Makalah Kelompok IV (HEDONISME) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HEDONISME Makalah ini dibuat dalam rangka melengkapi mata kuliah Kewarganegaraan yang diampu oleh : Ibu Dr. Kurniati, M.Si



Oleh Kelompok IV Sri Auliyah Azis Nur Rezky Wahyuni Ahmad Tanhar Amru Nur Fadillah Misda Nurul Hidayah Muhammad Nugraha Syaputra Vadya Rahma Isnain Nanda Syahrani S.



(H021211068) (H021211070) (H021211071) (H021211072) (H021211074) (H021211075) (H021211077) (H021211078) (H021211079)



PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2022



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pemurah. Karena atas kehendak-Nya, kelompok kami bisa menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini membahas mengenai “Hedonisme” Tidak lain dan tidak bukan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjadi bahan belajar dan untuk memperdalam pemahaman kami khususnya, serta bagi pembaca lain baik itu siswa, mahasiswa, maupun masyarakat umumnya. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi



tugas



kami



sebagai



mahasiswa



yang



memprogramkan



mata



kuliah



Kewarganegaraan. Kami berterimakasih kepada orang-orang yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Berbagai kendala sudah pasti akan menyerta dalam pembuatan makalah ini mulai dari kurangnya pemahaman kami tentang materi ini, dan kendala lainnya. Sekali lagi kami berterimakasih yang sebesar-besarnya. Kami sadar pasti akan adanya banyak kekurangan dalam makalah yang disusun ini. Oleh karena itu, Kami membuka hati selebar-lebarnya untuk menerima saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar kedepannya kami dapat lebih baik lagi dalam perihal penyusunan makalah.



Makassar, 14 April 2022



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Sampul ............................................................................................................................... i Kata Pengantar ................................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................................ iii BAB I Pendahuluan ........................................................................................................... 1 1. Latar Belakang ....................................................................................................... 1 2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2 3. Tujuan .................................................................................................................... 2 BAB II Landasan Teori ...................................................................................................... 3 1. Pengertian Hedonisme ........................................................................................... 3 2. Karakteristik Hedonisme ...................................................................................... 3 BAB III Pembahasan ......................................................................................................... 4 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Hedonisme di Kalangan Remaja ............................................................................ 4 Aspek-Aspek Hedonisme ....................................................................................... 5 Faktor Yang Mempengaruhi Hedonisme ............................................................... 5 Ciri-Ciri- Hedonisme ............................................................................................. 6 Dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan hedonisme ........................... 7 Solusi menghadapi budaya Hedonisme ................................................................. 9



BAB IV Penutup ................................................................................................................ 14 Daftar Pustaka .................................................................................................................... 15



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Hedonisme merupakan salah satu penyakit masyarakat yang ini ditimbulkan oleh



berbagai faktor dan pula yang mengatakan ini karena virus hedon, dan hedonisme merupakan sebutan kepada seseorang yang terkena penyakit hedonisme ini. Hedonisme sendiri menurut hemat saya merupakan sifat atau perilaku suka pamer dan men-Tuhankan kenikmatan dan juga kesenagna pribadi, kemewahan, dan kemapanan atas segalanya, disinyalir hedonisme ini juga telah melekat dalam diri kita atau teman dan juga keluarga terdekat kita. Kelekatan itu berupa serinya kita dalam pola hidup hedonisme ini . Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis. Pola hidup seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak dan agak jauh dari tuhan . Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens = makhluk bermain) dan bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja saat ini. Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda. Ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam bersosialisasi. Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka.. Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli. Akibatnya ketika ada orang yang membutuhkan uluran tangan, mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban. 1



1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana Hedonisme di kalangan remaja? b. Apa saja aspek-aspek Hedonisme? c. Apa faktor yang mempengarui Hedonisme? d. Bagaimana ciri- ciri Hedoinisme? e. Apa dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan Hedonisme? f. Bagaimana solusi menghadapi budaya Hedonisme? 1.3 Tujuan a.



Mengetahui bagaimana Hedonisme di kalangan remaja.



b.



Mengetahui apa saja aspek-aspek hedonism.



c.



Mengetahui faktor yang mempengaruhi hedonsime.



d.



Mengetahui ciri-ciri Hedoinisme.



e.



Mengetahui dampak dari seorang yang terjerumus dengan Hedonisme.



f.



Mengetahui solusi untuk menghadapi budaya Hedonisme.



2



BAB II LANDASAN TEORI



2.1 Pengertian Hedonisme Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Menurut Etimologi kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē, artinya "kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.



2.2 Karakteristik Hedonisme a. Hedonisme Egoistis Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas. b. Hedonisme Universal Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang.



Contohnya: bila berdansa, haruslah



berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.



3



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Hedonisme di Kalangan Remaja “Virus” hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja, dari anak hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini. Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky ” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut. Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil.



Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit penyanyi berbakat. Acara ini sangant diminati terutama para remaja. Bila dilihat secara jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit ekonominya, disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang sebagian besar adalah remaja tersebut prihatin, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya tereleminasi. Nampak jelas sikap egoisme mengejar kesenangan pribadi mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di negeri Seribu satu masalah ini.



4



3.2 Aspek-aspek Hedonisme Aspek hedonis dapat disimbolkan dengan pengukuran AIO, dimana A merupakan activities atau kegiatan, I yaitu interest atau minat dan O yaitu opinions atau pendapat. Yang mana aspek ini bermuara pada pencarian kesenangan hidup. 1. Kegiatan (Activities) Cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang dapat dilihat. Misalnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat perbelanjaan dan kafe. 2. Minat (Interest) Diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan individu tersebut memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topik yang menekan pada unsur kesenangan hidup. Antara lain adalah fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat berkumpul dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. 3. Pendapat (Opinions) Tanggapan baik lisan maupun tertulis yang diberikan individu tentang dirinya sendiri dan produk-produk yang berkaitan tentang kesenangan hidupnya. Opini merupakan cara pandang individu untuk membela dan mempertahankan gaya hidup tersebut, opini sekaligus menjelaskan apa saja hal-hal yang diperlukan atau harus dilakukan untuk menunjang gaya hidup.



3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hedonisme Gambaran mengenai kecenderungan gaya hidup hedonis menampakkan ciri khas. pada remaja antara lain dengan selalu mengerjakan aktivitas maupun minatnya dengan cara berkelompok (Kusumanugraha, 2003). Hal ini dikarenakan remaja memiliki kecenderungan untuk mendapatkan penerimaan dari kelompoknya, sehingga akan berdampak pada timbulnya konformitas.Remaja ingin kehadirannya diakui sebagai anggota dari kelompok yang mereka idamkan. Dalam usaha tersebut remaja berusaha membentuk citra atau gambaran tentang dirinya dan upaya ini terakumulasi dalam suatu konsep yang berisikan gambaran tentang bagaimana setiap remaja mempersepsikan dirinya. Menurut Susanto dalam Nugroho J. Setiadi (2003:24), faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi gaya 5



hidup yaitu: Sikap, Pengalaman dan pengamatan, Kepribadian, Konsep diri, Motif dan Persepsi. Menurut Kotler, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal): 1. Faktor Eksternal: Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui simbolsimbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan. 2. Faktor Internal: Lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan. 3.4 Ciri-ciri Hedonisme Perkembangan zaman dan teknologi yang makin maju dan pesat membuat gaya hidup manusia terus berubah mengikuti arus jaman. Dengan perkembangan teknologi tersebut membuat banyak anak dan remaja memulai gaya hidup hedonis, dimana mereka memboros - boros kan uang namun digunakan untuk kepentingan yang tak terlalu penting. Kebiasaan atau pola tingkah laku terbaru anak dan remaja sehari-hari sesuai dengan tuntutan zaman. Berikut adalah ciri-ciri gaya hidup hedonisme: 1) Ingin segala sesuatu yang serba mewah. Orang hedon terbiasa dengan segala sesuatu yang gemerlap alias mewah. Dimana mereka menganggap bahwa kemewahan merupakan hal utama dalam hidup mereka. Bisa jadi orang-orang yang seperti ini memang sebenarnya mampu secara finansial, bisa juga mereka memaksakan diri untuk terlihat “mampu”, misalkan lebih memilih tinggal diapartemen meski harus mencicil dari pada di rumah sendiri, lebih suka naik taksi daripada naik motor, dan sebagainya. 2) Pilih-pilih teman. Memang mengesalkan sebeneranya orang yang memiliki gaya hidup hedonis, sebab mereka cenderung selektif alias memilihmilih teman. Mereka sangat menghindari teman-teman yang sekiranya tidak menguntungkan bagi mereka. Mereka bukan tipe orang yang mau berteman dengan orang-orang yang kurang mampu secara materi, bahkan dengan teman-teman kaya sekalipun jika tidak suka 6



hura-hura, orang-orang hedonis juga tidak mau bergaul dengan mereka. Mereka hanya mau berteman dengan orang-orang yang satu level dengan mereka. 3) Konsumerisme yang akut. Sifat konsumtif adalah sifat mutlak seorang hedonis, mereka tidak memiliki skala prioritas. Tak peduli butuh atau tidak, penting atau tidak, maka mereka akan segera berusaha memenuhi keinginan mereka. Orang yang hedonis juga paling getol dengan diskon, promo dan sebagainya meski sebenarnya mereka tidak membutuhkan barang tersebut. Tak jarang orang hedonis tidak memiliki tabungan atau investasi apapun selain barang-barang yang mereka beli dan mereka pakai, tak jarang dari mereka yang rela berhutang dengan kartu kredit hanya untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. 4) Cenderung anti sosial dan jauh dari agama. Bagi para penganut gaya hidup hedonis, mereka juga cenderung anti sosial alias tidak memiliki kepekaan sosial. Mereka jarang atau bahkan tidak memiliki kepekaan dilingkungan sosial, mereka jarang bergaul atau sekedar menyapa kepada tetangga mereka hanya memperdulikan diri sendiri atau teman yang menurutnya satu level dengannya. Mereka juga cenderung jauh dari agama karena biasanya hari-hari atau saat waktu beribadah mereka habiskan waktu di mall atau pun clubbing.



3.5 Dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan hedonisme Saat ini, budaya hedonisme sudah menjadi propaganda yang sukses dan mengakar dalam jiwa-jiwa remaja. Namun ironismya lagi, para remaja tak menyadari hal yang mereka lakukan adalah prilaku hedon. Oleh karena itu, paham ini memberikan kontribusi negatif terhadap ideologi para remaja/generasi muda yang berani membuat mereka berani menghalalkan segala cara demi tercapainya kesenangan dan menjadikan remaja saat ini memiliki mental lemah disertai dengan pemikiran yang sempit. Ada beberapa dampak buruk paham hedonisme diantaranya;  Musik dan Seni. Dunia sepertinya sepi tanpa musik dan kehidupan seakan hampa tanpa seni, itulah beberapa ungkapan para musisi dan seniman serta para penikmatnya. Konser-konser musik digelar di setiap kota, namun tak jarang konser music berlangsung banyak korban yang berjatuhan karena berdesak-desakkan saat mereka asyik menikmati alunan musik sang idola. Banyak di antara korban meninggal dunia. Namun, peristiwa demi digelar walaupun bahaya maut menjadi taruhan. Musik dan seni sudah menjadi hal yang penting dalam kehidupan para hedonis. Jiwa dan perasaan mereka semakin nikmat dan melayang jika 7



mendengarkan musik. Pahat-pahatan patung menjadi alat untuk dinikmati. Padahal boleh jadi patung-patung tersebut adalah tokoh kaum kafir atau setidaknya menonjolkan unsur pornografi. Manusia telanjang dan aktivitas-aktivitas seksual ditampilkan dalam sejumlah karya seni paleolitik, seperti patung venus. Tidak jarang kita melihat lukisan-lukisan telanjang terpampang namun mereka menganggap sebagai karya seni yang patut dihargai.  Pariwisata. Salah satu upaya untuk menyalurkan kesenangan ialah dengan berwisata. Pada dasarnya seseorang boleh-boleh saja berwisata selama kreativitas tersebut tidak melanggar nila-nilai syar‟i. adapun yang sering jadi pembahasan saat ini adalah tempat-tempat wisata serta kreativitasnya yang senantiasa menjurus kepada kemaksiatan. Banyak tempat wisata terkadang menjadi area yang tepat untuk pesta narkoba dan miras. Biasanya mereka melakukan hal tersebut di tempat-tempat penginapan. Mulai dari hotel yang bertarif murah sampai hotel-hotel mewah, ditawarkan berbagai layanan kepada para pengunjung bebas melakukan apapun. Mereka yang sering melakukan hubungan seks adalah para pekerja industri pariwisata, supir, wisatawan lokal, wisatawan asing yang berbisnis serta tinggal di Bali. Biasanya para pekerja seks tersebut menyamar sebagai pemandu wisata illegal, pedagang asongan pegawai salon kecantikan, penyewa papan selancar dan penjual makanan serta minuman.  Perfilman. Acara-acara yang disuguhkan kepada remaja maupun masyarakat kerap tidak pernah terlepas dari prilaku hedonis. Tidak hanya di layar kaca, kehidupan selebriti pun sangat kental dengan budaya hedonisme. Kehidupan glamour senantiasa melekat dalam keseharian para bintang film. Penayangan tindakan kekerasan dan seksual di media-media masa, televisi, telah menyebabkan masyarakat negeri ini dilanda gelombang kejahatan. Kondisi ini memprihatinkan dan membahayakan bagi generasi muda, karena adegan-adegan kekerasan seringkali ditiru. Dengan kata lain, film dan acara-acara televisi yang ditayangkan adalah jalan yang sangat mulus dalam upaya penyebaran budaya hedonisme dan kebebasan.  Matrealistis. Merupakan bagian dari budaya hedonisme yang merasa tidak puas dengan sesuatu yang sudah dimilikinya. Dan selalu iri jika melihat orang lain.  Individualisme, diamana orang yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan orang lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak begitu. Manusia merupakan mahluk sosial.



8



 Pemalas, karena mereka akan selalu menyia-nyiakan waktu.  Pergaulan bebas, Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka selalu berada dalam dunia malam.  Konsumtif, Hedonisme cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan. Hedonisme cendurung konsumtif, karena menghambur-hamburkan uang untuk membeli berbagai barang yang tidak penting, hanya untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.  Boros, Menghambur-hamburkan uang untuk membeli bernbagai barang yang tidak penting, hanya untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.  Kriminalitas, Dalam paham hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena orang yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan akibatnya.  Diskriminasi, Sikap membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi atau berbeda kelas serta golongan dari orang lain.  Egois, Hedonisme cenderung mengrah kepada sifat mementingkan diri semdiri. Tanpa memperdulikan orang lain. Yang terpenting kesengannya tercapai.  Tidak bertanggungjawab, Menjadi individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti menyia-nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja.  Korupsi, Memperkaya diri sendiri, tetapi menggunakan cara yang melanggar hukum, yaitu memeras orang lain untuk memenuhi kebutuhnnya sendiri.



3.6 Solusi menghadapi budaya Hedonisme Secara realita maupun logika, untuk menghilangkan sama sekali pengaruh budaya hedonisme tidak dapat dilakukan dengan pengendalian diri saja. Namun, adanya peran aktif dari semua komponen mulai dari diri sendiri, keluarga, kontrol masyarakat, dan negara merupakan solusi yang harus dicoba untuk dilakukan dengan terus-menerus dan kerjasama yang baik. Meski terdapat solusi jangka pendek berupa pengenalan kembali budaya Indonesia kepada generasi penerus, tapi hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar pada besarnya arus perkembangan gaya hidup hedone tersebut. Selanjutnya, kita perlu mengingat kembali sebuah pernyataan bahwa jika kita ingin melihat masa depan 9



maka lihatlah generasi mudanya. Jika disesuaikan dengan kondisi sekarang, generasi muda sebagai penerus bangsa belum dapat dikatakan menjadi harapan karena pengaruh budaya hedonisme ini. Oleh karena itu, perlu untuk membangun sebuah masa depan yang cerah dengan cara kita membangun generasi muda terlebih dahulu yang mampu diharapkan untuk menciptakan masa depan yang cerah tersebut. Untuk menciptakan sebuah generasi muda yang mampu diharapkan untuk masa depan,diperlukan kerja keras dan kerja sama dari berbagai komponen seperti ulasan sebelumnya. Komponen tersebut mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara. Jika yang digerakkan hanya satu komponen, maka generasi muda yang sesuai harapan akan lama terwujud karena arus budaya hedonisme kuat ke segala bidang kehidupan manusia. Semua komponen harus bekerja sama meski dapat dikatakan sulit untuk dilakukan, tapi masih ada jalan untuk mewujudkannya. Untuk mengantisipasi dampak negatif budaya hedonisme bagi remaja maka perlu untuk melakukan cara atau sousi yaitu: 1) Dekatkan diri kepada Tuhan. Ajaran agama akan menuntun seseorang ke jalan terang, karena itu perbanyaklah beribadah untuk menemukan jalan hidup yang lurus dan tidak mudah tergoda oleh iming-iming kenikmatan duniawi. 2) Buat Skala Prioritas. Hedonis berarti memiliki pola hidup yang konsumtif. Tanpa memperhatikan apa yang didapatkan dengan jumlah uang yang keluar. Intinya yang penting happy berapa pun jumlah uangnya akan dikeluarkan demi bersenang-senang. Anda yang ingin belajar untuk menguranginya, sebaiknya perlu membuat skala prioritas. Tujuan dari pembuatan skala prioritas ini adalah untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan dan berapa biaya yang akan dikeluarkan dengan memenuhi kebutuhan yang telah dibuat. Lakukanlah dengan mengurutkan dari kebutuhan tertinggi hingga terendah: a. Hidup sederhana. Kesederhanaan adalah awal dari kebahagiaan karena itu, sejak anakanak masih kecil, beri pengertian bahwa hidup itu sederhana bukan berarti selalu kekurangan, boleh mengikuti perkembangan teknologi tapi ambil bagian positifnya saja. b. Bekerja keras. Kamu perlu memahami bahwa hasil bekerja kerasmu selama ini jika membeli barang-barang yang tidak penting akan sia-sia, bekerja keras akan melupakan hal-hal yang kurang penting. c. Pentingnya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam konsumerisme. Menerapkan pola hidup sederhana adalah salah satu pilihan 10



alternative untuk membasmi budaya hedonisme di kalangan remaja. Kegiatan sehari-hari diperlukan untuk mengatur keuangan remaja agar pendapatan yang biasanya berasal dari orang tua tidaklah kecil daripada pengeluaran. Pasalnya dengan menerapkan pola hidup yang sederhana, orientasinya lebih akurat serta tidak terlalu memberatkan fikiran Pola hidup sederhana juga memberi pengaruh yang signifikan terhadap pergaulan remaja dengan remaja lainnya, karena di pandang sangat supple dalam bergaul dan tidak memandang lawan bergaul dari segi apapun. Itulah alasan pola perilaku sederhana itu sangat berpengaruh terhadap penghapusan hedonisme dalam kalangan remaja. d. Tidak konsumtif. Kamu harus mampu memanfaatkan uang dengan bijaksana. supaya tidak bersikap konsumtif dan menghambur-hamburkan uang untuk berbelanja kebutuhan yang tidak perlu. Kamu juga harus mamilah mana kebutuhan primer dan mana kebutuhan sekunder. e. Jangan selalu menuruti keinginan. Adanya kedewasaan dalam berfikir sehingga remaja



dapat



membentengi



diri



dari



pola



hidup



hedonisme



terutama



konsumerisme. Dalam memilih barang remaja perlu membuat skala prioritas dalam berbelanja sehingga dapat membedakan barang yang benar-benar diperlukan dengan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan dan dibutuhkan. f. Selalu bersyukur. Terkedang lesulitan hidup yang sedang dihadapi dapat membuat seseorang menjadi lebih rendah serta penuh syukur. Tidak memilih gaya hidup hedonisme, karena gaya hidup ini tidak akan pernah membentengi kepuasan dan kebahagiaan ibarat minum air garam, makin diminum makin haus. Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonism maka segeralah balik kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagiaan hidup ada pada hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar spiritual kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesame-buang jauh-jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi kekuatan-kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah, kuat mencari rezeki. g. Kritis. Dalam Bertindak dan Bertingkah Laku. Menjadi remaja yang kritis dan peka terhadap lingkungan adalah bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Karena dengan kita menjadi remaja yang kritis kita mampu mengkaji serta mengambil tindakan yang tepat dan efisien dalam menghadapi masalahmasalah yang menghadapi kita. Dengan begitu paradigma berfikir remaja akan 11



menjadi sebuah praktek yang nyata dan bukan menjadi sebuah wacana belaka. Maka dengan begitu pula secara tidak langsung kita dapat memarginalkan hedonisme didalam kehidupan remaja dan beralih kepada perilakuperilaku yang positif serta dapat membantu sesama dengan keikhlasan dan keyakinan yang teguh akan perubahan. h.



Berhati- hati dalam memilih teman/bergaul . Tidak semua orang bisa dijadikan teman. Banyak orang yang memanfaatkan kita untuk memberikan mereka pinjaman untuk melakukan gaya hidup hedonis ala mereka, sebaiknya hindari atau terbawa-bawa dengan lingkungan hedonisme.



i. Tidak mudah merasa iri terhadap orang lain. Jika teman atau kerabt mu mempunyai sesuatu atau barang yang baru janganlah merasa iri dengan apa yang mereka miliki sudah dijelaskan diatas kita harus bersyukur atas apa yang telah kamu miliki. j. Kuatkan Iman. Sebisa mungkin buat remaja tidak cepat terpengaruh dengan ajakan teman untuk pergi ke sana kemari yang tujuannya menghabiskan uang. Anda yang mulai belajar untuk mengikis sifat hedon, ada baiknya juga untuk minta pertolongan dari Tuhan agar bisa berpegang teguh pada prinsip yang diterapkan. Itulah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menghindari sifat hedon. Sebenarnya balik lagi kepada pribadi masing-masing orang. Jika memang sudah menjadi sifat lahiriah yang susah diubah maka sifat tersebut pasti akan selalu melekat walaupun semua sudah mencoba untuk mengikisnya. Bagi anak dan remaja yang ingin ikut-ikutan hedon atau sudah mulai hedon, lakukan cara di atas agar sifat hedon itu hilang. k. Bagi orangtua mulailah selalu melakukan pendampingan terhadap anak dan remaja dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Sehingga tugas sebagai orang tua memang tidak ada istirahatnya. Kebiasaan remaja bergaul di media sosial cukup membimbangkan. Status teman, semisal „tahun baru, HP baru‟ atau „Tahun baruan di Hongkong‟ bisa menjadi bumerang. Anak yang tidak bisa „mengukur diri‟, bisa „merajuk‟ minta hal yang sama bahkan lebih. Hal-hal seperti ini dapat mempengaruhi pandangan dan gaya hidup mereka. Remaja bisa terseret kedalam budaya hedonisme. Kita bisa saja menyalahkan globalisasi dunia yang tanpa batas itu sebagai puncanya. Namun kita tidak akan pernah bisa menghalang globalisasai dunia itu memasuki rumah kita. Kecuali jika kita menutup diri dan keluarga kita rapat-rapat dari dunia dan segala teknologinya. Namun itu juga hampir mustahil,. 12



Persoalannya sekarang adalah, adakah orang tua yang sudah siap dengan itu semua? Sudahkah kita membekali anak kita dengan filter yang cukup? Mari kita renungi kembali, “Bagaimana kita telah mendidiknya selama ini? Sudahkah kita menempatkan agama sebagai prioritas utama dalam pendidikan mereka?” Ada 4 hal yang orangtua perlu jaga, yang jika ini sudah menjadi kecendrungan anak anda, kemungkinan anak anda sudah terjangkit penyakit hedon: 1. Anak dan remaja sangat suka dengan kegiatan „bersenang-senang‟. Inginnya setiap waktu itu adalah saat bersenang-senang. Jika hal ini sudah menjadi kecendrungannya, orangtua sudah perlu berhati-hati. Karena mereka yang memiliki kecendrungan ini, jiwa juangnya sangat tipis. Inginnya semuanya enak dan gampang. Jika sudah memerlukan perjuangan bisa-bisa ditinggalkan begitu saja. Yang penting bagi mereka adalah apa saja yang penting senang. 2. Anak dan remaja senang foya-foya. Apalagi kalau sudah seperti ini. Berapapun duit yang diberikan pasti habis dibelanjakan demi memuaskan nafsu semata-mata. Jika perlu orangtua harus selalu bisa memenuhi setiap permintaannya. 3. Anak dan remaja sangat senang dengan hiburan. Kegiatan hariannya nonton, gadget, game, dan dunia hiburan lainnya. Kalau sudah begini, kapan belajarnya? Apalagi untuk hal-hal yang bermuatan ibadah? Akhirnya waktunya akan habis dengan hal-hal yang tidak berguna. 4. Anak dan remaja suka sekali dengan barang branded atau bermerek. Ini biasanya banyak terjangkit dikalangan anak remaja puteri. Awalnya mungkin ikut-ikutan. „Si A barangnya branded semua, Mamanya tidak pernah mau beli jika barangnya bukan branded punya.‟ „Si B punya koleksi barang ini loh.‟ Mulanya mungkin seperti itu dia merajuk. Lama-lama dia pun menginginkan barang-barang yang sama. Si anak jadi cendrung kepada kebendaan dan akhirnya menjadikan tujuan hidupnya hanya sebatas di dunia saja. Untuk para orang tua waspadailah dan berikan penjelasan kepada anak dan remaja yang bijak dan tepat agar anak dan remaja tidak terjebak terlalu dalam karena sesuatu yang berlebihan tidak lah baik, semoga bermanfaat untuk para orang tua.



13



BAB IV KESIMPULAN Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi para remaja. Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak remaja yang menghalalkan segala cara. Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis. Yang penting senang,senang dan senang. Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya senang-senang selalu,itulah moto yang banyak dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini. Dengan terlalu mendewakan kesenangan, duniawi, akan membuat seseorang kehilangan arah hidupnya sehingga dapat menimbulkan kemiskinan karena terlalu menghamburkan materii demi kesenangan semata. Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas. Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut diperhatikan. Pertama, kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat. Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan terpenuhi, begitu pengalaman itu selesai, nikmatpun habis. Sementara itu, kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu. Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua, jika kita hanya mengejar nikmat saja, kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan.



14



DAFTAR PUSTAKA Faqih, Rahim, A., 2004. Bimbingan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII PRESS. Kusumanugraha, C. 2003. Fenomena Gaya Hidup Hedonis pada Remaja. Semarang: Fakultas Psiko logi UNIKA. Kotler, Phillip, dan Amstrong. 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kesepuluh, Jakarta: PT.Indeks Gramedia. Rahardjo, W., Silalahi, Y.,B. 2007. Perilaku Hedonisme Pada Pria Metroseksual Serta Pendekatan Dan Strategi Yang Digunakan Untuk Mempengaruhinya.Pesat Volume 2. Jakarta: Universitas Gunadarma. Sepriadi, Antonius. 2010. Pengaruh Gaya Hidup yang Hedonisme dengan Pelangaran Kode Etik UNILA pada Mahasiswa PPKn FKIP Universitas Lampung Angkatan 2007-2009. Lampung: Universitas Lampung (UNILA). Setiadi, Nugroho J. 2013. Perilaku Konsumen. Bogor: Kencana. Trimartati, Novita. 2014. Study Kasus Tentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Psikopedagogia 2014. Vol.3 No.1. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Wijaya, R. 1999. No Hedon Like It! Bahagia, Muda Foya-foya, Tua Kaya-kaya, Mati Maunya Masuk Surga. Hal. 23-25. Yogyakarta: Kanisius.



15