Makalah Kep - Jiwa Keputusasaan Gel 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KEPUTUSASAAN Dosen Pembimbing : Ibrahim N.Bola M.M - Fifi Siti Fauziah Yani S.kep.,Ns.,M.Kep - R ahmi Imelisa M.Kep.,Ns.Sp.Kep.J - Khrisna Wisnusakti S.Kep.,Ns.,M.Kep



Disusun Oleh Gelombang 2 : Vicky Salman F



211119044



Tuti Alawiyah



211119055



Satya Abil P



211119045



Fera Yunita



211119057



Bunga Marsella I



211119046



Syifa Azhary



211119058



Fitria Nurhanifah



211119047



Iis Noeriska



211119059



Asnannisa



211119048



Mutiara Nabila



211119060



Salma Raihana



211119049



Siti Nurfalaah



211119061



Fatrikha Putri M



211119051



Asep Dani



211119062



Risma Nuryanti



211119052



M Rifa K



211119063



Ressa Purnama S



211119053



Selgiana Sapta A



211119064



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D-3) FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 2021/2022



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Klien dalam perspektif keperawatan merupakan individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah kesehatan dan membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan status kesehatannya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, klien memiliki beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka keperawatan memandang manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, psikologis dan spiritual. Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan kebutuhan lainnya pada saat seseorang sakit, spiritual dapat menimbulkan perasaan nyaman dan aman ketika klien sakit tersebut berserah diri kepada keadaannya. Tetapi berserah diri ini berbeda dengan putus asa. Dimana keputusasaan adalah suatu kondisi dimana biasanya klien mengalami penyakit terminal dan ia sudah tidak mengharapkan dan mengusahakan kesembuhannya.



Maka dari itu kami akan membahas mengenai asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami keputusasaan sehingga semangat hidupnya kembali bangkit dan ia kembali berusaha untuk hidup dan sembuh



1.2 Rumusan Masalah



1



Apa itu keputusasaan ?



2



Apa saja hal-hal penting mengenai keputusasaan?



3



Bagaimana faktor penyebab pada keputusasaan?



4



Bagaimana tanda dan gejala pada keputusasaan?



5



Bagaimana akibat keputusasaan ?



6



Bagaimana pencegahan keputusasaan?



7



Bagaimana penatalaksaan medis pada keputusasaan?



1.3 Tujuan



Mahasiswa dapat memahami konsep klien dengan keputusasaan dan perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami keputusasaan sehingga mahasiswa kelak dapat memberikan asuhan keperawatan spiritual pada klien yang mengalami keputusasaan dan meningkatkan/membangkitkan semangat hidupnya



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1



Definisi



Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani



( dengan kata lain mustahil ).



Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya. Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah karena merasa tidak mampu, seolah- olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping baru serta yang tidak ada yang akan membantu (Riyadi dan Purwanto, 2009). Putus asa merupakan tanda dari individu yang mengalami putus harapan yang akan menyebabkan seseorang bunuh diri jika sudah dalam keadaan berat (Riyadi dan Purwanto, P.127, 2009). Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.



2.2



Faktor Penyebab



A. Rentang Respon (Beck, dkk., dalam Riyadi dan Purwanto, 2009) 1. Respon Adaptif (Harapan) a. Yakin b. Percaya c. Inspirasi d. Tetap hati 2. Respon Maladaptif (Putus Harapan) a. Tidak berdaya b. Putus asa c. Apatis d. Gagal dalam kehidupan e. Ragu – ragu f.



Sedih



g. Depresi h. Bunuh diri



B. Proses terjadinya masalah Faktor yang terkait : 1. Pengabaian 2. Kondisi fisiologis yang memburuk 3. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual 4. Kehilangan kepercayaan pada nilai – nilai transenden



5. Stres jangka panjang 6. Pembatasan



kegiatan



berkepanjangan



menciptakan



isolasi (Rosernberg dan Smith, 2010).



Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu : 1. Faktor kehilangan 2. Kegagalan yang terus menerus 3. Faktor Lingkungan 4. Orang terdekat ( keluarga ) 5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) 6. Adanya tekanan hidup 7. Kurangnya iman



2.3



Tanda dan gejala



A. Mayor Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam , berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan. 1. Fisiologis : a. Respon Terhadap Stimulus Melambat b. Tidak Ada Energi c. Tidur Bertambah 2. Emosional : a. Individu



Yang



Putus



Asa



Sering



Sekali



Kesulitan



Mengungkapkan Perasaannya Tapi Dapat Merasakan b. Tidak Mampu Memperoleh Nasib Baik, Keberuntungan Dan Pertolongan Tuhan c. Tidak Memiliki Makna Atau Tujuan Dalam Hidup d. Hampa Dan Letih e. Perasaan Kehilangan Dan Tidak Memiliki Apa-Apa f.



Tidak Berdaya,Tidak Mampu Dan Terperangkap.



3. Individu memperlihatkan : a. Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan b. Penurunan verbalisasi c. Penurunan afek



d. Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat. e. Ketidakmampuan mencapai sesuatu f.



Hubungan interpersonal yang terganggu



g. Proses pikir yang lambat h. Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.



4. Kognitif : a. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat keputusan b. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini c. Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir d. Kaku



(memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )



e. Tidak



punya



kemampuan



berimagenasi



berharap f.



Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan



g. Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan h. Tidak dapat mengenali sumber harapan i.



Adanya pikiran untuk membunuh diri.



atau



B. Minor ( mungkin ada ) 1. Fisiologis a. Anoreksia b. BB menurun 2. Emosional a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain b. Merasa berada diujung tanduk c. Tegang d. Muak ( merasa ia tidak bisa) e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani f.



Rapuh



3. Individu memperlihatkan a. Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara b. Penurunan motivasi c. Keluh kesah d. Kemunduran e. Sikap pasrah f.



Depresi



4. Kognitif a. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu, masa sekarang , masa datang b. Bingung c. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif d. Distorsi proses pikir dan asosiasi e. Penilaian yang tidak logis



2.4



Akibat Keputusasaan



Akibat yang dapat ditimbulkan dari terjadinya keputusasaan yaitu : 1. Stres 2. Depresi 3. Galau 4. Sakit 5. Pola hidup yang tidak teratur 6. Letih, Lesu, Lemah; disebabkan karena faktor psikis 7. Hilang kesempatan yang ada, karena ketika kesempatan itu datang ia sibuk dengan rasa putus asa yang ada. 8. Trauma; tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk



melakukan



hal



yang



sama



karena



takut



akan



mengalami rasa putus asa untuk yang kedua kalinya. 9. Gila; akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian orang 10.



Sakit; diawali dengan makan yang tidak teratur, tidur terlalu larut, beban pikiran yang berlebihan.



11. Kematian; beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan tidak hanya karena sakit yang berkepanjangan namun juga karena faktor psikis yang berlebihan.



2.5



Pencegahan



Di bawah ini ada beberapa cara mencegah timbulnya keputusasaanyaitu : 1. Berbaik sangkalah kepada ALLAH,Ingat bahwa setiap yang kita alami ada hikmahnya. Semua ini hanyalah sebuah cobaan dan bukti kecintaaan tuhan kepada kita. 2. Berpikir bahwa tidak ada kegagalan yang abadi, karena kita bisa mengubahnya dengan ber buat hal-hal baru. 3. Tetapkan tindakan kita dalam keadaan apapun kita tetap bisa memilih tindakan atau mengubah kebiasan lama dan mencari jalan untuk mengatasi masalah yg tengah kita hadapi 4. Bersikap lebih fleksibel, kehidupan tidak selalu seperti yang di harapkan. Apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru maka ketegangan kita kan berkurang. 5. Kembangkan tindakan yang kreatif Tanyakan pada diri sendiri "kesempatan apa bagi saya di sini ? jalan mana yang terbuka bagi saya ?" 6. Evaluasi setiap situasi. Pikirkan segala tindakan sebelum bertindak agar bisa di dapatkan pemecah masalah yan baik. 7. Lihat sisi positifnya. Kegagalan memang merupakan pengalaman yang menyakitkan. Tapi daripada memikirkan kerugian yang kita alami, lebih baik fokuskan pada apa yang telah kita pelajari.



8. Bertanggung jawab. Jangan salah kan orang lain jika gagal,tapi perhatikan baik-baik masalah nya dan cobalah memahaminya. Tanyakan pada diri sendiri bagaimana mengatasinya. 9. Pelihara selera humor dan tertawa memang tidak segera memecahkan masalah,tetapi akan membantu kita melihat masalah secara perspektif. Hal itu bagaikan cahaya dalam kegelapan. 10. Ingatlah bahwa kegagalan adalah guru yang paling berharga kita bisa belajar tentang bagaimana kita bisa gagal dan bagaimana kita mengatasi sebuah kegagalan.



2.6



Penatalaksaan medis



1. Psikofarmaka Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan. 2. Psikoterapi Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.



Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,dsbnya. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya. 3. Terapi Psikososial Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka. 4. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa



kegiatan



ritual



keagamaan



seperti



sembahyang,



berdoa,



mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb 5. Rehabilitasi Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan



kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan



Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Keperawatan Jiwa Keputusasaan ” penulis menyimpulkan bahwa individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah karena merasa tidak mampu, seolah- olah koping yang biasa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping baru serta yang tidak ada yang akan membantu (Riyadi dan Purwanto, 2009). B. Saran Dalam mengatasi keputusasaan tidak hanya terapi farmakologis yang diberikan akan tetapi efek terepeutik dari perawat sangat membantu dalam proses kesembuhan klien dengan keputusasaan. Agar efek dari keputusasaan dapat konstruktif individu hasrus dapat menggunakan koping yang efektif sehingga efek destruktif dari keputusasaan dapat dihindari.



DAFTAR PUSTAKA



Lidiawati.2012. Asuhan Keperawatan Keputusasaan. URL:https://www.scribd.com/doc/92790926/Keputusasaan#. Diakses



pada



tanggal 7 Mei 2015 jam 19.00 WIB. Riyadi S & Purwanto T, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilm