Makalah Kebisingan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1Latar Belakang



Dalam beberapa hal, polusi merupakan suatu fenomena di mana pemberian definisi sering bervariasi tergantung pada pandangan



orang



yang



mendefinisikannya



dan



variasi



kepentingannya sehingga kadangkala tidak dapat di generalisasi. Misalnya, keberadaan senyawa organoklorin beracun yang berasal dari bocoran limbah kimia terhadap sumber air sudah merupakan polusi dalam pandangan umum. Akan tetapi, music rok dengan amplifikasi sampai pada decibel yang tinggi sangat menyenangkan bagi sebagian orang, namun sudah merupakan permasalahan (polusi) yang menimbulkan kebisingan bagi orang lain. Kebisingan merupakan sebuah bentuk energy yang bila tidak disalurkan pada tempatnya akan berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. upaya pengawasan dan pengendalian kebisingan menjadi faktor yang menentukan kualifikasi suatu perusahaan



dalam



menangani



masalah lingkungan yang



muncul.Kebisingan merupakan salah satu aspek lingkungan yang perlu diperhatikan. Karena termasuk polusi yang mengganggu dan bersumber pada suara / bunyi. Oleh karena itu bila bising tidak dapat dicegah atau dihilangkan, maka yang dapat dilakukan yaitu



mereduksi dengan melakukan pengendalian melalui berbagai macam cara.



1.2Rumusan Masalah Adapun yang menjadi Rumusan Masalah adalah: 1.



Apa yang dimaksud dengan kebisingan?



2.



Bagaimana



pengaruh



kebisingan



terhadap



kesehatan



masyarakat? 3.



Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebisingan?



1.3Tujuan Adapun tujuan dari penulisasn makalah ini adalah Memberikan pengetahuan ataupun Memberikan gambaran secara umum bahwa kebisingan merupakan salah satu factor yang dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat terutama masyarakat yang biasa terpapar oleh sumber kebisingan maupun yang belum terpapar guna untuk upaya pencegahan (upaya kuratif).



BAB II



PEMBAHASAN



2.1Definisi Kebisingan



Pencemaran fisis yang sering ditemukan adalah kebisingan. Kebisingan pada lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin industry dan sebagainya. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 32Kep-48/MENLH/11/1996, tentang baku tingkat kebisingan menyebutkan: “kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan” Berikut ini adalah definisi kebisingan menurut para ahli: Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai akibat propagasi energy getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke gendang telinga.”



Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi yang



tidak



dikehendaki



yang



dapat



mengganggu



dan atau



membahayakan kesehatan. Dari pengertian diatas terlihat bahwa kebisingan terjadi bila ada bunyi di lingkungan. Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekuensi dan intensitas. Dalam hal ini, frekuensi merupakan jumlah getaran yang sampai di telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas merupakan besarnya arus energy yang diterima oleh telinga manusia..



2.2Sifat dan Sumber Bunyi



a. Sifat kebisingan



Sifat dari kebisingan antara lain (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003): kadarnya berbeda; jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah juga; bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.



b. Sumber Bunyi Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini



menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energy mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan. Jika dilihat di sekitar, sumber kebisingan sangatlah banyak. Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industry, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut, kegiatan rumah tangga dan kegiatan sehari-hari.



2.3Jenis-jenis Kebisingan



Perbedaan frekuensi dan intensitas menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang memiliki karakteristik yang berbeda, jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi sempit, misalnya suara mesin gergaji sirkuler 2. Kebisingan terputus-putus (intermittent) misalnya lalu lintas, suara pesawat terbang di bandara. 3. Kebisingan impulsive (impact or impulsie noise) misalnya tembakan meriam, ledakan. 4. Kebisingan impulsive berulang misalnya suara mesin tempa.



2.4Pengukuran Kebisingan



Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak suara kita lebih kuat daripada saat kita berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebihi besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur bunyi adalah desibel (dB). Penambahan tingkat decibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi 3dB, volume suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat.



Kebisingan dapat mengganggu karena frekuensi dan volumenya. Sebagai contoh, suara berfrekuensi tinggi lebih mengganggu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan bantuan alat Noise Level Meter dan Noise Analyzer untuk mengindetifikasi paparan, peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodic selama paparan dan untuk menganalisis dampak paparan pada manusia.



a. Sound Level Meter



(sound level meter)



Sound level meter adalah instrument dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM terdiri atas microphone dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator, jaringan perespon frekuensi, skala indicator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut di standarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total.



2.5Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Standar Kebisingan



Nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8jam/hari. Nilai ambang batas untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8jam sehari. Berikut adalah table waktu maksimum untuk bekerja



No. Tingkat kebisingan (dBA)



Pemaparan harian



1.



85



8 jam



2.



88



4 jam



3.



91



2 jam



4.



94



1 jam



5.



97



30 menit



6.



100



15menit



Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh berbagai pihak berdasarkan KEP-48/MENLH/11/1996 kebisingan:



Tentang



Baku



tingkat



2.6Pengaruh Kebisingan Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:



1. Gangguan Fisiologis Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit. 2. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain. 3. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.



4. Gangguan Keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual. 5. Efek pada pendengaran Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mulamula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan. Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas : 1. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS) Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali. 2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)



Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : 



Tingginya level suara







Lama paparan







Spektrum suara







Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar







Kepekaan individu







Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya







Keadaan Kesehatan



3. Trauma Akustik Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran. 4. Prebycusis



Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.



5. Tinitus Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998)



2.7Pengendalian Kebisingan



Mengingat dampak negative dari pemaparan kebisingan bagi masyarakat, sebisa mungkin diusahakan agar tingkat kebisingan yang memapari masyarakat lebih rendah dari baku tingkat kebisingan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengendalian kebisisngan pada sumbernya, penempatan penghalang (barrier) pada jalan transmisi ataupun proteksi pada masyarakat yang terpapar. Pengendalian kebisingan pada sumbernya dapat melalui pemberlakuan peraturan yang melarang sumber bising (misalnya



mesin pabrik) yang mengelurkan bunyi dengan tingkat kebisingan yang tinggi. Penempatan penghalang (barrier) pada jalan transmisi masih dapat dilakukan dengan membuat penghalang (barrier) pada jalan transmisi diantara sumber bising dengan masyarakat yang terpapar. Sebagai contoh, penanaman pohon bamboo disekitar kawasan industry dapat mereduksi bising yang diterima masyarakat ataupun proteksi kebisingan ada masyarakat yang terpapar dapat dilakukan pengguanaan sumbat telinga pada masyarakat yang berada dekat kawasan industry yang menghasilkan kebisingan



BAB III PENUTUPAN



3.1KESIMPULAN



Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan kesehatan.