Makalah Kelompok 3 Landasan Teori Kerangka Berpikir Dan Pengajuan Hipotesis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LANDASAN TEORI KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN Yang diampu oleh Bpk. Gusnar Mustapa, S.E., M.M.



Disusun oleh Kelompok III: EVI ARISTA



201510200165



..............................



MILA ORBITA



201510200026



..............................



NATALIA BETE



201510200234



..............................



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDO CAKTI JURUSAN AKUNTANSI MALANG 2016



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasigeneralisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Setiap penelitian yang kita laksanakan haruslah berlandaskan pada teori yang sesuai dengan permasalahan yang kita teliti agar penelitian yang kita lakukan mempunyai dasar yang kuat dan tidak asal-asalan. Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu seorang peneliti harus berpegang pada teori, Teori dapat kita peroleh dengan membaca dan menelaah setuntas mungkin dari berbagai buku, jurnal ilmiah, majalah, tesis dan sumber-sumber lain yang sesuai agar kita dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah kita selanjutnya.



B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa penelitian harus mempunyai landasan teori. 2. Bagaimana mendeskripsikan teori. 3. Bagaimana peneliti bisa membuat kerangka berpikir. 4. Bagaimana peneliti bisa menyusun hipotesis.



BAB II PEMBAHASAN



A. Landasan Teori 1. Pengertian Teori Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono, 2010:52). Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2010:52). Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain: 1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan. 2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist. 3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data. Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut: 1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya bersifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramal sebelumnya.



2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif). 3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat yang teoritis. Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2010). Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara. 2. Tingkatan dan Fokus Teori Neumen mengemukakan tingkat teori di bagi menjadi tiga, yaitu: 1. Teori Micro Level Dalam tingkat ini memberi penjelasan hanya terbatas pada peristiwa yang berskala kecil, baik dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah orang. 2. Teori Meso Level Teori ini menghubungkan tingkat mikro dan makro, misalnya teori organisasi, gerakan sosial, atau komunitas teori Collin tentang kontrol organisasi. 3. Teori Macro Level Teori ini menjelaskan objek yang lebih luas seperti lembaga sosial, sistem budaya,dan masyarakat secara keseluruhan.



Selanjutnya fokus teori (Gleser dan Strauss dalam Maleong, 2002:37-38) dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Teori substantif Teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau empiris dalam inkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misalnya: antropologi, sosiologi, dan psikologi. 2. Teori formal Teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara konseptual dalam bidang inkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya sosiologi, contohnya prilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi. Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori substantif, karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti. (Sugiyono, 2009:83). 3. Kegunaan Teori dalam Penelitian Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam sebuah penelitian teori yang digunakan harus sudah jelas karena fungsi teori dalam sebuah penelitian menurut (Sugiyono,2012:57) adalah sebagai berikut: 1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti. 2. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. 3. Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang



hendak



diteliti



sehingga



selanjutnya



digunakan



untuk



memberikan saran dan upaya pemecahan masalah. B. Deskripsi Teori Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara



empiris. Jumlah kelompok teori yang perlu dideskripsikan tergantung pada luasnya permasalahan dan pada jumlah variable yang diteliti. Kalau variable yang diteliti ada enam, maka jumlah teori yang dikemukakan juga ada enam. Pendeskripsian teori akan memberikan gambaran apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut: 1. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya. 2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti. 3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan). 4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. 5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca. 6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan. C. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka (teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu) dan digunakan sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat.



Jadi kerangka pikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting ( Sekaran, 1992:63 ). Untuk membuktikan kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat oleh hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian-penelitian pada umumnya, peneliti dituntut untuk kreatif, berusaha mengenali (identify) dan memeriksa lebih cermat variabel-variabel yang belum dengan jelas dirumuskan dalam teori (non theoritical variables). Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999, dalam Sugiyono, 2010). Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan dengan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir. Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono, 2010:60-61).



D. Pengajuan Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2010:110). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2010). Penelitian



yang



merumuskan



hipotesis



adalah



penelitian



yang



menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji suatu hipotesis ,peneliti harus : a. Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar. b. Memilih



metode-metode



penelitian



yang



mungkin,



pengamatan,



eksperimental, atau prosedur lain yang diperlakukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak. c. Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Dalam suatu penelitian kita harus mempunyai Landasan teori agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan cobacoba, dengan adanya landasan teori ini menjadi ciri bahwa penelitian merupakan cara ilmiyah untuk mendapatkan data . Dari beberapa hal yang telah penulis paparkan diatas menunjukkan bahwa, dalam suatu penelitian (kuantitatif) peneliti tidak hanya mengumpulkan data, kemudian menulisnya tampa suatu landasan, tetapi peneliti harus mempunyai teori–teori yang cocok dengan rumusan masalah yang akan diteliti, hal ini dilakukan supaya lebih mudah untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena, dengan adanya teori dalam suatu penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian adalah kegiatan mencari data secara ilmiyah bukan hanya kegiatan menulis saja, dan juga bukan hanya permainan jalan-jalan atau mencari banyak teman . Setelah peneliti menemukan teori yang cocok dengan rumusan masalah yang akan diteliti maka peneliti harus bisa mendiskripsikan teori tersebut dengan beberapa penjelasan dari variabel-variabel yang akan diteliti dan untuk bisa melakukan hal itu peneliti harus banyak membaca buku seperti kamus, buku teks, jurnal dan sumber-sumber bacaan yang lain. Karena tanpa hal itu peneliti tidak akan bisa mendiskripsikan teori yang telah di cocokkan atau bahkan juga tidak bisa menemukan atau mempertautkan rumusan masalah dengan suatu teori . Apabila peneliti sudah mendiskripsakan teori maka peneliti harus bisa menemukan atau membuat kerangka berfikir yang dapat menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Hipotesis tersebut harus dinyatakan dalam kalimat yang jelas, agar tidak menimbulkan banyak penafsiran, dan hipotesis itu juga harus bisa diuji dengan metode–metode ilmiyah.



B. Saran Dari beberapa hal diatas bisa kita ketahui bahwa dalam suatu penelitian sangat membutuhkan ketelatenan dan pengetahuan atau pengalaman yang memadai dan juga biaya yang cukup agar suatu proses penelitian bisa berjalan lancar. Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan Dan kekhilafan, untuk itu kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun, sehingga dapat menjadi acuan kami kedepan dalam membuat makalah.



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta, 2010 Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010 http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/landasan-teori-kerangka-pikir-danhipotesis-penelitian/ http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/16/landasan-teori-kerangkaberfikir-dan-pengajuan-hipotesis/ http://contohskripsi-makalah.blogspot.com/2012/04/teknik-penyusunan-landasanteori-atau.html https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikirdan-hipotesis-dalam-metode-penelitian/