Makalah Kebenaran Ilmiah Dan Sikap Ilmiah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEBENARAN ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH



Disusun Oleh : Sagita Br Sihaloho 1805030172



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS QUALITY 2019/2020



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyususan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena berbagai keterbatasan kemampuan dan fasilitas yang dimiliki oleh penulis.



Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Meteologi Pendidikan Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik isi maupun penulisan tata bahasa dalam makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini. Agar makalah ini dapat berguna bagi semua orang. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.



Medan, September 2020 Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................i DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .......................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................2 1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................2 1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1  Pengertian Kebenaran ............................................................................................3 2.2 Teori-Teori Kebenaran Ilmiah ................................................................................9 2.3 Keterkaitan Antara Fakta Dengan Kebenaran ........................................................10 2.4 Pengertian Sikap ilmiah Dan Macam-macam Sikap Ilmiah .................................13 BAB III PENUTUP  3.1 Simpulan ...............................................................................................................14 3.2 Saran .....................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang



Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran dalam perenungannya akan menemukan tiga bentuk eksistensi, yaitu agama, ilmu pengetahuan dan filsafat. Agama mengantarkan pada kebenaran dan filsafat membuka jalan untuk mencari kebenaran.[1] Filsafat dipahami sebagai suatu kemampuan berpikir dengan menggunakan Rasio dalam menyelidiki suatu objek atau mencari kebenaran yang ada dalam objek yang menjadi sasaran. Kebenaran itu sendiri belum pasti melekat dalam objek. Terkadang hanya dapat di benarkan oleh persepsi-persepsi belaka, tanpa mempertimbangankan nilai-nilai universal dalam filsafat.



1.2 Rumusan Masalah



1.Apa arti kebenaran ? 2.  Sebutkan dan jelaskan teori-teori kebenaran ? 3. Apa keterkaitan antara fakta dengan kebenaran ? 4. Jelaskan pengertian sikap ilmiah dan macam-macamnya?



3



1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui kebenaran 2. Untuk mengetahui teori-teori kebenaran 3. Untuk mengetahui keterkaitan fakta dengan kebenaran 4. Untuk mengetahui pengertian macam-macam sikap ilmiah



1.4 Manfaat Penulisan Adapun maanfaat penulisan makalah ini adalah memahami dan memperluas wawasan tentang Kebenaran ilmiah dan sikap ilmiah



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengertian kebenaran Kebenaran adalah satu nilai utama didalam kehidupan manusia. Sebagai nilainilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusia atau martabat manusia selalu berusaha memeluk suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah, tidak bisa dipisahkan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri, sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Disamping itu, proses untuk mendapatkan haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Tentang kebenaran ini, plato pernah berkata : apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab: “kebenaran itu adalah kenyataan” tetapi bukanlah kenyataan itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran atau keburukan. Jadi ada dua



4



pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi disatu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan atau ketidak benaran. Dalam bahasan ini, makna kebenaran dibatasi pada kekhususan makna kebenaran keilmuan (ilmiah). Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun kekal, melainkan bersifat relatif, sementara, dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri.Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Lalu, apa yang dimaksud dengan ilmiah? Dalam kamus dijelakan ilmiah berasal dari kata ilmu artinya pengetahuan. Namun, dalam kajian filsafat antara ilmu dan pengetahuan dibedakan. Pengetahuan bukan ilmu, tetapi ilmu merupakan akumulasi pengetahuan. Sedangkan yang dimaksud ilmiah adalah pengetahuan yang didasarkan atas terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Jadi yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek kesesuian ini didukung dengan syarat-syarat tertentu yang oleh jujun S.Sumantri disebut dengan metode-metode, juga didukung dengan teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran ilmiah divalidasi dengan buktibukti empiris yaitu hasil pengukuran objektif dilapangan. Sifat objektif berlaku umum dapat diulang melalui eksperimen, cenderung amoral sesuai apa adanya. bukan apa yang seharusnya yang merupakan ciri ilmu pengetahuan.



2.2 Teori-teori Kebenaran Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan tertentu yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode sistematis, melalui penelitian analisis dan pengujian data secara ilmiah yang dapat kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang kebenaran antara lain : 1)      Teori Kebenaran Korespondensi(penyesuaian) Adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. 5



Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif(fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan pertimbangan itu,serta berusaha untuk melukiskannya, karena Kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. (Titus,1987:237) Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut(susiasumantri, 1990:57). Misalnya jika seseorang mengatakan “Matahari terbit dari Timur” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut bersifat faktual atau sesuai dengan fakta yang ada bahwa Matahari terbit dari timur dan tenggelam diufuk barat. 2)      Teori Koherensi atau konsistensi Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya, yaitu menurut logika. Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang dilarang oleh Allah” adalah suatu pernyataan yang benar. Maka pernyataan bahwa “mencuri perbuatan maksiat, maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua  konsisten dengan pernyataan yang pertama. 3)      Teori Pragmatik Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu teori tergantung pada peran fungsi teori tersebut bagi manusia untuk kehidupannya dalam lingkup ruang waktu tertentu. Teori ini juga dikenal dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat memecahkan segala aspek permasalahan. Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan yang diartikan salah adalah yang tidak berguna(useless). Bagi para pragmatis, ujian kebenaran adalah kegunaan(utility), dapat dikerjakan (Workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan. Misalnya, seiring perkembangan zaman, teknologi pun semakin canggih. Para ilmuan menemukan teknologi-teknologi baru untuk mempermudah pekerjaan manusia, telepon genggam berupa smartphone contohnya. Penemuan dan pengaplikasian smartphone tersebut dikatakan benar karena dapat berguna untuk mempermudahkan pekerjaan manusia. 4)      Teori Performatif Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Misalnya mengenai penetapan 1 syawal. Sebagian muslim di indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI. Sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, dan



6



pemimpin masyarakat. Kebenaran performatif dapat membawa kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak bisa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.



2.3 Keterkaitan Antara Fakta Dan Kebenaran  Kebenaran adalah sesusatu yang ada secara objektif, logis, dan merupakan sesuatu yang empiris. Sedangkan fakta merupakan kenyataan yang terjadi yang dapat diterima secara logis dan dapat diamati secara nyata dengan pancaindra manusia. Kasus jatuhnya pesawat Mandala di Medan beberapa tahun yang lalu merupakan contoh suatu fakta yang terjadi dilapangan. Kenyataan berupa kasus jatuhnya pesawat tersebut merupakan sesuatu kasus yang benar adanya. Dengan kebenaran atas terjadinya kecelakaaan pesawat merupakan suatu fakta yang tidak bisa dibantah lagi atas kebenarannya, baik secara logika maupun secara empiris. Contoh lain, shalat dapat mencegah manusia kepada kemungkaran merupakan suatu kebenaran wahyu yang tidak dapat dibantah lagi, baik secara logika maupun secara empiris, karena dalam kenyataanya apabila orang shalatnya baik dan benar, maka perilakunya menjadi bagus dimasyarakat.             Dari uraian dan kedua contoh diatas, menunjukan bahwa antara kebenaran dan fakta merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan kata lain, antara fakta dan kebenaran, dan antara kebenaran dengan fakta merupakan dua hal yang berkaitan dengan sangat erat.



2.4 Pengertian Sikap Ilmiah Dan Macam-macam Sikap Ilmiah Sikap ilmiah adalah suatu sikap menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar tanpa mengenal putus asa dengan ketekunan dan keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalanpersoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Sikap terhadap obyek 7



ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana dihadapkan dengan suatu masalah atau obyek. Macam-macam Sikap Ilmiah Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan ilmiah. Dengan perkataan lain, kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah: 1. Jujur Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itu, kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Kejujuran merupakan bekal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut dapat dipercaya dan diberi amanat oleh banyak orang. 2. Terbuka Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain. Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain dalam pergaulan. 3. Toleran Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang 8



rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. 4. Skeptis Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi. Namun, skeptis bukan berarti sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum teruji dan didukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan. Seseorang yang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah. Bila ilmuwan tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, kemungkinan ada informasi yang salah sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun salah. Oleh karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya. Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh. Secara sepintas skeptis dan apatis memiliki kesamaan arti dan maksud. Skeptis berarti sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian dan curiga merupakan sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan sehingga menjadi sebuah sikap yang kreatif dan bersifat konstrukstif. Seseorang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi, dan dijelaskan secara akurat. Dengan bersikap skeptis dapat ditemukan titik terang, kepastian, dan kebenaran.



5. Optimis Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya”. Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa humor yang tinggi. Sikap optimis berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu dijadikan sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Jika seorang ilmuwan mempunyai keinginan dan tujuan yang 9



sangat besar dan juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri, maka segala tujuan pasti akan cepat tercapai/terwujud. Percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Percaya diri tanpa optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk mendorong apa yang dipikirkan dan akan dilakukan. Percaya diri sangat membutuhkan sikap optimis.



6. Pemberani Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti Copernicus, Galilleo, Socrates, dan Bruno. Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani menentang konsep bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi (Geosentris). Galilleo mendeklarasikan bahwa matahari adalah menjadi pusat tata surya, dan bumi serta planet lainnya berputar mengitari matahari (Heliosentris). Socrates memilih mati meminum racun daripada harus mengakui sesuatu yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan kebenaran. Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan adalah kisah Marie Curie seorang fisikawan, kimiawan yang berhasil menemukan zat radio aktif, bertahun-tahun ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, dengan perlahan radiasi unsur tersebut merambah ke dalam tubuh Marie Curie. Marie Curie mengetahui bahwa ia mengindap penyakit kanker. Namun, dalam setiap kuliahnya ia menjelaskan tentang radioaktif tanpa pernah menunjukan ketakutan akan bahaya radiasi. Keadaan tersebut terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri pada saat-saat ajalnya tiba.



7. Kreatif Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut di atas menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguhsungguh. 10



8. Kritis Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis. 9. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya. 10. Sikap Menjangkau ke Depan Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui . jika pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Sedangkan yang dimaksud kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan. Untuk menentukan kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, para filosof bersandar kepada tiga cara untuk menguji kebenaran yaitu koresponden (yakni persamaan dengan fakta), teori koherensi atau konsistensi dan teori pragmatis. Ketiga teori kebenran ini kelihatannya tidakbisa dipakai sebagai pedoman untuk mengukur kebenaran realitas sebagai objek materi pada filsafat ilmu pengetahuan karena masing-masing mempunyai titik kelemahan. Namun secara ontologis dan epistemologis tampaknya bisa memberikan jalan keluar bagi pemecahan persoalan yang muncul dalam realitas itu sendiri.karena ilmu pengetahuan mempunyai aspek yang etis maka teori koheren, korespondensi, dan pragmatis perlu dipertimbangkan secara berturut-turut dan bersamaan. Kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan objek. Pengetahuan yang tidak sesuai dengan objek pandang “keliru”. Objek adalah segala hal yang dapat diraba, disaksikan suatu yang menjadi kajian. Objek yang dikaji memiliki aspek yang banyak dan sulit disebutkan dengan serentak. Kenyataannya manusia(subjek) hanya mengetahui beberapa aspek dari objek. Kebenaran ilmiah menghendaki adanya pengetahuan dapat diterima, karena kebenaran ilmiah muncul melalui syarat-syarat ilmiah, metode ilmiah, didukung teori yang menunjang serta 11



didasarkan kepada data empiris dan dapat dibuktikan. Sangat rasional jika kebenran yang semacam ini menghendaki adanya objek dikaji apa adanya tanpa campur tangan subjek.



12