkan penyelesaian yang tepat tentang masalah itu. Orang kreatif memiliki kemampuan itu dengan baik, dan kemampuan-kemampuan itu menjadi semakin baik dan berfungsi semakin baik karena digunakan dan dilatih secara teratur. b. Berpikir kesegala arah Berpikir kesegala arah atau divergent thinking merupakan kemampuan untuk berpikir dari satu ide, gagasan, menyebar kesegala arah, dan segi.berpikir kesegala arah mendorong kita untuk mencari berbagai jawaban yang berbeda dan yang mungkin,daripada langsung mencari jawaban yang benar. c. Fleksibilitas konseptual Merupakan suatu kemampuan secara spontan mengganti cara pandang,pendekatan dan aktivitas yang tidak berjalan. Secara cepat individu dapat menyelesaikan masalah dengan mengganti yang tidak ada pada saat diperlukan ditempat tersebut. d. Orisinalitas Merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan, penyelesain, cara kerja yang tidak lazim yang jarang bahkan mengejutkan. Contoh: apakah manfaat topi baja? Orang yang tidak orisinal kebanyakan menjawab untukmelindungi kepala dari panas, dingin, angin pukulan dan



15



sebagai hiasan kepala. Orang orisinal akan mengatakan: untuk mengambil air dari sungai, untuk tempat duduk dan untuk tempat mengumpulkan peralatan bengkel besi. e. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas Hasil penelitian menemukan pada umumnya orang kreatif lebih menyukai kesulitan daripada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, cenderung yang banyak tali-temalinya (complexity) daripada yang sederhana (simplicity). Dengan keadaan yang demikian mereka dapat menemukan gagasan lain, tali-temali antar masalah yang menakjubkan dan hal baru. Kecenderungan pada hal-hal yang sulit itu dari yang mudah itu, mewarnai hdup orang-orang kreatif dan meliputi sebagian besar aktivitas hidupnya, oleh karena itu tidak jarang mereka mengalami banyak kesulitan. Pengalaman sulit itu memperkaya dan memperluas cakrawala hidup mereka, dan keadaan ini makin menambah daya kreatif mereka. f. Latar belakang yang merangsang Orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang yang dapat menjadi contoh seperti dalam tulismenulis, seni, studi, penelitian dan pengembangan ilmu serta penerapannya, dan dalam suasana ingin belajar, inin makin tahu, ingin maju dalam hal yang ditekuni. Latar belakang yang merangsang (stimulating baground) adalah lingkungan dan suasana yang mendorong itu yang dapat dimulai di keluarga, lingkungan sekolah, tetangga bahkan di dunia kerja. Dalam lingkungan demikian orang kreatif melihat dan mengalami cara hidup dan cara kerja orang-orang yang sudah jadi dalam bidang mereka masing-masing. Bagi orang kreatif dari keadaan itulah mempelajari pengetahuan, melatih kecakapan baru, dan terdorong untuk memiliki sifat khas mereka: terus berusaha, tenang dalam menghadapi kegagalan, tidak putus asa, disiplin, terus mencari ,berprestasi dan bergairah dalam hidup. g. Kecakapan dalam banyak hal Manusia kreatif pada umumnya mempunyai banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang memiliki banyak kecakapan tidak mudah terpaku pada satu bidang kehidupan, dipaksa melewati satu jalur hidup, dan mengerjakan yang itu-itu saja, tetap memiliki banyak ruang,



16



tersedia berbagai jalan untuk melangkah dan variasi dalam cara hidupnya. Berbagai kecakapan tersebut tidak saling mengganggu tapi sebaliknya saling mendukung. Ilmuwan yang sastrawan dapat mengemukakan gagasan ilmiahnya secara jelas dan indah, pelukis yang musikus dapat melukis dengan penuh irama seolah-olah diiringi musik pendukung. Orang yang memiliki banyak kecakapan kancah kehidupannya tampak sebagai sesuatu taman indah yang memiliki bebagai jalan masuk dan dapat dinikmati dari berbagai sudut dan pandangan.



2. Ciri yang memungkinkan Ciri yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan gagasan kreatif yang sudah dihasilkan, meliputi. a. Kemampuan untuk bekerja keras Orang kreatif melukiskan dirinya “saya hanya bekerja keras” mereka bekerja keras membanting tulang, memeras tenaga berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.mereka sungguh hidup dalam aktivitas kreatif dibidang seni, ilmu, politik, hukum, dan dagang. Pekerjaan mereka seperti menelan mereka. Orang yang kurang produktif tampak loyo, tanpa gairah, tanpa semangat, tujuan tampak tidak terarah, tanpa cita-cita, tidak akan pernah menjadi orang kreatif. Orang kreatif adalah pekerja keras, namun tidak tegang, serius tetapi santai, karena kerja sudah menyatu dengan gaya hidupnya, mereka memiliki kemampuan bekerja keras. b. Berpikir mandiri Orang kreatif memiliki rasa individualitas yang kuat, mereka membuat keputusan sendiri, percaya dengan daya pikirnya, dan percaya dengan pendapatnya sendiri. Dalam situasi tertekan oleh kelompok, orang kreatif tidak mudah tunduk, mereka minta penjelasan tentang pendapat umum itu dan mengutarakan pendapat mereka sendiri dengan alasan-alasannya. Mereka tidak mudah dipermainkan oleh pendapat umum. Mereka juga tidak begitu saja, melepaskan pendapat sendiri tanpa melihat sanggahan melawan yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka jika mereka menerima pendapat umum dan melepas pendapat sendiri bukan karena tekanan, tetapi karena kebenaran persoalan yang dirasakan dan dipikirkannnya. Orang kreatif mampu menghadapi dengan tenang dalam silang pendapat,



17



tidak mudah termakan kabar angin, issue, gossip, dan kabar burung, pikirannya tidak mudah digoyang oleh hal kecil yang menggoda. Mereka lurus, konsisten, dan maju terus dengan nyala obor kebenaran yang yang dilihat dan diperoleh dari daya pikirnya. Orang yang berpikiran mandiri, orang kreatif bisa jadi kaku. Sulit menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, atau ia sangat kuat mempertahankan pendapat sendiri. Keadaan demikian dapat merusak suasana kebersamaan. Orang berpikir mandiri adalah orang kreatif yang dapat bertindak, berbuat atau merencanakan sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, sebagai konsekuensi logis dari suatu keputusan kreatif. Perlu diketahui bahwa kecenderungan berpikir mandiri itu bukanlah merupakan unsur masukkan yang pokok dalam proses kreatif, tetapi memberikan ketegasan untuk bertahan dan terus maju mencapai sesuatu yang diperlukan untuk mewujudkan ide atau gagasan kreatif. Menciptakan ide atau gagasan kreatif adalah suatu hal, dan membuat ide atau gagasan itu dapat diwujudnyatakan dalam produk kreatif adalah hal yang lain lagi. Dunia ini dipenuhi oleh orang yang berpikir berbeda-beda,tanpa nyali untuk tetap bertahan untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam produk nyata, betapapun cemerlangnya ide atau gagasan itu ditemukan tetaplah tinggal ide atau gagasan yang tidak dapat diwujudkan dalam rangka memperkaya kehidupan. Kemandirian orang kreatif bukanlah kemandirian asal mandiri dan demi mandiri sendiri, tetapi kemandirian atas dasar kebenaran, terbuka untuk menerima pandangan-pandangan lain dan menjadi “abdi” untuk mewujudkan “impian” mereka menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu, mandiri kemudian, dan mandiri untuk menjelmakan kebenaran. c.



Pantang menyerah Ada orang yang percaya akan pikirannya sendiri dan tidak terlalu ambil pusing pendapat orang lain dan sebagian orang lagi memiliki gambaran baik tentang diri sendiri sebagai akibat keberhasilannya dimasa lampau, sehingga orang kreatif tidak takut gagal. Mereka senang, rela dan mau mencoba lagi tanpa mengenal menyerah, bahkan terkadang mereka tidak melihat kegagalan sebagai kegagalan, tetapi hanya gangguan kecil yang tidak mengenakkan dijalan menuju sukses.



18



d. Mampu berkomunikasi dengan baik Pencipta paling cemerlang didunia ini tanpa kecakapan berkomunikasi tidaklah efektif. Pada umumnya orang kreatif juga sebagai komunikator yang baik, jelas dan terarah. Tanpa kecakapan komunikasi ide atau gagasan mereka tidak bisa ditangkap dengan lengkap dan benar, argumennya tidak terumuskan dengan benar dan meyakinkan. Maka tidaklah mengherankan bahwa orang kreatif adalah penulis dan penceramah yang baik. Kecakapannya itu menarik perhatian masyarakat untuk suatu karya cipta yang baru, berupa ide, gagasan, penyelesaian, dancara kerja yang baru. e. Lebih tertarik pada konsep daripada hal kecil Orang kreatif tidak terserap oleh hal kecil dari berbagai hal yang dihadapinya. Mereka lebih tertarik pada konsep daripada detail, mereka tidak sejak awal mencurahkan perhatian pada cara menyelesaikan masalah, tetapi pada pemahaman menyeluruh tentang berbagai hal dalam hubungan masalah tersebut dengan hal yang lain. Pendekatan konseptual yang menyeluruh ini pada umumnya akan menghasilkan penyelesaian masalah secara kreatif dan seimbang. f.



Keingintahuan intelektual Orang kreatif memiliki keingin tahuan (intelectual curiosity) yang tidak habis-habisnya mengenai hal yang ditemukan dalam hidupny. Orang mengatakan: pada umur1-7 tahun suka bertanya “mengapa”, pada umur 7-17 tahun suka mengajukan soal “mengapa tidak”, dan pada umur 17-70 tahun kita suka berkata “karena”. Dengan perkataan lain semakin menjadi tua, semakin ehilangan keingin tahuan. Hal demikian menyebabkan kita tidak terdorong untuk mendapatkan pengalaman baru dan mencari hal-hal yang baru, ini menghambat kreativitasnya.



g. Kaya humor dan fantasi Kebanyakan orang kreatif memiliki rasa humor yang tinggi dan kaya dengan fantasi. Mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk mengatur pikiran, emosi, dorongan hati, dan gejolak jiwanya. Mereka hidup dalam dunia yang penuh permainan dan khayalan. Mereka mampu memperoleh dunia yang lebih luas dan penuh berbagai unsur menarik, hal yang demikian dapat mendorong mereka makin aktif dalam kegiatan



19



kreatif. Kekayaan humor dan fantasi tentu tidak selalu menyenangkan orang, karena kekurangan minat pada pengendalian berpikir, mengungkapkan emosi dan menyatakan dorongan hati. Orang kreatif dapat keluar dari jalur adaftif dan norma yang ada dalam masyarakat, sehingga sering disebut kurang sopan dan tidak bisa beradaptasi. h. Tidak segera menolak ide Saat diajukan suatu ide atau gagasan pada orang kreatif tidak begitu saja menolaknya walaupun ia melihat kekurangannya. Ide atau gagasan itu dilihat secara menyeluruh dan rinci dengan berbagai pertimbangan, ia mencari segala unsur menarik dari ide atau gagasan itu dan mengesampingkan kekurangankekurangannya. Orang-orang kreatif memiliki pendirian bukan hanya mendekati masalah dari unsur positif dan negatifnya, tetapi lebih dari segi menariknya, karena kreatifitas justru lahir dari kemampuan mengembangkan unsur menarik dari suatu ide,gagasan, penyelesaian, cara dan kemungkinan baru mengenai masalah tersebut. i.



Arah hidup yang matang Orang yang kreatif kebanyakan menampakkan dalam diri mereka sikap terlibat dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidupnya,dan ada rasa ditakdirkan. Mereka merasa mendapat kemampuan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas hidup ditempat dan dizamannya. Mereka memandang dirinya unik, tugas yang unik di ruang hidup tertentu. Orang kreatif sungguhsungguh ada didalam motivasi untuk terus berkarya mencapai cita-cita,memenuhi tugas hidup, dan memainkan peranan dalam kehidupan itu. Umumnya orang yang kreatif sanggup menderita, menanggung, dan mengatasi kegagalan, dan maju ters pantang mundur untuk meraih keinginan yang didambakannya.



3. Ciri sampingan Ciri sampingan ini mempengaruhi perilaku orang kreatif. Banyak orang kreatif memiliki ciri yang membuat mereka sulit diterka, sulit bergaul dan hidup dengan mereka, serta sulit diatur.ciri ini bukan untuk kreatifitas tetapi menjadi efek samping dari kreatifitasnya. Ciri sampingan ini antara lain. a. tidak mau tahu jalan pikiran orang lain



20



orang kreatif berpikir sendiri, ia tidak ambil pusing mengenai sesuatu yang dipikirkan orang lain, akibatnya ia tidak peka dengan perasaan orang lain disekitarnya. Biasanya ia kurang memperhatikan adat yang berlaku, tampak aneh, dan angkuh. b. Kekacauan psikologis. Orang kreatif lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, tidak mengendalikan perasaan dan tidak peduli dengan keberadaan orang lain. Memandang dunia dengan kacamata berbeda dari yang lazim, hidup dengan aturan yang tidak biasa, bertindak atas dasar perhitungan khusus, dapat membawa orang kreatif ke dunia bathin yang penuh dengan angin taufan. Hal yang demikian dapat membawa mereka ketengah kekacauan psikologis dan dapat mengakibatkan hidup jadi berantakan, perkawinan hancur, kehilangan pekerjaan, minum-minuman keras, bahkan bisa melakukan bunuh diri. Orang aneh ,suka minum, asosial, tidak dengan sendirinya kreatif. Ciri tadi merupakan akibat dari integritas kepribadian orang kreatif dan situasi bathin yang diakibatkan oleh kreatifitas. Ekses negatif dari orang keatif tadi dapat diarahkan, dan diatasi dengan refleksi dan olah diri. Kreatif tidak mesti aneh orang kreatif dapat juga biasa saja, sopan dan bermasyarakat.



2.10



Hubungan Intelegensi Dengan Kreativitas



Kreativitas merupakan suatu aktivitas berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, tindakan baru, dan penyelesaian suatu masalah yang baru. Sudah tentu kreatifitas memerlukan peran intelegensi pada tingkatan tertentu, karena intelegensi maupun kreatifitas merupakan suatu kemampuan intelektual, namun keduanya memiliki dimensi yang berbeda. Intelegensi lebih dekat dengan berpikir konvergen yaitu mencari dan memilih satu jawaban yang terbaik atau paling cocok, sedangkan kreativitas lebih dekat dengan dimensi berpikir divergen yang menghasilakn berbagai alternatif jawaban (Hattie dan Roger, 1986). Didalam proses kreatif sudah barang tentu terdapat tahapan-tahapan berpikir konverge, sehingga sampai saat ini intelegensi diaggpa sebagai variabel penting dalam hubungannya dengan kreatifitas. Penelitian Munandar (1982) menemukan korelasi positif dan signifikan antara intelegensi dengan kreativitas dengan angka



21



korelasi sebesar 0.53. suharnan (1998) menemukan angka korelasi sebesar 0.23, dan hasil penelitian terbaru dari Kuncel, Hezlett, dan Ones (2004) menemukan korelasi sebesar 0.36. berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian sebelumnya, korelasi antara intelegensi dengan kreatifitas bergerak dari tingkat rendah sampai tingkat sedang. Dapat disimpulakan bahwa orang yang memiliki intelegensi tinggi cenderung lebih kreatif daripada mereka yang memiliki intelegensi rendah, tetapi hal ini tidak berarti bahwa dengan makin tinggi intelegensi seseorang maka dengan sendirinya akan menjadikan ia lebih kreatif darpada yang lain. Hal ini harus disadari mengingat antara intelegensi dengan kreatifitas menunjukkan korelasi yang tidak sempurna(Halpern, 1996).



22



BAB III PENUTUP



3.1 KESIMPULAN Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude). Dalam proses belajar mengajar, prestasi



belajar



mahasiswa



salah



satunya



ditentukan



oleh



suatu



aktivitas



berpikir



untuk



intelegensi. Kreatifitas menghasilkan



merupakan



gagasan-gagasan



baru,



tindakan



baru,



dan



penyelesaian suatu masalah yang baru. Sudah tentu kreatifitas memerlukan peran intelegensi pada tingkatan tertentu, karena intelegensi



maupun



kreatifitas



merupakan



suatu



kemampuan



intelektual, namun keduanya memiliki dimensi yang berbeda. Intelegensi lebih dekat dengan berpikir konvergen yaitu mencari dan memilih satu jawaban yang terbaik atau paling cocok, sedangkan kreativitas lebih dekat dengan dimensi berpikir divergen yang menghasilakn berbagai alternatif jawaban (Hattie dan Roger, 1986). 3.2 SARAN 1. Pendidik



diharapkan



semaksimal



mungkin



memfasilitasi



perbedaan kecerdasan para peserta didik agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien. 2. Pendidik



harus



bijaksana



dalam



menyikapi



perbedaan



kecerdasan para peserta ddik agar peserta didik mampu mencapai keberhasilan dalam belajar secara maksimal.



23



3. Kepada orang tua diharapkan mengetahui dan memahami tingkat kecerdasan anaknya dan ikut berperan serta dalam membimbing peserta agar peserta didik dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki. 4. Kepada peserta didik diharapkan untuk belajar tekun dan terus meningkatkan kemampuan intelek.



24



DAFTAR PUSTAKA



Candra, I Wayan. 2016. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa. Denpasar:Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan.



Sunaryo. 2010. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran



Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta



25