Makalah Kebijakan Berbahasa (Ragam, Santun, Diksi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEBIJAKAN DALAM BERBAHASA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia” Dosen Pengampu: Sri Nur Yuliyawati, Dra., M.Pd., Dr.



Disusun oleh: Kelompok III (1B-TPJJ) Dea Amanda Putri



221134038



Hanif Daffa



221134042



Lakesha Ezar



221134044



PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG



KATA PENGANTAR



Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmatnya sehingga makalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini tidak bisa diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Nur Yuliyawati yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui penugasan ini. Makalah yang berjudul “Kebijakan Dalam Berbahasa” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga diharapkan bisa memberikan pemahaman baru tentang Kebijakan Dalam Berbahasa. Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami berharap apa yang sudah kami tulis bisa bermanfaat untuk banyak khalayak. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.



Bandung, 07 Februari 2023



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3 BAB I .......................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN....................................................................................................................... 4 A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4 B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4 C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5 BAB II............................................................................................................................................. 6 PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 6 A. Ragam Bahasa Indonesia ................................................................................................. 6 B. Santun Berbahasa ............................................................................................................. 7 C. Diksi ............................................................................................................................... 10 BAB III ......................................................................................................................................... 14 PENUTUP ................................................................................................................................. 14 A. Simpulan......................................................................................................................... 14 B. Saran ............................................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 15



3



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang



Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, budaya, serta bahasa. Berbicara mengenai bahasa, Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi umum yang paling penting dalam mempersatukan seluruh rakyat bangsa Indonesia. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan dalam refleksi rasa, pikiran dan tindakan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia. Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya, maknanya maupun dari segi kosakata dan segi tata bahasanya. Di era modern ini, Bahasa Indonesia telah berkembang secara luas bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar Indonesia, dan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia atas prestasi tersebut. Sehingga Bahasa Indonesia masuk dalam kelompok mata kuliah di setiap Perguruan Tinggi. Mahasiswa yang mempelajari Mata Kuliah Bahasa Indonesia perlu disadarkan akan kenyataan keberhasilan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa Nasional kita yaitu Bahasa Indonesia. Karena kemahiran berbahasa Indonesia bagi para mahasiswa merupakan cerminan dalam tata pikir, tata laku, tata ucap dan tata tulis berbahasa Indonesia dalam konteks akademis maupun konteks ilmiah. Sehingga mahasiswa kelak akan menjadi insan terpelajar bangsa Indonesia yang akan terjun ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai pemimpin dalam daerahnya masing-masing. Mahasiswa diharapkan kelak dapat mengajarkan warga Indonesia yang masih belum mengetahui banyak tentang bahasa Indonesia tentang arti penting bahasa yang sebenarnya sehingga nantinya akan menjadi warga Negara yang dapat memenuhi kewajibannya di mana pun mereka berada dan dengan siapa pun mereka bergaul di wilayah Negara kesatuan republik Indonesia tercinta ini. Kemudian mahasiswa hendaknya dapat menyadari akan pentingnya sejarah, fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional.



B.



Rumusan Masalah



Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas, sebagai berikut. 1. Apa saja macam macam bahasa yang ada di Indonesia? 2. Bagaimana santun berbahasa yang baik dan benar? 3. Bagaimana cara pemilihan kata (diksi) yang benar?



4



C.



Tujuan Penulisan



Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut. 1. 2. 3.



Memberikan penjelasan tentang apa saja macam – macam Bahasa yang ada di Indonesia. Memberikan penjelasan mengenai santun berbahasa yang baik dan benar. Memberikan tentang bagaimana cara pemilihan kata (diksi) yang benar.



5



BAB II PEMBAHASAN



A. Ragam Bahasa Indonesia



a.



Pengertian Ragam bahasa adalah bentuk bahasa yang bervariasi menurut konteks pemakaian (topik yang dibicarakan, hubungan antarpembicara, medium pembicaraan). Ragam bahasa tidak berfungsi sebagai atribut tetap seorang pembicara – bahasawan yang kompeten biasanya menguasai berbagai jenis ragam bahasa dan mampu menyesuaikan ragam yang dipakai dengan situasi dan tujuan berbahasa. Dalam pengertian ini, ragam bahasa berkontras dengan dialek, yaitu varian dari sebuah bahasa yang berbeda-beda menurut kelompok pemakai atau wilayah penuturan. Dalam literatur linguistik, istilah ragam bahasa dan laras bahasa tidak dibedakan secara konsisten. Sebagaimana dimaknai oleh KBBI, kedua istilah tersebut merupakan sinonim. Istilah ragam bahasa sering dibedakan dengan varietas bahasa, yaitu bentuk bahasa yang diperbedakan tanpa menitikberatkan secara khusus pada karakter variasinya. Terdapat berbagai jenis klasifikasi ragam bahasa, sebagai contoh antara lain: 1.



Berdasarkan pokok pembicaraan: a. b. c. d.



2.



Ragam bahasa undang-undang Ragam bahasa jurnalistik Ragam bahasa ilmiah Ragam bahasa sastra



Berdasarkan media pembicaraan: a. Ragam lisan yang antara lain meliputi: b.



Ragam bahasa cakapan Ragam bahasa pidato Ragam bahasa kuliah Ragam bahasa panggung



Ragam tulis yang antara lain meliputi: -



Ragam bahasa teknis Ragam bahasa undang-undang 6



-



Ragam bahasa catatan Ragam bahasa surat



3.



Berdasarkan hubungan sosial antarpembicara: a. Ragam bahasa resmi b. Ragam bahasa akrab c. Ragam bahasa agak resmi d. Ragam bahasa santai b. Penyebab Terjadinya Ragam Bahasa



1. 2. 3. c.



Factor budaya Factor sejarah Factor perbedaan demografi



Membedakan Situasi Ragam Bahasa



1. 2. 3. 4. 5.



Pokok masalah yang sedang dibahas Hubungan antara pembicara dengan pendengar Médium bahasa yang digunakan lisan atau tulisan Área atau lingkungan pembicaraan terjadi, dan Situasi ketika pembicaraan langsung.



B. Santun Berbahasa



a.



Pengertian



Kesantunan bersifat relatif di dalam masyarakat. Ujaran tertentu biasa dikatakan santun di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, akan tetapi di kelompok masyarakat lain bisa dikatakan tidak santun. Tujuan kesantunan termasuk kesantunan berbahasa adalah membuat suasana berinteraksi menyenangkan, tidak mengancam muka dan efektif. Menurut Zamzani, dkk. (2010: 2), kesantunan merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika. Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur yang lain. Kesantunan mencakup intonasi. Menyatakan bahwa intonasi adalah tinggi-rendah suara, panjang-pendek suara, keras-lemah, jeda, dan irama yang menyertai tuturan. Intonasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni intonasi yang menandai berakhirnya suatu kalimat atau intonasi final, dan intonasi yang berada di tengah kalimat atau intonasi nonfinal. Intonasi berfungsi untuk memperjelas maksud tuturan. Oleh karena itu, intonasi dapat dibedakan lagi menjadi intonasi berita, intonasi



7



tanya, dan intonasi seruan. Intonasi seruan itu sendiri masih dapat diperinci lagi menjadi intonasi perintah, ajakan, permintaan, dan permohonan, Sunaryati (dalam Rahardi, 123). Kesantunan berbahasa merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik. Jika seseorang membahas mengenai kesantunan berbahasa, berarti pula membicarakan pragmatik. Kesantunan berbahasa merupakan kesadaran penutur akan martabat orang lain dalam berbahasa lisan maupun tulis. Dalam berbahasa lisan, penutur sadar terhadap martabat mitra tuturnya yang diwujudkan dengan pemilihan kata-kata yang tidak menyinggung perasaan atau mempermalukan mitra tutur baik diikuti gerak air muka (mimik) dan gerakan tubuh (gesture) maupun tidak. Dalam berbahasa tulis, penulis sadar terhadap martabat pembaca yang diwujudkan dengan pemilihan kata-kata yang tepat yang tidak menunjukkan kekuasaan atau menyinggung perasaan pembaca. Kesantunan berbahasa tecermin dalam tatacara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan. Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannnya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur atau penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca. Bahasa yang benar adalah bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah yang berlaku. Seseorang sedang berkomunikasi dalam situasi tidak resmi, mereka menggunakan kaidah bahasa tidak resmi. Ketika seseorang sedang menulis karya ilmiah untuk makalah, skripsi, tesis, atau disertasi mereka menggunakan kaidah bahasa baku. Jika penulis sedang memerankan tokoh pejabat, maka bahasa yang digunakan adalah kaidah bahasa resmi. Masih ada satu kaidah lagi yang perlu diperhatikan yaitu kesantunan. Ketika seseorang sedang berkomunikasi, hendaknya disampaikan baik dan benar juga santun. Kaidah kesantunan dipakai dalam setiap tindak bahasa. Agar pemakaian bahasa terasa semakin santu, penutur dapat berbahasa menggunakan bentuk-bentuk tertentu yang dapat dirasa sebagai bahasa santun, seperti: 1. 2. 3. 4. 5.



Menggunakan tuturan tidak langsung biasanya terasa lebih santun jika dibandingkan dengan tuturan yang diungkapkan secara langsung. Pemakaian bahasa dengan kata-kata kias terasa lebih santun dibandingkan dengan pemakaian bahasa dengan kata-kata lugas. Ungkapan memakai gaya bahasa penghalus terasa lebih santun dibandingkan dengan ungkapan biasa. Tuturan yang dikatakan berbeda dengan yang dimaksud biasanya tuturan lebih santun. Tuturan yang dikatakan secara implisit biasanya lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang dikatakan secara eksplisit.



b. Ciri Kesantunan Bahasa Berdasarkan keenam maksim kesantunan yang dikemukakan Leech, Chaer (2010: 56-57) memberikan ciri kesantunan sebuah tuturan sebagai berikut: 1. Semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginannya untuk bersikap santun kepada lawan tuturnya.



8



2.



Tuturan yang diutarakan secara tidak langsung, lebih santun dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. 3. Memerintah dengan kalimat berita atau kalimat tanya dipandang lebih santun dibandingkan dengan kalimat perintah (imperatif). Zamzani, dkk. (2010: 20) merumuskan beberapa ciri tuturan yang baik berdasarkan prinsip kesantunan Leech, yakni sebagai berikut: 1. Tuturan yang menguntungkan orang lain 2. Tuturan yang meminimalkan keuntungan bagi diri sendiri 3. Tuturan yang menghormati orang lain 4. Tuturan yang merendahkan hati sendiri 5. Tuturan yang memaksimalkan kecocokan tuturan dengan orang lain 6. Tuturan yang memaksimalkan rasa simpati pada orang lain Dalam sebuah tuturan juga diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kesantunan sebuah tuturan, khususnya diksi. Pranowo (2009: 104) memberikan saran agar tuturan dapat mencerminkan rasa santun, yakni sebagai berikut: 1. Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain. 2. Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung perasaan lain. 3. Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain. 4. Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu. 5. Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati. 6. Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga. c.



Faktor Penyebab Munculnya Bahasa yang Tidak Santun Faktor yang menyebabkan pemakaian bahasa menjadi tidak santun adalah sebagai berikut: 1. Penutur menyampaikan kritik secara langsung dengan kata atau frasa kasar. Komunikasi menjadi tidak santun jika penutur ketika bertutur menyampaikan kritik secara langsung kepada mitra tutur. Sebagai contoh, ungkapan-ungkapan yang sering kita dengar dari demo mahasiswa yang mengkritik pimpinan dengan mengunakan istilah-istilah kasar. Komunikasi dengan cara seperti itu dinilai tidak santun karena dapat menyinggung perasaan mitra tutur yang menjadi sasaran kritik. 2. Penutur didorong rasa emosi ketika bertutur. Ketika bertutur, penutur didorong rasa emosi yang berlebihan sehingga terkesan marah kepada mitra tutur. 3. Penutur protektif terhadap pendapatnya. Ketika bertutur, seorang penutur kadangkadang protektif terhadap pendapatnya. Hal demikian dimaksudkan agar tuturan mitra tutur tidak dipercaya oleh pihak lain. 4. Penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur Ketika bertutur, penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur. Perhatikan contoh di bawah ini: “Mereka sudah buta mata hati nuraninya. Apa mereka tidak sadar kalau BBM naik, harga barang-barang lainnya bakal membubung. Akibatnya, rakyat semakin tercekik.”



9



5.



Tuturan di atas terkesan sangat keras dan intinya memojokkan mitra tutur. Tuturan dengan kata-kata keras dan kasar seperti itu menunjukkan bahwa penutur berbicara dengan nada marah, rasa jengkel, dan memojokkan mitra tutur. Penutur menyampaikan tuduhan atas dasar kecurigaan terhadap mitra tutur Tuturan menjadi tidak santun jika penutur terkesan menyampaikan kecurigaan terhadap mitra tutur. Hal ini dapat dilihat pada data tuturan di bawah ini. “... kawasan hutan lindung dan konservasi biasanya dialihfungsikan menjadi areal perkebunan, pertambangan, atau hanya diambil kayunya lalu ditelantarkan.” Tuturan di atas berisi tuduhan penutur kepada mitra tutur atas dasar kecurigaan penutur terhadap yang dilakukan oleh mitra tutur, seperti “... hanya diambil kayunya lalu ditelantarkan.” Tuturan demikian menjadi tidak santun karena isi tuturan tidak didukung dengan bukti yang kuat, tetapi hanya atas dasar kecurigaan. Atas dasar identifikasi di atas, ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidaksantunan pemakaian Bahasa Indonesia: Pertama, ada orang yang memang tidak tahu kaidah kesantunan yang harus dipakai ketika berbicara. Jika faktor ini yang menjadi penyebabnya, terapi yang harus dilakukan adalah memperkenalkan kaidah kesantunan dan mengajarkan pemakaian kaidah tersebut dalam berkomunikasi. Hal ini biasanya terjadi pada anak kecil yang memang belum cukup pengetahuannya mengenai kesantunan berbahasa Indonesia. Kedua, ada orang yang sulit meninggalkan kebiasaan lama dalam budaya bahasa pertama sehingga masih terbawa dalam kebiasaan baru (berbahasa Indonesia). Jika faktor ini yang menjadi penyebabnya, terapi yang harus dilakukan adalah secara perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan lama dan menyesuaikan dengan kebiasaan baru.



C. Diksi Diksi atau pilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat, hasil dari proses atau tindakan pemilihan kata disebut pilihan kata. a.



Kriteria Diksi 1.



Ketepatan Pilihan kata yang digunakan harus mampu mewakili gagasan secara tepat dan dapat menimbulkan gagasan yang sama pada pikiran pembaca atau pendengarnya. Dalam hal ini harus memperhatikan banyak hal seperti: - Kata – kata yang ber makna denotatif dan konotatif - Makna denotatif adalah makna yang engacu pada gagasan tertentu, yang tidak mengandung makna tambahan. Misalnya, kata makan, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. - Makna konotatif adalah makna tambahan yang mengandung nilai rasa tertentu disamping makna dasarnya. Misalnya, kata meja hijau dapat berarti pengadilan dalam makna konotasinya.



10



-



Kata-kata yang bersinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Misalnya, kata cerdas dan cerdik, kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis, namun maknannya sama.



2.



Kecermatan Kecermatan adalah pemilihan kata dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Namun dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan: - Penggunaan makna jamak ganda, - Misalnya, para guru-guru sekolah dasar hadir dalam pertemuan. - Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda - Misalnya, kita harus bekerja keras agar supaya dapat mencapai cita-cita. - Penggunaan makna kesalingan secara berganda, maksudnya makna yang menyatakan tindakan ‘berbalas’. - Misalnya, ia berjalan bergandengan. - Pembetulannya : Ia berjalan bergandengan dengan adiknya. - Konteks kalimatnya - Misalnya, pertemuan kemarin membahas tentang masalah disiplin pegawai. - Pembetulannya : Pertemuan kemarin membahas masalah disiplin pegawai.



3.



Keserasian Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakainnya yang berkaitan dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a. Hubungan makna anatara kata yang satu dan kata yang lain. Contoh : - Ia sering berkunjung ke Yogya di mana dulu ia mengikuti kuliah. Pembetulannya : - Ia sering berkunjung ke Yogya tempat dulu ia mengikuti kuliah. b. Kelaziman penggunaan kat-kata tertentu. Contoh : - Kata besar dalam bahasa Indonesia bersinonim dengan kata raya, agung, dan akbar. Demikian, pemakaian kata itu berbeda-beda, bila di ringkaskan kelaziman itu tampak seperti berikut : - Jalan raya atau jalan besar - Jaksa agung - Guru besar - Pengajian akbar



11



b. Fungsi Jenis Kata atau Kelas Kata Kita telah memahami pengertian jenis kata atau kelas kata. Terdapat beberapa fungsi yang melekat pada jenis kata atau kelas kata tersebut, yaitu: 1. Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret, 2. Membentuk bermacam-macam struktur kalimat, 3. Memperjelas makna gagasan kalimat, 4. Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, dan kalimat, 5. Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati orang lain, 6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi antara lain, berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato, dan diskusi, 7. Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya setuju, menolak, dan menerima.



c.



Teknik Pemilihan Kata (Diksi) Memilih kata-kata dalam bentuk baku karena dalam Bahasa Indonesia banyak digunakan juga kata-kata yang tidak baku Contoh: Tidak Baku Baku Membikin Membuat Ketimbang Daripada Apotik Apotek Cuma Hanya Metoda Metode Menghindari kata-kata yang termasuk jargon atau prokem atau slang karena katakata tersebut tidak termasuk kata-kata baku, kecuali sebagai data. Contoh: Tidak Baku Baku Beli ipok utas gelas (jargon) Beli kopi satu gelas Menghindari pemakaian kata-kata di mana, yang mana, yang digunakan sebagai kata penghubung. Contoh: Tidak baku Baku Kota Jember merupakan kota di mana Kota Jember merupakan kota tempat saya saya dilahirkan. dilahirkan. Masalahh yang mana sudah saya jelaskan Masalah yang sudah saya jelaskan tidak tidak perlu ditanyakan lagi. perlu ditanyakan lagi. Memilih kata-kata yang lugas, berekamakna, dan bermakna denotatif, bukan makna konotatif atau kias atau metaforis.



12



Contoh: Konotatif Dalam pertengkaran itu, ia dijadikan kambing hitam.



Denotatif Kambing hitam itu dijual karena sangat diminati banyak orang.



Memilih kata-kata bersinonim yang paling tepat, yang memungkinkan satu tafsiran makna yang paling sesuai dengan konteks dan maksud penulis. Contoh: Tidak Tepat Tepat Melihat pertunjukan wayang. Menonton pertunjukan wayang. Memilih kata-kata yang tidak emotif. Contoh: Emotif Tidak Emotif Itu semua menunjukkan kepicikan atau Itu semua menunjukkan kurangnya ketololan masyarakat setempat pengetahuan masyarakat setempat.



13



BAB III PENUTUP A. Simpulan



Kebijaksanaan bahasa merupakan satu pegangan yang bersifat nasional, untuk kemudian membuat perencanaan bagaimana cara membina dan mengembangkan satu bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang dapat digunakan secara tepat di seluruh negara, dan dapat diterima oleh segenap warga yang secara lingual, etnis, dan kultur berbeda (Chaer & Agustina, 2010: 177). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebijaksanaan itu dapat diartikan sebagai suatu pertimbangan konseptual dan politis yang dimaksudkan untuk dapat memberikan perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah kebahasaan yang dihadapi oleh suatu bangsa secara nasional. B. Saran



Pembelajaran menulis kalimat sederhana melalui permainan kartu kata membuat siswa lebih aktif karena semua siswa terlibat langsung dalam permainan. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Guru menjelaskan tentang materi dengan mengikutsertakan siswa dalam penyelesaian contoh sehingga dengan cara seperti ini siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan. Siswa belajar melalui proses pembelajaran yang menyenangkan dan kegiatan berkelompok. Siswa dapat belajar dari siswa lain, bukan sekedar informasi dari guru.



14



DAFTAR PUSTAKA Kumparan.com. 2021. Ragam Bahasa Indonesia: Macam-macam dan Ciri-cirinya. Diakses dari:



https://kumparan.com/berita-hari-ini/ragam-bahasa-indonesia-macam-macam-dan-ciricirinya-1v7MYNW3HPU Saintif.com. 2020. Ragam Bahasa Indonesia: Pengertian, Fungsi, Ciri, dan Contohnya. Diakses dari: https://saintif.com/ragam-bahasa-indonesia/ Kompasiana.com. 2016. Santun Berbahasa sebagai Cermin Kepribadian. Diakses dari: https://www.kompasiana.com/nurkholishuda/581405f68423bd0f4187605f/santunberbahasa-sebagai-cerminkepribadian#:~:text=Berbahasa%20santun%20pada%20dasarnya%20adalah,dan%20pemak naan%20terhadap%20norma%20luhur. Beritamagelang.id. 2022. Santun Berbahasa sebagai Cermin Jati Diri. Diakses dari: http://beritamagelang.id/santun-berbahasa-sebagai-cermin-jati-diri Academia.edu. 2018. Makalah Santun Berbahasa. Diakses dari: https://www.academia.edu/39878158/MAKALAH_SANTUN_BERBAHASA Gramedia.com. 2020. Diksi: Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Ciri-cirinya. Diakses dari: https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-diksi/ Detik.com. 2022. Pengertian Diksi Adalah: Jenis dan Beragam Contoh Lengkapnya. Diakses dari: https://www.detik.com/jabar/berita/d-6226988/pengertian-diksi-adalah-jenis-dan-beragamcontoh-lengkapnya Kompas.com. 2022. Diksi: Fungsi, Ciri-ciri, dan Macamnya. Diakses dari: https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/12/083000169/diksi--fungsi-ciri-ciri-danmacamnya?page=all



15