Makalah Kelompok 3 - Skrining Resiko Maternal Dalam Kehamilan, Prinsip Dalam Skrining Antenatal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

b



Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ” Skrining Resiko Maternal dalam Kehamilan, Prinsip dalam Skrining Antenatal, Skrining Faktor Fisik dan Psikologis, Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan penunjang lainnya”



Disusun oleh : Kelompok 3 : 1. Karina Dwi Ratna (P0 5140319013) 2. Lara Anggraini (P0 5140319014) 3. Linda Alifia Yulianti (P0 5140319015) 4. Lisa Meitia Arieti Putri ( P0 514039016) DIV Kebidanan + Profesi (Tingkat 3) Dosen Pembimbing : Rialike Burhan M.Keb KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN+PROFESI TAHUN 2020/2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan, baik itu persiapan fisik maupun mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan agar berdampak positif pada adaptasi fisik dan psikologis ibu selama kehamilan serta kondisi janin yang baik (Oktalia dan Herizasyam, 2016). Berdasarkan data WHO (2013) 4 dari 10 wanita mengalami kehamilan yang tidak direncanakan, akibatnya wanita dan pasangannya terlambat mendapatkan intervensi kesehatan esensial saat kehamilan hingga 40%. TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil ( Widodo, 2009 ) Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes Simplex) sudah lama dikenal dan sering dikaitkan dengan hal-hal di atas Besarnya pengaruh infeksi tersebut tergantung dari virulensi agennya, umur kehamilan serta imunitas ibu bersangkutan saat infeksi berlangsung ( Kornia, 2006 ) Hepatitis B merupakan penyakit infeksius yang diakibatkan oleh infeksi virus Hepatitis B ( VHB ) dengan insidensi tinggi di dunia. Penularan Hepatitis B dapat terjadi secara horizontal dan vertikal. Penularan secara horizontal terjadi pada 1 individu dengan virus Hepatitis B ke individu lain melalui kontak langsung dengan alat yang tercemar dengan Virus Hepatitis B yang dipakai bersama dan melalui cairan tubuh berupa droplets yang mengandung VHB. Penularan secara vertikal terjadi dari ibu hamil dengan Hepatitis B ke anaknya melalui plasenta dan pada waktu persalinan normal. Kasus Hepatitis B pada anak sekitar 90 % dikarenakan penularan vertikal dari ibunya. Sifilis merupakan salah satu penyakit yang termasuk kedalam kelompok Infeksi menular seksual (IMS). Penyakit ini bersifat kronik dan sistemik. Sifilis dapat menyerang semua alat tubuh, termasuk sistem kardiovaskular dan sistem saraf. 1 Infeksi sifilis kembali menjadi perhatian karena penyakit ini menyebabkan sekuele yang berat dan kaitannya yang kuat dengan infeksi HIV. Koinfeksi sifilis dan HIV sering terjadi. Infeksi HIV pada pasien sifilis dapat mempengaruhi perjalanan penyakit sifilis dan respon terhadap pengobatan.



BAB II PEMBAHASAN A. Prinsip dalam skrining antenatal 1. TORCH Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari 4 jenis penyakit infeksi yaitu toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Kini didiagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antara lain kearah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti yang spesifik terhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (Kuman, antibody yang terburuk dapat berupa imonoglobin M (IgM) dan Imonoglobin G (IgG). a. Toxoplasma



Disebabkan oleh parasite yang disebut toxoplasma gondi. Pada umumnya infers ini terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Toxoplasma yang disertai gejala ringan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, demam dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Infeksi toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau ada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu. Jika wanita hamil terinfeksi toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran 4% atau lahir mati 3% atau bayi menderita toxoplasma bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa



Gejala yang dirasakan biasanya ringan dan serupa dengan gejala flu, yaitu demam, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, serta pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala tersebut dapat membaik dalam waktu 6 minggu. Infeksi Toxoplasma gondii pada bayi dan anak-anak umumnya ditularkan dari ibu selama masa kehamilan. Gejala lebih serius dapat dialami janin yang terinfeksi parasit ini pada trimester awal kehamilan, berupa kelahiran prematur, keguguran, atau kematian janin dalam kandungan. Sedangkan bayi yang lahir dengan kondisi terinfeksi Toxoplasma gondii (toksoplasmosis kongenital) akan menunjukkan gejala, seperti:          



Kulit berwarna kekuningan. Peradangan korion (chrorionitis) atau infeksi di bagian belakang bola mata dan retina. Pembesaran organ hati dan limpa. Ruam kulit atau kulit mudah memar. Kejang. Penumpukan cairan otak di kepala, sehingga kepala menjadi besar (hidrosefalus). Kepala tampak lebih kecil (mikrosefalus). Gangguan intelektual atau retardasi mental. Kehilangan pendengaran. Anemia.



Penyebab Toksoplasmosis Toxoplasma gondii merupakan organisme parasit sel tunggal (protozoa) yang dapat menyebarkan infeksi pada hewan (baik hewan liar maupun hewan peliharaan yang kotor) dan manusia. Meski parasit ini dapat tumbuh dalam jaringan banyak hewan, namun lebih banyak terdapat dalam tubuh kucing. Parasit ini



bertelur dalam lapisan usus kucing, dan bisa keluar bersama kotoran hewan tersebut. Penyebaran infeksi Toxoplasma dengan cara:    



gondii pada manusia



terjadi



Terpapar kotoran kucing yang mengandung parasit T.gondii. Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi parasit T. gondii, termasuk daging mentah yang mengandung parasit ini. Melalui plasenta ibu hamil, yang menyebarkan infeksi pada janin. Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi parasit ini.



Sedangkan pada ibu hamil, untuk mengetahui apakah toksoplasmosis memengaruhi janin, dokter perlu melakukan tes berupa: 



Amniocentesis.  Dokter akan mengambil sampel air ketuban penderita saat usia kehamilan di atas 15 minggu. Dengan tes ini, bisa diketahui apakah janin turut terinfeksi toksoplasmposis atau tidak.







USG.  Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat tanda-tanda tidak normal pada janin, seperti hideosefalus. Setelah proses melahirkan, bayi akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan akibat infeksi.



Komplikasi Toksoplasmosis 



Kebutaan.  Kondisi ini terjadi pada penderita toksoplasmosis yang mengalami infeksi mata, yang tidak diobati dengan sempurna.







Ensefalitis.  Infeksi otak serius dapat terjadi pada penderita toksoplasmosis dengan sistem imunitas rendah karena penyakit HIV/AIDS.







Gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dan retardasi mental.  Komplikasi ini dapat menimpa penderita toksoplasmosis bayi baru lahir



Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi toksoplasmosis, yaitu:       



 



Gunakan sarung tangan saat berkebun atau memegang tanah. Hindari mengonsumsi daging mentah atau setengah matang. Cucilah tangan sebelum dan sesudah memegang makanan. Cucilah semua peralatan dapur dengan bersih setelah memasak daging mentah. Selalu cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi. Hindari meminum susu kambing non-pasteurisasi atau produk-produk olahannya. Bagi yang memelihara kucing, hendaknya tetap menjaga kesehatan hewan ini, dan gunakan sarung tangan saat membersihkan tempat kotorannya. Hindari memelihara kucing liar, karena rentan terinfeksi parasit T. gondii. Berikan kucing makanan kering atau kalengan daripada daging mentah. Tutuplah bak pasir tempat bermain anak-anak agar tidak digunakan kucing untuk membuang kotoran.



Transmisi ke janin :     



Infeksi 6-9 bulan sebelum hamil – imunitas sudah terbentuk, jarang sekali janin terinfeksi 2-3 bulan sebelum konsepsi 20 mg/dl. ET membantu klirens bilirubin yang berlebihan pada keadaan hiperbilirubinemia karena anemia hemolitik. Selain itu, ET juga memperbaiki keadaan anemia dengan memberikan darah yang kompatibel dengan bayi. Adanya pemberian profilaksis imunoglobulin anti-Rh antepartum membuat perlunya melakukan ET pada bayi yang lahir dari keadaan inkompatibilitas Rh berkurang. Biasanya ET diperlukan pada kasus inkompatibilitas rhesus dengan komplikasi anemia berat pada bayi.



B. Skrining Faktor Fisik dan Psikososial Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi. Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya kepelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC). Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan. Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan, protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin. Faktor psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari : Stressor.Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. Yang terakhir adalah Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah



personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses 6 kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman. C. Pemeriksaan LaboratoriumdanPemeriksaanPenunjang lainnya Kehamilan resiko tinggi merupakan kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil serta bayi menjadi sakit atau meninggal, sebelum persalinan berlangsung. Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu kehamilan yang memiliki resiko yang lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu hamil maupun bayinya), dapat menyebabkan penyakit atau kececatan atau bahkan kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Rahayuningsih, 2015). Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, semua persalinan dapat ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi persalinan segera deteksi dan ditangani serta diarahkan kefasilitas pelayanan kesehatan. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapatkan penanganan yang ade kuat difasilitas pelayanan kesehatan serta faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi. Deteksi faktor risiko tinggi pada ibu hamil oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu (Rochjati, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian (Widarta et al., 2017) faktor resiko komplikasi kehamilan terdapat 27,3% kasus komplikasi yaitu perdarahan pada ibu post partum. Komplikasi tersebut bisa diketahui jika melakukan pencegahan dini pada saat hamil contohnya melakukan cek laboratorium lengkap dan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berwenang karena untuk membantu kualitas hidup anak dan ibu dengan pemeriksaan laboratorium yang tepat dan terarah.



Saat pemeriksaan kandungan pertama, calon ibu dianjurkan menjalani pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan lab berikut ini harus diserahkan kepada dokter/bidan saat kunjungan berikutnya (kontrol kedua). a. Pemeriksaan Urine Lengkap Meliputi kadar gula, protein dan bakteri dalam urine. Utamanya untuk mengetahui ada tidaknya infeksi saluran kemih karena penyakit ini dapat menyebabkan kelahiran prematur, keguguran, dan kematian janin. b. Pemeriksaan Darah Rutin a) TORCH Untuk mendeteksi infeksi toksoplasmosis, other (antara lain sipilis, klamidia, dll), rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes. Infeksi TORCH dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir prematur, bayi kecil, dan kelainan/kecacatan janin. a) Kadar hemoglobin (sel darah merah) Untuk mengetahui adat idaknya anemia. Penyakit ini membuat ibu hamil menjadi mudah lelah dan dapat berbahaya jika terjadi perdarahan saat hamil serta melahirkan. b) Golongan darah dan rehsus (Rh) Untuk mendeteksi kalau-kalau ada ketidaksesuaian golongan darah dan rhesus, terutama pada ibu hamil golongan darah O dengan rhesus negatif. Ketidakcocokan dapat menyebabkan gangguan pada bayi, baik berupa bayi kuning hingga kematian akibat anemia janin. Pemeriksaan ini lebih penting bila ibu membutuhkan transfusi darah selama hamil atau saat melahirkan.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Torch adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari 4 jenis penyakit infeksi yaitu toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes. Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual disebabkan bakteri treponema pallidum dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah dan vertikal dari ibu ke janin. Tes hepatitis B adalah tes darah yang bertujuan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi oleh virus hepatitis B atau pernah mengidap penyakit ini sebelumnya. Blood group and rhesus factor pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui golongan darah seseorang. Imunoglobulin Anti-D digunakan untuk mencegah agar ibu rhesus- negatif tidak membentuk antibodi terhadap sel janin rhesuspositif yang memasuki sirkulasi ibu ketika dilahirkan atau ketika abortus. B. Saran Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan pedoman kita dalam pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.



DAFTAR PUSTAKA   











      







https://id.scribd.com/document/475999288/MAKALAH-skriningresikomaternal-1 https://health.kompas.com/read/2021/01/18/180800168/herpes-pada-ibuhamil--gejala-penyebab-cara-mengatasi?page=all https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2779dd5ac821e2b e846467e464c72db5.pdf Santis, M.D., Luca, C.D., Mappa, I., Spagnuolo, T., Licameli, A., Straface, G., & Scambia1, G. Syphilis infection during pregnancy: Fetal risks and clinical management. Infectious Diseases in Obstetrics and Gynecology. 2012. doi:10.1155/2012/430585 JURNAL KEDOKTERAN YARSI 18 (1) : 079-085 (2010) InfeksiStreptokokusGrup B (SGB) padaIbuHamildanNeonatus: Diagnosis danPencegahan Group B Streptococcal Infection in Pregnant Women and Neonates: Diagnosis and Prophylaxis ANEMIA SEL SABIT GedeAgusSuwiryawan, I WayanPutuSutirtaYasa, DAP RasmikaDewi Department of Clinical Pathology Faculty of Medicine Udayana University / Sanglah Hospital Alenzi, F. Q., Alotaibi, A. Q., Almotiri, G. M., Alanazi, A. M., Alanazi, F. M., Alenazi, M. S. 2014. Peran Apoptosis pada Infeksi Mikroba. Buka Jurnal Apoptosis. Abdul Bri Syaifuddin.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.JNPKKR- POGI;Jakarta.edisi ke-1, Cetakan 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: BKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2013. Departeman Keschatan Republik Indonesia.2006.Buku Kesehatan Ibu dan Anak Hastuti, Puji, dkk.2018.Kartu Skor Poedji Rochjati Untuk Skrining 14(2), 2018,110-113 Antenatal.Jurnal LINK. Ida Bagus Gde Manuaba. 1998.Iimu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keuerga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EKG, Jakarta.Cetakan1. 14(2), 2018,110 – 113 5Nilakesuma, Nur Fadjri, Dewi Susilawati, Kiki Safitri.2019.Studi Kasus: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester II Dengan Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati. Jurnal Kebidanan Asia Tenggara Vol. 5, No.2, Oktober, 2019, hlm: 74-78 Widarta, Gede Danu, dkk.2015.Deteksi Dini Risiko Ibu Hamil dengan Kartu Skor PoedjiRochjati dan Pencegahan Faktor Empat Terlambat. Majalah Obstetri & Ginekologi. Jil. 23 No. 1 Januari -April: 28-32