Makalah Kerangka Berpikir Jadali [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KERANGKA BERPIKIR JADALI Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah TAUHID DAN ILMU KALAM Dosen pengampu : Ghulam Murtadlo, M. Pd.I



Disusun Oleh : 1. Ahmad Syaifudin



(1901081002)



2. Ayu Novita Sari



(1901080003)



3. Della Aulia Pangesti (1901080005)



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN TADRIS PENDIDIKAN BIOLOGI 2020



i



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat allah SWT. Yang tak henti-hentinya memberikan kenikm yang sangat luar biasa yaitu nikmat iman,islam dan yang terutama nikmat sehat,sehingga kita bisa merasakan nikmatnya keindahan islam sampai saat ini,semoga kita semua di bimbing oleh allah SwT ke jalan yang selalu di ridhoi Nya. Sholawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada baginda rosulullah saw,semoga kita semua umat islam yang akan mendapatkan syafa’atnya di akhir hayat nanti,amin. Dalam pembahasan ini kami akan mengupas materi Ilmu Kalam tentang Kerangka berfikir aliran ilmu kalam dan perbedaan metode ilmu – ilmu keislaman nya lainnya . Semoga nantinya kita semua dapat memahami materi yang kami tulis. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dalam mempelajari ilmu kalam ,amin.



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii DAFTAR ISI......................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................................1 B. Rumusan Masalah.................................................................................................2 C. Tujuan.....................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3 A. Macam-macam metode yang diperguanan oleh para pemikir teologi Islam........................................................................................................................3 B. Metodologi Ahli Kalam.........................................................................................4 C. Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Kalam...........................................................6 D. Definisi Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf........................................................8 E. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf...................................................10 BAB III PENUTUP...........................................................................................................13 Kesimpulan.................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam membahas persoalan yang berkaitan dengan ilmu kalam, pastinya terdapat perbedaan perspektif antara pemikiran satu dengan pemikiran



lainnya.



Sebagaimana



kata



“kalam”



yang



berarti



“pembicaraan”. Pembicaraan dalam hal ini yaitu, tentang masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi, logika dan filsafat serta memperbandingkan masalah yang menyangkut pokok-pokok agama dan yang berhubungan dengannya. Ilmu kalam ataupun filsafat islam tidak akan muncul tanpa adanya perbedaan-perbedaan paradigm (pandangan)antara satu paham dengan paham lainnya. Aliran mu’tazilah dalam hal ini sangat berpengaruh terhadap lahirnya ilmu kalam, yang bisa dikatakan sebagai pencetus paham yang memberikan daya yang kuat terhadap akal (rasional). Kajian agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga menyangkut fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis. Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal  dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya. Baik ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang



berkaitan



dengan-Nya.



Perbedaannya



terletak



pada



aspek



metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ). Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang dari Tuhan.



1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian berpikir Jadali ? 2. Bagaimana kerangka berpikir Jadali para pemikir ilmu kalam ? 3. Bagaimana hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu pemikiran Jadali. 2. Untuk mengetahui kerangka berpikir Jadali para pemikir ilmu kalam. 3. Untuk mengetahui hubungan ilmu kalam, filsafat dan tasawuf.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Macam-macam metode yang diperguanan oleh para pemikir teologi Islam Metode-metode yang di gunakan oleh para pemikir teologi Islam adalah sebagai berikut : 1. Metode rasional (al-manhaj al-‘aqli), yaitu metode yang menganggap rasio sebagai alat yang dominan, sehingga teks-teks wahyu harus diterima secara rasional, dan keyakinan orang terhadap kebenaran materi akidah harus di dasarkan atas pengetahuan rasional. Untuk itu, semua hasil pemikiran rasional umat manusia bisa dipergunakan bila berdayaguna untuk memperkuat kebenaran dan menambah keyakinan. Metode ini banyak dipergunakan oleh para teolog Muktazilah dan para filsuf Islam. 2. Metode tekstual (al-manhaj al-naqli), yaitu metode berpikir yang berpegang teguh kepada teks-teks wahyu secara harfiah, tanpa memberikan peranan kepada akal dan hasil pemikiran untuk menjamah masalah-masalah akidah, kecuali untuk sekadar sistematisasi pokok-pokok akidah tersebut. Dasar penggunaan metode ini ialah anggapan bahwa teksteks wahyu sudah komplit menampung segala masalah akidah yang diperlukan dan mengikuti tradisi para sahabat Nabi Muhammad dan para pengikutnya. Metode ini dipergunakan oleh para teolog Salafisme. 3. Metode moderat (al-manhaj al-iqtishadi), yang bisa juga disebut sebagai metode sintese antara metode rasional dan metode tekstual, yang berusaha menerapkan metode rasional dan tekstual secara seimbang. Penggunaan metode ini di dasari oleh anggapan bahwa menekankan berpegang pada salah satunya saja akan menjurus pada sikap ekstrim, padahal akal dan nakal sama pentingnya dalam masalah akidah. Ini dipergunakan oleh para teolog Asy’arisme dan Maturidisme. 4. Metode dialektis (al-manhaj al-jadali), yaitu metode debat untuk mempertahankan kebenaran pendapat sendiri dan mematahkan pendapat lawan, baik secara rasional (yang banyak dipergunakan) maupun tekstual.



3



metode ini bisa juga disebut sebagai metode skolastik atau metode sintesis-deduktif dalam filsafat. Metode ini pada umumnya dipergunakan oleh para ahli kalam, sehingga karya-karya kalam semuanya berbentuk dialektis. 5. Metode intuitis (al-manhaj al-dzawqi), yaitu metode yang dipergunakan para sufi untuk memperoleh pengetahuan (ma’rifah) yang langsung dari Tuhan, dengan menjalani hidup sebagai sufi. Setelah mengalami maqammaqam tertentu, seorang sufi diharapkan memperoleh pengetahuantentang obyek-obyek keimanan yang meyakinan yang dpancarkan Tuhan secara langsung ke dalam hati-nya, tanpa belajar atau menalar. B. Metodologi Ahli Kalam 1. Manhaj jadaly (metodologi dialog, debat atau hiwar) Mutakallimin menggunakan manhaj jadaly ( debat atau hiwar ), berdalilkan bahwa metodologi ini adalah metode dakwah yang digunakan rasul dan para nabi . mari kita mengenang kembali sejarah nabi Ibrahim as menggunakan metode ini dalam dakwahnya, seperti ketika nabi Ibrahim ada sesuatu yang terbersik dalam pikirannya ingin mengetahui wujud tuhan, hal ini terkisahkan dalam al-qur’an : Dan contoh bisa dibaca surah al-baqarah ayat 258 ُ ‫ َرا ِهي ُم َربِّ َي الَّ ِذي يُحْ يِي َويُ ِم‬Bْ‫ا َل ِإب‬Bَ‫ك إِ ْذ ق‬ ‫ال‬B َ B‫أَلَ ْم تَ َر ِإلَى الَّ ِذي َحا َّج إِ ْب َرا ِهي َم فِي َربِّ ِه أَ ْن آتَاهُ هَّللا ُ ْال ُم ْل‬ َ َ‫يت ق‬ َّ ِ‫يت ۖ قَا َل إِ ْب َرا ِهي ُم فَإ ِ َّن هَّللا َ يَأْتِي ب‬ ُ ‫أَنَا أُحْ يِي َوأُ ِم‬ ‫ب فَبُ ِهتَ الَّ ِذي‬ ِ ‫ر‬B ِ ْ‫أ‬BBَ‫ق ف‬ ِ ‫ ِر‬B‫س ِمنَ ْال َم ْش‬ ِ ‫ ْم‬B‫الش‬ ِ B‫ا ِمنَ ْال َم ْغ‬BBَ‫ت بِه‬ َ‫َكفَ َر ۗ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم الظَّالِ ِمين‬ Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang zhalim.” 



Surat Al-Baqarah, Ayat 258



4



Dan lihat juga contoh surah as-syu’ara ayat 28 َ‫ب َو َما بَ ْينَهُ َما ۖ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعقِلُون‬ َ َ‫ق‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ ِ ‫ال َربُّ ْال َم ْش ِر‬ Artinya : “Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu mengerti.” 



Surat Asy-Syu’ara, Ayat 28 Menurut iman tiftazani berbicara tentang ilmu kalam tidak terlepas dari manhajnya di antara mutakallimin yang menggunakan manhaj ini seperti al khawarij, al batiniyyah, al jahmiyyah, asyaa’rah, muktazilah, al maturudiah dan lain-lain. Imam At tibtazani mengawali dari manhaj ini dengan defenisinya, beliau menukil defenisni al jadal menurut abul baqa’ dalam kitabnya al kulliyyat, al jadal adalah ungkapan yang di gunakan seseorang adu argumen dengan hujjanya maisng masing, dalam hal ini bukanlah sebuah peredebatan atau hiwar, melainkan berbentuk munaza’ah atau pertikaian. Namun pada dasarnya hakikat sebuah perdebatan adalah jalan adu pendapat satu sama lainnya menguatkan argument masing-masing. Imam tiftazani menggambarkan sejarah ilmu kalam berawal dari tabiat manusia yang senang dengan sikap pembelaan dengan hujjahnya, hal ini telah di gambarakan dalam surat An-Nahl ayat 111 ْ ‫ت َوهُ ْم اَل ي‬ ْ َ‫س َما َع ِمل‬ َ‫ُظلَ ُمون‬ ٍ ‫س تُ َجا ِد ُل ع َْن نَ ْف ِسهَا َوتُ َوفَّ ٰى ُكلُّ نَ ْف‬ ٍ ‫يَوْ َم تَأْتِي ُكلُّ نَ ْف‬ Artinya : “(Ingatlah) pada hari (ketika) setiap orang datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi setiap orang diberi (balasan) penuh sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya, dan mereka tidak dizhalimi (dirugikan).”







Surat An-Nahl, Ayat 111 Al qur’an juga berbicara tentang isyarat manhaj ini tatkalah Allah SWT berhiwar kepada para Malaikatnya dalam sutar Al baqarah ayat 30 ُ ِ‫ف‬B‫ا َويَ ْس‬Bَ‫ ُد فِيه‬B‫ض َخلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف ِس‬ ‫ ِّد َما َء‬B‫ك ال‬ َ ُّ‫َوإِ ْذ قَا َل َرب‬ ِ ْ‫ك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة ِإنِّي َجا ِع ٌل فِي اأْل َر‬ َ‫ك ۖ قَا َل إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬ َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬ َ ‫َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬ Artinya :



5



“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 



Surat Al-Baqarah, Ayat 30 Contoh lainnya bisa di lihat dalama surat Al maidah ayat 27-28 tentang perdebatan keturunan Adam.



C. Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Kalam Berawal dari perbedaan pendapat diantara para sahabat dan para tabi’in dalam mengkaji suatu masalah tertentu dan beberapa indikasi yang menjadi pemicu perbedaan pendapat diantara mereka adalah terdapat beberapa sahabat yang mendengar ketetntuan hukum yang diputuskan Nabi sementara yang lainnya sahabat yang tidak medengar keputusan Nabi itu lalu BERJIHAD. Adapun kerangka berpikir ilmu kalam menurut teologi rasional dan teologi tradisional as adalah sebagai berikut : 1) Kerangka berpikir teologi rasional tentang peranan akal dan wahyu. Metode berpikir rasional memiliki prinsip-prinsip. Sebagai berikut : § Hanya terikat pada dogma-dogma yang tegas dan jelas disebut dalam alQur’an dan Hadits, yaitu ayat yg Qoth’i. § Memberikan kebebasan pada manusia dalam berbuat dan berkehendak. Tuhan => Wahyu => Manusia => Akal (MT, KMT, MBJ, KMBJ) 2) Kerangka berfikir teologi tradisional tentang peranan akal dan wahyu. Metode berpikir tradisional memiliki prinip-prinsip. Sebagai berikut : § Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung dzanni. § Tidak memberikan kebebasan pada manusia dalam berkehendak dan berbuat. Tuhan => Wahyu => (KMT, MBJ, KMBJ) => Manusia => Akal (MJ) Keterangan :



6



MT = Mengetahui Tuhan KMT = Kewajiban Mengetahui Tuhan MBJ = Mengetahui Baik dan Jahat KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan menjauhi yang Jahat. Perbedaan metode berfikir secara garis besar dapat di kategorikan menjadi dua macam , yaitu kerangka berfikir tradisional dan kerangka berfikir rasional. Metode berfikir tradisional memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti zhanni ( teks yang boleh mengandung arti lain selain dari arti harfiahnya ). b. Tidak memberikan kebebasan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat. c. Memberikan daya yang kecil kepada akal Adapun metode berfikir rasional memiliki prinsip-prinsip berikut : a) Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas di sebut dalam al-qur’an dan hadist nabi yaitu ayat yang qathi ( teks yang tidak di interprestasi lagi kepada arti lain ,selain arti harfiahnya). b) memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat terhadap akal. Di samping pengkatagorian teologi rasional dan tradisional di kenal pula pengkatagorian akibat adanya perbedaan kerangka berfikir dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. 1) Aliran antroposentris Menganggap bahwa hakikat transenden bersifat intrakosmos dan impersonal .orang yang tergolong aliran ini berpandangan negatif terhadap dunia



karena



menganggap



keselamatan



dirinya



terletak



pada



kemampuannya untuk membuang semua hasrat dan keinginannya . Aliran teologi yang termasuk dalam kategori ini adalah qadariyah,mu’tazilah dan syi’ah. 2) Teolog teosentris Menganggap



bahwa



hakikat



realitas



transenden



bersifat



suprakosmos, personal, dan ketuhanan. Manusia teosentris adalah manusia



7



yang statis karena sering terjebak dalam keprasahan mutlak kepada tuhan .sikap keprasahan menjadikan ia tidak mempunyai pilihan. Baginya segala, segala perbuatannya pada hakikatnya adalah aktivitas tuhan. ia tidak mempunyai piihan lain kecuali apa yang telah di tetapkan oleh tuhan. Aliran teologi yang tergolong aliran ini adalah jabbariyah. 3) Aliran konvergensi atau sintesis Menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus intra kosmos , personal , dan impersonal. Hakikat daya manusia merupakan proses kerja sama antara daya yang transendental ( tuhan ) dalam bentuk kebijaksanaan dan daya temporal ( manusia ) dalam bentuk teknis , konsekuensinya manusia akan memperoleh pahala atau siksaan dari tuhan , sebanyak andil temporalnya dalam mengaktualkan peristiwa tertentu. Aliran yang tergolong dalam kategori ini adalah asy’ariyah. 4) Aliran nihilis Mengaggap bahwa hakikat realitas transendental hanyalah ilusi. aliran inipun menolak tuhan yang mutlak , tetapi menerima berbagai variasi tuhan kosmos. Kekuatan terletak pada kecerdikan diri manusia sendiri sehingga mampu melakukan yang terbaik dari tawaran yang terburuk. KERANGKA BERFIKIR ALIRAN ILMU KALAM  Metodologi: Dialektika (Jadali) / dialog keagamaan argumentasi yang dialektik.  Dasar Argumentasi (Pembuktian): Dasar logika (aqli) dan argumen naqliyah.  Pertumbuhan Ilmu: Rasional dan Tradisional.  Manfaat Aspek Aksiologi: Mengajak orang baru untuk mengenal rasio sebagai upaya mengenal Tuhan secara rasional. D. Definisi Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf a) Ilmu Kalam



8



Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah, tetapi ada juga sekelompok orang yang mengatakan maksud kalam disini adalah katakata manusia, alasannya karena dulu sering terjadi ajang bersilat lidah untuk mempertahankan persepsi masing-masing, mereka disebut mutakalimin yaitu orang-orang yang ahli berbicara mengenai ketuhanan yang berlandaskan kepada kalam Allah. Ilmu Kalam membahas iman dan akidah dari berbagai aspek dan memaparkan alasan-alasan yang memperkuat pembahasan tersebut. Ilmu kalam ini merupakan studi tentang doktrin (akidah) dan iman Islam. Secara sederhana Murtadha Muthahhari mendefinisikan bahwa ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok Islam. Ilmu kalam mengidentifikasi akidahakidah pokok dan berupaya membuktikan keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok tersebut. karena sebagian besar perdebatan tentang akidah-akidah Islam berkisar seputar huduts (kemakhlukan, keterciptaan, temporalitas) atau qidam (keabadian) firman atau kalam Allah, maka disiplin yang membahas akidah utama agama Islam pun mendapat sebutan “ilmu kalam” (secara harfiah, ilmu firman). b) Filsafat Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran”. Secara singkat filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (love of wisdom) dalam kebenaran suatu ilmu. Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan



9



pada kebenaran ajaran ialah Islam. Tujuan mempelajari filsafat Islam ialah mencintai kebenaran dan kebijaksanaan. Sedangkan manfaat mempelajarinya ialah: a. Dapat menolong dan menididik, menbangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam dan menyadari bahwa Ia mahluk Tuhan. b. Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan. c) Tasawuf Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan. Tasawuf juga berasal dari kata Shafa (shad, fha, alif dan hamzah) yang berarti suci, jernih dan bersih, maksudnya mereka mensucikan diri di hadapan Allah SWT melalui latihan kerohania yang amat dalam yaitu melatih dirinya untuk menjauhi segala sikap dan sifat yang kotor sehingga tercapai kesucian dan kebersihan pada hatinya. Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Muslim berada sedekat mungkin dengan Allah. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang. Para sufi mengembangkan suatu cara bagaimana bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Tujuan yang hendak dicapainya adalah kebahagiaan, yakni dengan persatuannya dengan Kekasih. Kesengsaraan yang memilukan bagi mereka bukanlah masuk Neraka, tetapi apabila Tuhan telah menjauhi dan tidak mau bicara dengan mereka.  Objek kajian tasawuf adalah Tuhan (Al-Haq), yakni upayaupaya pendekatan terhadap-Nya. E. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf



10



Setelah abad ke-6 Hijriah terjadi percampuran antara filsafat dengan ilmu kalam, sehingga ilmu kalam menelan filsafat secara mentahmentah dan dituangkan dalam berbagai bukti dengan mana Ilmu Tauhid. Yaitu



pembahasan



problema



ilmu



kalam



dengan



menekankan



penggunanaan semantic (logika) Aristoteles sebagai metode, sama dengan metode yang ditempuh para filosof. Kendatipun Ilmu Kalam tetap menjadikan nash-nash agama sebagai sumber pokok, tetapi dalam kenyataannya penggunaan dalil naqli juga tampak pada perbincangan mutakalimin. Atas dasar itulah sejumlah pakar memasukkan Ilmu Kalam dalam lingkup Filsafat Islam. Jadi Filsafat Islam bertujuan untuk menyelaraskan antara firman dan akal, ilmu pengetahuan dengan keyakinan, agama dengan filsafat serta menunjukkan bahwa akal dan firman tidak bertentangan satu sama lain. Walaupun orientasinya bersifat religius, namun isu-isu penting dalam filsafat tidak diabaikan, seperti waktu, ruang, materi, kehidupan dan masalah-masalah kontemporer. Menurut Hasyimah Nasution Filsafat Islam dan ilmu kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain. Kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi filsafat, dan filsafat membantu memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam pengertian bahwa pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam kalam. Filsafat Islam mengandalkan akal dalam mengkaji objeknya-Allah, Alam dan Manusiatanpa terikat dengan pendapat yang ada (pemikiran-pemikiran yang sama sifatnya, hanya berfungsi sebatas masukan dan relative). Nash-nash agama hanya sebagai bukti untuk membenarkan hasil temuan akal. Sebaliknya, ilmu kalam mengambil dalil akidah sebagaimana tertera dalam wahyu, yang mutlak kebenarannya untuk menguji objeknya – Allah dan sifatsifatnya, serta hubungan dengan Allah dengan Alam dan Manusia sebagaimana tertuang dalam kitab suci – menjadikan filsafat sebagai alat untuk  membenarkan nash agama. Seperti keberadaan Allah, Filsafat Islam mengawali



pembuktiannya



dengan



argumentasi



akal,



barulah



pembenarannya diberikan oleh wahyu, sementara ilmu kalam mencari



11



wahyu yang berbicara tentang keberadaan Allah, baru kemudian didukung oleh argumentasi akal. Walaupun objek dan metode kedua ilmu ini berbeda, tapi saling melengkapi dalam memahami Islam dan pembentukan akidah Muslim. Sedangkan Tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah terbagi ke dalam dua bagian, yakni Tasawuf Amali/Akhlaqi dan Tasawuf Falsafi (Ibn Arabi dan Al-Hallaj). Dari pengelompokkan ini tergambar adanya unsur-unsur filsafat dalam ajaran tasawuf, seperti logika dalam penjelasan maqomat (al-fana-al-baqa, ittihad, hulul, wahdat al-wujud). M.T. Mishbah Yazdi. Buku Daras Filsafat Islam halaman Tasawuf Falsafi yang biasanya juga disebut dengan irfan yakni secara teknis diterapkan pada persepsi-persepsi khas yang ditangkap melalui pemusatan perhatian relung terdalam jiwa dan tidak melalui pengalaman inderawi dan rasional. Irfan sejati diperoleh semata-mata melalui keterikatan Allah dan ketaatan kepada segenap perintah-Nya. Keterikatan tanpa pengetahuan mustahil adanya, dan pengetahuan ini mesti bersandar pada sejumlah prinsip filsafat. Penyingkapan dan visi irfan memunculkan masalahmasalah baru untuk diuraikan dan dikupas tuntas oleh filosof, dan memperluas cakrawala pandang filsafat. Dalam pemecahan berbagai masalah dalam ilmu-ilmu kefilsafatan, visi-visi irfan bisa dianggap sebagai pendamping. Banyak hal yang terbukti secara rasional dalam filsafat, terungkap pula melalui penglihatan kalbu. Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.



12



BAB III PENUTUP Kesimpulan : Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu yang berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,tuntunan, dan hal – hal lain yang berkaitan dengan ekstensi Tuhan, yaitu pembicaraan tentang hal – hal yang berkaitan dengan keTuhanan itu disistimatiskan yang pada giliranhnya menjadi sebuah ilmu yang dikenal dengan istilah ilmu kalam. Secara etimologi Kalam berarti “kata-kata”. Kata-kata disini di maksudkan adalah kata-kata (firman) Allah. Jadi ilmu kalam adalah ilmu yang mempermasalahkan kalam Allah, Filsafat berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yakni philos dan shopia, philos mempunyai makna “mencintai” dan shopia mempunyai makna ”kebijaksanaan atau kebenaran” Samsul Munir menuliskan dalam bukunya bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (shad, wawu dan fha) dan di dhomah shadnya, yang mempunyai arti ”kain bulu domba yang kasar”, alasannya adalah karena dulu orang-orang sufi selalu menjauhkan diri untuk memakai kain sutra, karena waktu itu kain domba merupakan simbol kesederhanaan. Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas jangkauanya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya yang tipikai berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spritual menuju Tuhan.



13



DAFTAR PUSTAKA Mulyono dan bashori , study ilmu tauhid ,malang , uin maliki press ,2010 Hanafi Ahmad, Theology Islam (Ilmu Kalam), Bulan bintang Jakarta, Indonesia 1974 Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam,1998, Bandung : CV. Pustaka Setia Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisis Perbandingan ,Nouruzzaman Siddik, Syi’ah dan Khawarij, PLP2M, Yogyakarta, 1985 Hanafi, Ahmad. Teologi Islam (Ilmu Kalam). Bulan Bintang. Jakarta: 2001 Abdul Razak, Mustafa. Tahmid Li Tarikh al-Falsafah al-Islamiyah, Lajnah wa at-Thalif wa-Attarjamah wa Nasyir, 1959 Asmuni, M. Yusran. Ilmu Tauhid. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: 1996 Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah. Hasyim Syah Nasution. 2005. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. Murtadha, Muthahari. 2003. Pengantar ilmu-ilmu Islam. Jakarta: Zahra Pustaka. Yazdi, Muhammad Taqi Misbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam, (Terj. Musa Kazim & Saleh Bagir). Bandung:Mizan. Putra, Andi Eka. 2012. Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat Islam (Suatu tinjauan sejarah tentang hubungan ketinganya). Al-AdYaN. Vol. VII, No. 2. JuliDesember 2012. https://maktabahmahasiswa.blogspot.com/2019/03/makalah-hubungan-ilmukalamfilsafat-dan.html https://catatansite.wordpress.com/2017/10/14/makalah-kerangka-pemikirandajali_ilmu-kalam/ https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_3063600.pdf



14