5 0 163 KB
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA SESUAI KEBUTUHAN TUMBUH KEMBANG INDONESIA (ANAK REMAJA)
DOSEN PENGAMPUH : FRANSISKUS UWEUBUN CMM., SKM., M.KES DI SUSUN OLEH: KELOMPOK V 1. OKTOVIA LISTYAWATI P.
NIM CX1614201121
2. PATRIANI MUSLINDA N.
NIM CX1614201122
3. RAMDHANI ALI
NIM CX1614201123
4. RENNY SILFANI
NIM CX1614201124
5. RESKIANY
NIM CX1614201125
STIK STELLA MARIS MAKASSAR 2017
1
BAB I TINJAUAN TEORI Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga 19 atau 20 tahun. Anak-anak lain dalam rumah biasanya masih dalam usia sekolah. Tujuan keluarga yang terlalu enteng pada tahap ini yang melonggarkan ikatan keluarga memungkinkan tanggungjawab dan kebebasan yang lebih besar bagi remaja dalam persiapan menjadi dewasa muda (Duvall, 1977). Preto (1988) dalam membahas tentang transformasi sistem keluarga dalam masa remaja, menguraikan metamorfosis keluarga yang terjadi. Metamorfosis ini meliputi “pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan antar generasi, dan sementara pergeseran ini pada awalnya ditandai dengan kematangan fisik remaja, pergeseran ini seringkali sejalan dan bertepatan dengan perubahan pada orangtua karena mereka memasuki pertengahan hidup dan dengan transformasi utama yang dihadapi oleh kakek nenek dalam usian tua” Tahap kehidupan keluarga ini mungkin yang paling sulit, atau sudah tentu yang paling banyak diperbincangkan dan ditulis (Kidwell et al, 1983). Keluarga Amerika dipengaruhi oleh tugas-tugas perkembangan remaja dan orangtua dan menciptakan konflik dan kekacauan yang luar biasa yang tidak bisa dihindarkan. Tugas perkembangan remaja menghendaki
pergerakan dari ketergantungan dan kendali
orangtua dan orang dewasa lainnya, melalui periode aktifitas dan pengaruh kelompok teman sebaya yang kokoh hingga saat menerima peran-peran orang dewasa (Adams, 1971). Tantangan utama dalam bekerja dengan keluarga dengan anak remaja bergerak sekitar perubahan perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis (Kidwell et al, 1983), serta konflik-konflik dan krisis yang berdasarkan perkembangan. Adams (1971) menguraikan tiga aspek proses perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni
2
emansipasi (otonomi yang meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antar generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orangtua dan remaja). Peran, Tanggungjawab dan Masalah Orangtua. Tidak perlu diragukan lagi bahwa orangtua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit saat ini. Namun demikian, orangtua perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk akan tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses “melepaskan.” Duvall (1977) juga mengidentifikasi tugastugas perkembangan yang penting pada masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi matang dan mengatur diri
mereka sendiri.
Friedman (1957) juga mendefinisikan serupa bahwa tugas orangtua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak. Ketika orangtua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan mereka, dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentu pola untuk semacam penerimaan diri yang sama. Hubungan antara orangtua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orangtua merasa produktif, puas dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri (Kidwell et al, 1983) dan orangtua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988). Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas kehidupan Amerika yang telah meningkat telah membuat peran orangtua tidak jelas. Orangtua merasa berkompetisi dengan berbagai kegiatan sosial dan institusi – mulai dari otoritas sekolah dan konselor hingga keluarga berencana dan seks pranikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi jabatan dan profesi, orangtua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi remaja dan orangtua, selain ketidakmampuan banyak orangtua untuk mendiskusikan masalahmasalah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara
3
terbuka dan tidak menghakimi bersama anak-naka mereka juga memberikan kontribusi pada masalah-masalah orangtua-remaja. Tabel 1. Tahap V Kehidupan Keluarga Inti dengan anak remaja danTugas-Tugas Perkembangan Keluarga yang Bersamaan Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Keluarga dengan anak remaja
Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga 1. Menyeimbangkan kebebasan dan tanggungjawab menjadi
dewasa
ketika
remaja
dan
semakin
mandiri. 2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. 3. Berkomunikasi
secara
terbuka
antara orangtua dan anak-anak. Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985) Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga. Tugas perkembangan yang utama dan pertama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja matur dan semakin mandiri (Tabel 1). Orangtua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya ke arah suatu hubungan yang semakin mandiri. Pergeseran yang terjadi pada hubungan anak-orangtua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan. Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya orangtua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan ini. “Secara paradoks, sistem (keluarga) yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasilkan sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya”.
4
Orangtua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak membiarkan anak-anaknya, seringkali menemukan “revolusi” oleh remaja bila perpisahan berlangsung kemudian. Orangtua dapat juga mempercayai anak agar mandiri secara prematur, dengan mengabaikan kebutuhan-kebutuhan ketergantungannya. Dalam hal ini remaja dapat gagal mencapai kemandirian (Wright dan Leahey, 1984). Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat perhatian. Tugas perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah memfokuskan kembali hubungan perkawinan (Wilson, 1988). Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan tanggungjawab sebagai orangtua sehingga perkawinan tidak lagi memainkan suatu peran utama dalam kehidupan mereka. Suami biasanya menghabiskan banyak waktu diluar rumah karena bekerja dan melanjutkan kariernya, sementara itu, istrinya juga bekerja sementara itu, istrinya juga bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggungjawab sebagai orangtua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu dan energi untuk hubungan perkawinan. Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri, pasangan suami-istri meninggalkan rumah untuk meniti karier mereka atau dapat menciptakan kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anak-anaknya telah meninggalkan rumah (postparental). Mereka dapat mulai membangun fondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya. Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para anggota keluarga,
khususnya orangtua dan remaja, untuk berkomunikasi secara
terbuka. Karena adanya kesenjangan antar generasi, komunikasi terbuka seringkali hanya merupakan suatu cita-cita, bukan suatu realita. Seringkali terdapat saling tolak menolak antara orang tua dengan remaja menyangkut nilai dan gaya hidup. Orangtua yang berasal dari keluarga dengan berbagai macam masalah terbukti
seringkali
menolak dan memisahkan diri dari anak mereka yang tertua, sehingga mengurangi saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya. Mempertahankan etika dan standar moral keluarga merupakan tugas perkembangan keluarga lainnya (Duvall dan Miller, 1985). Meskipun aturan-aturan dalam keluarga perlu diubah, etika dan standar moral keluarga
perlu tetap
5
dipertahankan oleh orangtua. Sementara remaja mencari nilai-nilai dan keyakinankeyakinan mereka sendiri, adalah sangat penting bagi orangtua untuk mempertahankan dan mengetatkan prinsip-prinsip dan standar-standar mereka. Remaja sangat sensitif dengan ketidakcocokkan antara apa dikatakan dengan apa yang dipraktikkan. Namun demikian, orangtua dan anak-anak dapat belajar dari satu dan sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat ini saat ini. Transformasi nilai dari kaum muda juga mentransformasikan keluarga. Adopsi gaya hidup yang lebih bebas dan sederhana mengembangkan transformasi nilai yang mempengaruhi setiap saat kehidupan keluarga (Yankelowich, 1975). Masalah-Masalah Kesehatan. Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasikan dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat. Mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini menerima strategi-strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan-terutama kecelakaan mobil-merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cidera karena atletik juga umum terjadi. Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang-bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara orangtua dan kaum muda. Remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan menyangkut uji kehamilan, penggunaan obatobatan, uji AIDS, keluarga berencana dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa izin orangtua. Bila orangtua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan. Kebutuhan kesehatan yang lain adalah dalam bidang dukungan dan bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orangtua.
6
Konseling langsung yang bersifat menunjang dan memulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin diperlukan. Pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan. Kemungkinan diagnosa Resiko trauma Gangguan komunikasi verbal Koping individu tidak efektif Perubahan menjadi orang tua Perubahan proteksi Perubahan proses keluarga : Alkoholisme Peran perawat Pendidik tentang faktor-faktor resiko terhadap kesehatan Pendidik dalam issu pemecahan masalah mengenai alkohol, merokok, diit dan latihan Fasilitator tentang keterampilan-keterampilan interpersonal dengan remaja dan orang tua Pendukung, konselor, perujukan langsung pada sumber-sumber kesehatan mental Konselor pada keluarga berencana Perujukan untuk penyakit hubungan seksual Peserta dalam organisasi komunitas pada pengendalian penyakit BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. B DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA PADA An. A Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : NIM
:
7
I.
IDENTITAS UMUM KELUARGA A. Identitas Kepala Keluarga Nama (Initial) Umur Jenis Kelamin Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Alamat Rumah No. Telepon
: Tn. B : 42 tahun : Laki-laki : Islam : Bugis : Sarjana (S1) : Swasta : Green umais village E.16, Pao-pao, Gowa : 085256601998
B. Komposisi Keluarga Umur Nama No. (Initia L P l)
Imunisasi Agama Pend.
Pekerj aan
Hub
Ket
Hep
B C 1 2 3 G
DPT
Polio
1 2 3 1 2 3 4
Cam pak
1.
Ny.K
38
Islam
D3
Swast a
Istri
-
Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y
2.
An. A
15
Islam
SMP
-
Anak
Pel ajar
Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y
3.
An. F
9
Islam
SD
-
Anak
Pel ajar
Y Y Y Y
Y Y Y Y Y Y Y
Y
C. Genogram
8
Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Tinggal Serumah : Klien
D. Tipe Keluarga 1. Tipe keluarga : Keluarga inti (Nuclear Family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah. 2. Masalah yang terjadi dalam keluarga terkait tipe tersebut : Tidak ada masalah dalam keluarga Tn. B E. Suku Bangsa 1. Asal suku bangsa : Bugis-Makassar 2. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Mengkonsumsi obat herbal dan obat tradisional. F. Agama dan Kepercayaan 1. Agama keluarga : Islam 2. Kepercayaan yang mempengaruhi keluarga : Kesehatan adalah anugrah dari yang maha kuasa dan harus selalu disyukuri dan dipelihara, sedangkan sakit adalah ujian yang bisa menggugurkan sebagian dari dosa sehingga jika sakit dijalani dengan sabar. G. Status Sosial Ekonomi Keluarga 1. Anggota keluarga yang mencari nafkah : 2 orang (suami dan istri). 2. Penghasilan : Kurang lebih 8 juta rupiah/bulan. 3. Upaya lain : Ceramah agama dan pembimbing Haji dan Umroh tour. 4. Harta benda yang dimiliki : Televisi, Kulkas, AC, Kipas angin, Mesin cuci, Furniture, Sepeda motor dan Mobil. 5. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : Kurang lebih 6 juta/bulan.
9
H. Aktivitas Rekreasi Keluarga Menonton tv dan makan malam bersama, sesekali makan di luar dan jalan bersama keluarga di Mall, dan pada liburan anak sekolah sesekali ke tempat rekreasi keluarga. II.
RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA A. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tn. B memiliki 2 orang anak perempuan, yang pertama An. A berusia 15 tahun, sementara duduk di kelas 3 SMP, berada dalam tahap anak remaja. Anak kedua berusia 9 tahun, sementara duduk di kelas 3 SD, berada dalam tahap anak sekolah. B. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan apa kendalanya Semua tahap perkembangan telah terpenuhi. C. Riwayat kesehatan keluarga inti 1. Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Tn. B sering mengeluh batuk berdahak, keluhannya bertambah berat jika kecapean. Tn.B jarang memeriksakan dirinya ke dokter karena menganggap keluhannya sudah biasa dan akan berkurang setelah minum obat dan beristirahat. Tn.B mengidap penyakit asma. Ny.K sementara hamil anak ke-4 dan sering mengeluh cepat capek. An. A dan An.F tidak memiliki keluhan saat pengkajian. 2. Riwayat penyakit keturunan : Ayah dari Tn. B menderita penyakit Asma, sedangkan ibunya menderita hipertensi. Kedua orangtuanya sudah meninggal. 3. Riwayat kesehatan masing-masing keluarga : Tn. B mengidap penyakit asma, Ny. K sementara mengandung anak ke 4 dengan status G4P2A1, An. A kadang-kadang mengeluh nyeri ulu hati dan nyeri perut saat menstruasi, An. F kadang-kadang mendadak demam. 4. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Keluarga Tn.B memililki jaminan kesehatan BPJS ketenagakerjaan.
10
5. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: Tn.B mengkonsumsi obat batuk (grantusif tablet) saat keluhan batuknya timbul dan minum air hangat untuk memudahkan dahaknya keluar. Ny.K mengkonsumsi vitamin (folamil genio) dan lebih banyak beristirahat saat merasa lelah. An. A lebih memilih tidur saat nyerinya timbul sehingga nyerinya berkurang saat bangun tidur. Saat demam An.F diminumkan obat penurun panas (Parasetamol) dan disuruh istirahat/dilarang bermain. III. DATA LINGKUNGAN A. Karakteristik rumah 1. Luas rumah : 72 m2 (12 m x 6 m) 2. Tipe rumah : tipe 36/72 3. Kepemilikan : Rumah sendiri/pribadi 4. Jumlah dan ratio kamar/ruangan : 2 kamar tidur (4m x 3m dan 3m x 3m), 1 kamar mandi (2m x 2m), 1 dapur (4m x 3m), 1 ruang tamu/keluarga (5m x 3m), dan teras (3m x 6m). 5. Ventilasi/jendela : Jumlah jendela 4, depan kamar tidur bagian depan dan ruang tamu. Sedangkan kamar tidur bagian dalam, dapur dan kamar mandi cuma terdapat kusen dibagian atas pintu. 6. Pemanfaatan ruangan : 1 kamar bagian depan digunakan oleh Tn.B dan Ny.K, sedangkan 1 kamar bagian belakang digunakan An.A dan An.F. Ruang tamu sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga untuk nonton bersama dan bercengkrama bersama anggota keluarga. Ruang dapur digunakan untuk memasak, cuci piring dan cuci pakaian menggunakan mesin cuci. Wc digunakan untuk mandi dan BAB/BAK. Teras digunakan untuk memarkir kendaraan motor dan mobil. 7. Septic tank (letak/jarak) : Kurang lebih 10 meter dari sumur bor (letaknya di bagian depan rumah/teras) 8. Sumber air minum : Karena di rumah Tn.B masih menggunakan sumur bor, maka untuk sumber air minum Tn.B rutin mengambil di rumah
11
mertuanya yang memiliki PDAM dengan menggunakan jergen, air PDAM tersebut dimasukkan ke dalam penyaringan (Pureit) sebelum dikonsumsi. 9. Kamar mandi/WC : Menggunakan bak dan baskom untuk menampung air, jamban duduk dan memiliki septic tank. 10. Sampah dan limbah rumah tangga : Limbah rumah tangga hasil mencuci dialirkan ke got dan sampah dikumpulkan dalam plastic untuk diangkut oleh petugas kebersihan setiap harinya. 11. Kebersihan lingkungan : Tidak ada sampah yang berserakan di sekitar lingkungan tempat tinggal Tn.B 12. Denah rumah : DAPUR
KAMAR TIDUR
RUANG TENGAH TETANGGA RUANG TAMU
WC
KAMAR
TETANGGA
TIDUR
TERAS/GARASI (Rumah menghadap ke Timur) B. Karakteristik tetangga dan komunitas RW 1. Kebiasaan : Kerja bakti, pengajian di mesjid 2. Aturan/kesepakatan : Uang keamanan dan sampah 50 ribu/bln 3. Budaya : Gotong royong membersihkan lingkungan sekitar apalagi saat musim penghujan. C. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Tn.B menempati rumahnya sejak tahun 2011 sampai sekarang. Keluarga Tn.B termasuk keluarga yang aktif setiap harinya. Tiap pagi Tn.B dan Ny.K berangkat bersama ke kantor menggunakan mobil dan menyempatkan mengantar An.F ke sekolah karena satu jalur dan usai jam
12
sekolah menjemput An.F di sekolah dan lansung pulang ke rumah. Sedangkan An. A setiap hari berangkat dan pulang sekolah sendiri menggunakan sepeda motor. An. A belum mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM), An. A menggunakan helm ketika mengendarai motor jarak rumah dari sekolah ± 5 km. Saat hari libur mengunjungi rumah nenek yang kurang lebih 5 km dari rumah Tn. B. Pada bulan tertentu terkadang Tn.B berangkat ke Mekkah dalam rangka mengantar jamaah haji atau umroh. D. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Tn. B mengikuti kerukunan keluarga seperti arisan rutin setiap bulan, dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan di masjid dekat rumahnya. E. Sistem pendukung keluarga Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga saling menyayangi dan saling mendukung satu sama lain. Tn. B melengkapi fasilitas yang cukup baik untuk semua anggota keluarganya. Termasuk sarana transportasi dan asuransi kesehatan untuk membantu biaya pengobatan jika ada anggota keluarga yang sakit.
IV.
STRUKTUR KELUARGA A. Pola/cara berkomunikasi keluarga Keluarga Tn.B dalam keseharian baik berkomunikasi secara langsung/tidak langsung menggunakan bahasa Indonesia. Dalam keadaan emosi Tn. B tetap menggunakan kalimat positif begitupun dengan Ny. K, mereka selalu berusaha membangun komunikasi dua arah dengan seluruh anggota keluarga. B. Struktur kekuatan keluarga Tn. B sudah tidak memiliki orang tua, tetapi orang tua Ny. K masih lengkap dan selalu mendukung kelurga Tn. B. Saudara-saudara dari Tn. B dan Ny. K juga selalu siap membantu saat dibutuhkan baik dalam urusan moril maupun materil. C. Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga) - Peran formal Tn. B sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Sebagai kepala keluarga, pelindung, pencari nafkah dan sebagai anggota
13
masyarakat. Peran informalnya sebagai pengambil keputusan tertinggi di -
rumah. Peran formal Ny. K sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, mengurus rumah tangga, mendidik anak dan mengatur keuangan rumah tangga.
-
Peran informalnya sebagai pendamai antara anggota keluarga. Peran formal An. A sebagai anak dan sebagai pelajar. Peran informal
-
sebagai penyelaras dan sebagai tempat bercerita adiknya. Peran formal An. F sebagai anak dan sebagai pelajar. Peran informal sebagai penghibur di rumah.
D. Nilai dan norma keluarga Keluarga Tn. B menganut agama islam, sejak usia dini Tn. B membiasakan anak-anaknya mengenakan jilbab karena sudah menjadi kewajiban untuk semua perempuan muslim untuk mengenakannya. Ny. K juga mengenakan khimar. Kebiasaan saat keluar/masuk rumah mengucapkan salam, dan berpamitan (cium tangan) saat keluar rumah. Anak-anak Tn. B tidak akan keluar rumah atau mengikuti kegiatan ekschool tanpa ijin dari orang tuanya. Tn. B juga mengajarkan kepada anaknya untuk menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. V.
FUNGSI KELUARGA A. Fungsi afektif Keluarga Tn. B selalu menyayangi dan perhatian kepada anak-anaknya, Ny. S juga selalu mendukung dan mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak-anaknya selama dalam batas kewajaran dan tidak melanggar norma dan etika sopan santun. B. Fungsi sosialisasi 1. Kerukunan hidup dalam keluarga : perselisihan dalam keluarga jarang terjadi, kalau ada masalah di musyawarahkan. An. A lebih dewasa dan sering mengalah untuk menghindari perkelahian dengan adiknya.
14
2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga : terjalin dengan baik sangat baik, komunikasi dua arah dan pada waktu senggang ngumpul dan bercengkrama bersama keluarga. 3. Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : Tn. B sebagai kepala keluarga mempunyai peran yang dominan dalam mengambil keputusan. 4. Kegiatan keluarga waktu senggang : nonton bersama, jalan-jalan atau berkunjung ke rumah nenek. 5. Partisipasi dalam kegiatan social : Tn. B dan Ny. K menjadi panitia idul kurban di yayasan masjid cheng hoo setiap tahun. C. Fungsi perawatan kesehatan 1. Mengenal masalah kesehatan : Ny. K memiliki basic sekolah perawat dan bidan jadi banyak tau mengenai masalah kesehatan. 2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan : Ny. K berperan penting dalam keluarganya dalam hal konsumsi obat ataupun kapan harus ke fasilitas kesehatan. 3. Merawat anggota keluarga yang sakit atau mengalami masalah : Dalam keluarga Tn. B selama gejala sakit masih ringan diatasi sendiri, tetapi jika berlangsung beberapa hari maka anggota keluarga langsung di bawa ke fasilitas kesehatan. Semua anggota keluarga memiliki peran masingmasing jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit. 4. Memodifikasi lingkungan : Menyapu dan mengepel serta melap seluruh perabotan agar tidak ada debu rutin dilakukan setiap hari untuk mencegah factor pencetus gejala asma Tn. B muncul. Membuang sampah pada tempatnya dan rutin menguras bak yang ada di kamar mandi. 5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan : Jika ada keluarga yang sudah beberapa hari sakit baru di bawa ke fasilitas kesehatan (klinik).
D. Fungsi reproduksi
15
1. Perencanaan jumlah anak : Keluarga Tn. B berencana memiliki 3 orang anak. 2. Akseptor : Tidak menggunakan karena kondisi Ny. K sementara hamil 32 minggu. 3. Keterangan lain : G4P2A1, riwayat sel telur tidak berkembang (Blacktit ovum) kurang lebih setahun yang lalu dan dikuret pada umur kehamilan 16 mgg. E. Fungsi ekonomi 1. Upaya pemenuhan sandang pangan : keluarga Tn. B memenuhi kebutuhan pangan keluarganya dari hasil ceramah keagaman yang rutin dilakukannya setiap hari, sedangkan kebutuhan sandang keluarganya dilakukan setidaknya 2x setahun saat hari raya dari penghasilan yang sudah disisihkan. 2. Pemanfaatan sumber daya di masyarakat : catering di tempat kerja, dan membeli makanan jadi untuk dibawa pulang ke rumah. Selain itu jasa pencahit untuk menyediakan seragam sekolah An. F. VI.
STRES DAN KOPING KELUARGA A. Stressor jangka pendek -
An. A mengatakan cemas karena akan menghadapi ujian nasional An. A mengatakan tidak percaya diri dalam menghadapi ujian nasional Keluarga Tn. B menantikan kelahiran anak ketiga yang sementara dikandung Ny.K.
B. Stressor jangka panjang Tn. B masih memiliki beban cicilan mobil yang harus dibayar selama 2 tahun ke depan, biaya sekolah anak-anaknya yang masih panjang dan tambahan pengeluaran dengan bertambahnya anggota keluarga baru nantinya. C. Respon keluarga terhadap stressor Untuk stressor jangka pendek Tn.B rutin tiap bulan menemani istrinya periksa ke dokter spesialis kandungan. Sedangkan untuk stressor jangka panjang Tn.B lebih sering menyisihkan uang dan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. D. Strategi koping keluarga
16
Keluarga Tn.B selalu bermusyawarah jika ada masalah dalam keluarga, dan tetap berpikiran tenang, mendengarkan semua pendapat dari semua anggota keluarga jika dibutuhkan, namun keputusan tertinggi tetap berada di tangan Tn. B sebagai kepala keluarga. E. Strategi adaptasi disfungsional Tn.B dan Ny. K tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam ataupun berupa ancaman kepada anak-anaknya. VII. KEADAAN GIZI KELUARGA A. Pemenuhan gizi Keluarga Tn. B mengusahakan setiap hari mengkonsumsi gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat berupa nasi, protein berupa ikan/tahu/tempe/telur dan sesekali makan daging/ayam, serta makan sayur dan buah sebagai sumber vitamin. B. Upaya lain Setiap pagi selalu sarapan sebelum berangkat ke kantor dan sekolah. Ny. K mengkonsumsi vitamin dan susu khusus ibu hamil. Anak ke 2 Tn.B minum susu dan membawa bekal makanan ke sekolah. VIII. HARAPAN KELUARGA A. Terhadap masalah kesehatannya Tn. B berharap seluruh keluarganya selalu dalam keadaan sehat wal’afiat. B. Terhadap petugas kesehatan yang ada Petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang baik, tepat, dan cepat kepada siapa saja yang membutuhkan. Tidak membeda-bedakan seseorang dalam memberikan pelayanan kesehatan, miskin maupun kaya. IX.
PEMERIKSAAN FISIK (SEMUA ANGGOTA KELUARGA)
Jenis Pemeriksaan
Tn. B
Ny. K
An. A
An. F
(anak ke-1)
(anak ke-2)
17
Riwayat penyakit Asma
Hamil
Gastritis
Cepat lelah
Sakit
-
saat ini Keluhan yang di Batuk rasakan
berdahak
Tanda dan gejala
Ronkhi
di
ulu -
hati Pernafasan dan Nyeri tekan di denyut jantung epigastrium, meningkat
anoreksia.
Riwayat penyakit Riwayat asma
Riwayat blactit Riwayat
sebelumnya
ovum
gastritis
TD : 120/80
TD : 120/70
TD : 110/70
TD : 90/60
mmHg
mmHg
mmHg
mmHg
TTV
Riwayat febris
RR: 18 x/menit RR:20 x /menit RR: 18 x/menit RR: 18 x/menit
STATUS GIZI
KEPALA
N: 80 x/menit
N: 94 x/menit
N: 74 x/menit
N: 74 x/menit
S : 360C BB: 65 Kg
S : 36,80C BB: 71 Kg
S : 36,20C BB: 45 Kg
S : 360C BB: 25 Kg
TB: 165 cm
TB: 153 cm
TB: 153 cm
TB: 140 cm
IMT: 23,90
IMT: 30,34
IMT: 19,23
IMT: 12,75
(Berat Normal) (Gemuk) (Berat Normal) (Kurus) Rambut hitam, Rambut hitam Rambut hitam, Rambut hitam, uban
jarang dan
ditemukan, pendek
jarang lurus, panjang lurus, panjang
ditemukan
dan bersih
dan uban,
pendek
lurus
dan
bersih
dan bersih
bersih MATA
Kedua
mata Kedua
mata Kedua
mata Kedua
mata
simetris,
simetris,
simetris,
simetris,
konjungtiva
konjungtiva
konjungtiva
konjungtiva
18
an-anemis, sklera
an-anemis,
tidak sklera
an-anemis,
tidak sklera
an-anemis,
tidak sklera
tidak
ikterik,
ikterik,
ikterik,
ikterik,
penglihatan
penglihatan
penglihatan
penglihatan
baik,
apabila baik,
apabila baik,
apabila baik,
membaca tidak membaca tidak membaca tidak
HIDUNG
menggunakan
menggunakan
menggunakan
kacamata. Hidung
kacamata. Hidung
kacamata. Hidung
Hidung
simetris, tidak simetris, tidak simetris, polip simetris, tidak ada
polip, ada
polip, sebelah kanan, ada polip, tidak
tidak sinusitis, tidak sinusitis, tidak sinusitis, sinusitis,
PARU
penciuman
penciuman
penciuman
penciuman
baik. I:
baik. I:
baik. I:
baik. I:
Pengemb
Pengemb
Pengemb
Pengemb
angan
angan
angan
angan
paru
paru
paru
paru
simetris
simetris
simetris
simetris
P : Vokal
ABDOMEN
P : Vokal
P : Vokal
P : Vokal
Premitus
Premitus
Premitus
Premitus
sama
sama
sama
sama
P : Redup
P : Redup
P : Redup
P : Redup
A : Ronki I : Simetris
A : Vesikuler I : Simetris
A : Vesikuler I : Simetris
A : Vesikuler I : Simetris
A : Refluk
A : Refluk
A : Refluk
A : Refluk
15x/mnt
15x/mnt
15x/mnt P : Ada nyeri
15x/mnt
P : Tidak ada
P : Tidak ada
P : Ada nyeri
nyeri
nyeri
tekan di
tekan di
tekan
tekan
ulu hati
ulu hati
P : Timpani
P : Timpani
P : Timpani
P : Timpani
19
GENITALIA
EKSTREMITAS
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
terpasang
terpasang
terpasang
terpasang
kateter,
tidak kateter,
tidak kateter,
tidak kateter,
tidak
terdapat
terdapat
terdapat
terdapat
hemoroid Pada
hemoroid Pada
hemoroid Pada
hemoroid Pada
ekstremitas
ekstremitas
ekstremitas
ekstremitas
atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah atas dan bawah tidak
ada tidak
pembengkakan ,
pembengkakan
pergerakan ,
aktif
ada tidak
pembengkakan
pergerakan ,
aktif
ada tidak
pembengkakan
pergerakan ,
aktif
ada
pergerakan
aktif
ANALISA DATA
NO. 1.
DATA DS : -
An.
A
mengatakan
ETIOLOGI
PROBLEM
Mengenal masalah
Koping induvidu
kesehatan keluarga
tidak efektif
20
cemas
karena
akan
menghadapi -
ujian
nasional An. A mengatakan tidak percaya
diri
dalam
menghadapi
ujian
nasional DO : -
An. A rajin belajar An. A mengikuti bimbingan
belajar
di
sekolah 2.
DS:
Memutuskan -
An. A mengatakan setiap hari berangkat
Resiko trauma
tindakan yang tepat bagi keluarga
dan pulang sekolah sendiri menggunakan sepeda motor. DO : -
An. A mengendarai
-
motor sendiri An. A belum mempunyai Surat Izin
-
Mengemudi (SIM) An. A menggunakan helm ketika
-
mengendarai motor jarak rumah dari sekolah ± 5 km
21
Diagnosa keperawatan 1. Koping induvidu tidak efektif berhubungan mengenal masalah kesehatan keluarga 2. Resiko trauma berhubungan dengan memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga Penapisan masalah 1. Koping induvidu tidak efektif berhubungan mengenal masalah kesehatan keluarga Kriteria 1. Sifat masalah a. Aktual (tidak/kurang sehat) b. Ancaman kesehatan c. Keadaan sejahtera 2. Kemungkinan masalah dapat diubah a. Mudah b. Sebagian c. Tidak dapat
Skor
Pembenaran An. A cemas dan tidak percaya diri
dalam
nasional Cemas smeentara,
menghadapi
hanya jika
ujian
berlangsung ujian
selesai
cemas akan hilang
3. Potensi masalah untuk dicegah a. Tinggi b. Cukup c. Rendah 4. Menonjolnya masalah a. Masalah berat dan harus segera
An. A rajin belajar dan mengikuti bimbingan belajar di sekolah Keluarga
tidak
mengetahui
kecemasan yang di rasakan oleh
ditangani b. Ada masalah, tidak perlu segera
An. A
ditangani c. Masalah tidak dirasakan Jumlah
2. Resiko trauma berhubungan dengan memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga Kriteria
Skor
Pembenaran
22
1. Sifat masalah a. Aktual (tidak/kurang sehat) b. Ancaman kesehatan c. Keadaan sejahtera
An. setiap hari berangkat dan
2. Kemungkinan masalah dapat diubah a. Mudah b. Sebagian c. Tidak dapat 3. Potensi masalah untuk dicegah a. Tinggi b. Cukup c. Rendah
Orang tua sibuk bekerja dan tidak
4. Menonjolnya masalah a. Masalah berat dan harus segera
Anak
pulang sekolah sendiri menggunakan sepeda motor.
selalu mempunyai waktu untuk mengantarkan anaknya ke sekolah Orang tua dapat mengantarkan anaknya ke sekolah
masih
membawa
ditangani b. Ada masalah, tidak perlu segera
karena
di
perbolehkan
kendaraan
anak
sudah
sendiri terbiasa
membawa motor sendiri
ditangani c. Masalah tidak dirasakan
Jumlah
INTERVENSI No.
DIAGNOSA
NOC
NIC
1
Koping
Koping
Pengurangan kecemasan
induvidu tidak efektif berhubungan mengenal
-
Gunakan pendeketan yang tenang dan meyakinkan Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku
-
klien Berikan objek yang menunjukan perasaan aman Ciptakan atmosfer aman untuk meningkatkan
-
kepercayaan Berikan aktivitas pengganti untuk mengurangi
-
tekanan Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
-
kecemasan Kontrol stimulus untuk kebutuhan klien secara tepat
masalah kesehatan keluarga
23
Peningkatan koping -
Bantu klien dalam mengidentifikasi tujuan jangka
-
pendek dan jangka panjang yang tepat Bantu klien dalam memnuhi sumber- sumber yang
-
tersedia untuk memenuhi tujuannya Bantu pasien untuk memecah tujuan yang kompleks menjadi lebih kecil dengan langkah yang dapat di
2. Resiko trauma berhubungan
Kejadia n jatuh
-
kelola Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan
-
cara yang konstruktif Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan
jaminan Manajemen lingkungan : keselamatan -
Identifikasi hal-hal yang membahayakan di
-
lingkungan Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahan
-
berbahaya dan beresiko Monitor lingkungan terhadap terjadinya perubahan
dengan memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
status keselamatan
24