Makalah Kespro Pemeriksaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMAHAMI HASIL DARI BEBERAPA PEMERIKSAAN FERTILITAS Makalah Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana



Pembimbing Mata Kuliah : Nessi Meilan, SST, M.Kes



Disusun oleh: Tengku Finika Zahra



P3.73.24.1.17.027



Tiana Widyastuti



P3.73.24.1.17.028



Yasmine salsabila P



P3.73.24.1.17.029



Ziyan Jannati



P3.73.24.1.17.030



JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN POLTEKKES KEMENKES JAKART A III 2018/2019



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Hasil Pemeriksaan Fertilitas pada mata kuliah Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



                                                                                      Jakarta,  28 Agustus 2018     



                                                                                              Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.........................................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iii DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2 1.3 Tujuan.......................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pemeriksaan Mukus Serviks.....................................................................................3 2.2 Pemeriksaan Tes Fern...............................................................................................8 2.3 Pemeriksaan Uji Pasca Coitus.................................................................................11 2.4 Pemeriksaan Histerosalfingografi............................................................................14 2.5 Pemeriksaan Hidrotubasi.........................................................................................19 2.6 Pemeriksaan Inseminasi Artificial...........................................................................21 BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan..............................................................................................................28 1.2 Saran........................................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................29



ii



DAFTAR GAMBAR



Gambar.1 Lendir serviks seperti putih telur : Subur.............................................................6 Gambar.2 Lendir serviks bening dan lentur : Subur.............................................................7 Gambar.3 Lendir serviks seperti krim : Tidak Subur...........................................................7 Gambar.4 Lendir serviks lengket : Tidak Subur...................................................................8 Gambar.5 Bentuk Fertilitas..................................................................................................10 Gambar.6 Sperma Bergerak Maju dalam Lendir yang Normal...........................................11 Gambar.7 Lendir Serviks Normal........................................................................................11 Gambar.8 Lendir Serviks Tidak Normal.............................................................................12 Gambar.9 Normal HSG.......................................................................................................19 Gambar.10 Inseminasi Buatan.............................................................................................22 Gambar.11 Proses Inseminasi..............................................................................................23



iii



DAFTAR TABEL



Tabel.1 Alat dan Bahan Tes Fern.........................................................................................9 Tabel.2 Alat dan Bahan Pemeriksaan Histerosalfingografi.................................................15



iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Fertilitas merupakan kemampuan organ reproduksi untuk bekerja optimal menjalankan fungsi fertilisasi. Kondisi seseorang tidak dapat hamil setelah satu tahun menjalani hubungan intim secara teratur tanpa kontrasepsi disebut infertilitas atau ketidaksuburan. Pada wanita, penyebabnya dapat berupa infeksi pada vagina, kelainan serviks uteri, uterus, dan tuba falopi serta gangguan hormonal seperti hambatan sekresi FSH dan LH yang berperan dalam ovulasi. Pada pria, penyebabnya dapat berupa abnormalitas  pada sperma (baik morfologi maupun motilitas sperma), ejakulasi (ejakulasi retrograde, hipospadia)atau pun ereksi, infeksi pada jaringan genital yang menyebabkan obstruksi saluran genital serta pemakaian obat antikanker dan pengaruh radiasi. Untuk bisa hamil, organ reproduksi wanita harus berfungsi secara optimal. Bilamana kehamilan tidak kunjung datang meski sudah berhubungan seks rutin, beberapa prosedur bisa digunakan sebagai alat tes kesuburan untuk memeriksakan kesehatan organorgan reproduksi wanita.  Pemeriksaan fertilitas sangat penting untuk mengevaluasi ada tidaknya gangguan fertilitas sehingga dapat menentukan terapi yang tepat.Berdasarkan laporan American Society of Reproductive Medicine, sepertiga kasus infertilitas disebabkan oleh gangguan fertilitas pada wanita, sepertiganya gangguan pada pria, sedangkan sepertiganya lagi disebabkan gangguan fertilitas pada kedua belah pihak atau adanya gangguan fertilitas yang tidak dapat dijelaskan. Beberapa organ wanita yang terlibat secara langsung dan harus memiliki kinerja baik dalam sistem reproduksi, adalah rahim, tuba fallopi, dan ovarium (indung telur). Ketika salah satu organ reproduksi tidak bekerja secara optimal, maka dibutuhkan tes kesuburan untuk mengetahui kondisi dan gangguan yang terjadi pada masing-masing organ tersebut.



1



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Saja Rangkaian Pemeriksaan Mucus Serviks? 2. Apa Saja Rangkaian Pemeriksaan Tes Fern? 3. Apa Saja Rangkaian Pemeriksaan Uji Pasca Coitus? 4. Apa Saja Rangkaian Pemeriksaan Histerosalfingografi? 5. Apa Saja Rangkaian Pemeriksaan Hidrotubasi? 6. Apa Saja Rangkaian Pemeriksaan Inseminasi Artificial?



1.3 Tujuan 1. Mengetahui Rangkaian Pemeriksaan Mucus Serviks 2. Mengetahui Rangkaian Pemeriksaan Tes Fern 3. Mengetahui Rangkaian Pemeriksaan Uji Pasca Coitus 4. Mengetahui Rangkaian Pemeriksaan Histerosalfingografi 5. Mengetahui Rangkaian Pemeriksaan Hidrotubasi 6. Mengetahui Rangkaian Pemeriksaan Inseminasi Artificial



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pemeriksaan Mukus Serviks



a. Definisi Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern. Lendir serviks atau disebut juga cervical mucus (CM) adalah cairan yang dihasilkan oleh leher rahim atau serviks, yang produksinya dirangsang oleh hormon estrogen. Sepanjang siklus haid, jumlah, kekentalan, dan kualitas lendir serviks yang dihasilkan akan berubah-ubah berdasarkan hormon yang terkait dengan ovulasi. Menjelang ovulasi, kadar estrogen mulai melonjak, yang menyebabkan leher rahim mengeluarkan lebih banyak lendir serviks yang berkualitas subur. Tanda kesuburan wanita ini memiliki ciri khas lendir serviks putih telur, bersih, licin, dan melar atau elastis, mirip dengan kekentalan putih telur, dan merupakan media pelindung bagi sperma dalam hal tekstur dan pH-nya serta berfungsi untuk melancarkan jalan sperma menuju ovum (sel telur). Berikut ini perkembangan kuantitas dan kualitas lendir serviks yang normal dalam satu siklus menstruasi : 



Setelah datang bulan: Produksi lendir serviks paling rendah tak lama setelah menstruasi, dan bahkan beberapa wanita cenderung mengalami “kekeringan” selama masa ini. Namun, selama beberapa hari berikutnya, akan keluar lebih banyak lendir berwarna kuning, keruh, atau putih, dan agak lengket.







Menjelang ovulasi: Saat memasuki masa subur, jumlah dan kelembapan lendir leher rahim akan bertambah. Warnanya akan tampak seperti krem.







Pada masa ovulasi: Produksi lendir serviks akan mencapai kadar tertinggi, kekentalan dan warna lendir akan serupa dengan putih telur. Inilah lendir serviks berkualitas subur, tanda kesuburan wanita. 3







Setelah ovulasi: Setelah ovulasi, jumlah lendir serviks mulai menurun dan menjadi lebih kental.



b. Tujuan Metode mukus seviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan, yaitu dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan. c. Prosedur pemeriksaan Mukus Serviks 1. Cuci bersih dan keringkan tangan 2. Bisa menggunakan tisu untuk mengambil sampel lendir serviks dengan cara mengusapkannya pada vagina. 3. Lepaskan jari dan amati kekentalan sampel lendir serviks dengan memegang lendir di antara ibu jari dan jari telunjuk, sambil menekan jari-jari, lalu perlahanlahan pisahkan keduanya. 4. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya. 5. Kenali karakteristik lendir serviks, sebelum memeriksanya pelajari terlebih dahulu karakteristik lendir sekviks sepanjang siklus menstruasi. Dengan demikian, dapat memantau siklus mentruasi dan ovulasi dengan lebih efektif. a. Lendir serviks mungkin tidak akan keluar dalam 3-4 hari setelah masa menstruasi selesai. b. Setelah beberapa hari pertama, sedikit lendir seviks yang keruh dan lengket mungkin akan keluar selama 3-5 hari. c. Selanjutnya, lendir serviks akan bertambah banyak dan basah. Hal ini berhubungan dengan saat-saat menjelang dan selama ovulasi. Lendir juga mungkin akan terasa tipis, licin, dan sangat elastis. Inilah masa tersubur Anda. d. Setelah ovulasi, lendir serviks mungkin tidak akan keluar hingga 2 minggu sebelum Anda menstruasi kembali. Lendir serviks kental, tetapi jarang juga mungkin akan keluar.



4



e. Perlu diketahui bahwa jangka waktu tiap-tiap fase di atas berbeda-beda bagi setiap wanita. Jadi, mencatat karakteristik lendir serviks sendiri dapat membantu Anda mengetahui berapa lama tiap-tiap fase itu berlangsung selama siklus menstruasi.  f. Lendir serviks normal, sperma, atau cairan pelumas seksual mungkin sulit dibedakan dalam siklus menstruasi yang pertama. Jadi, untuk lebih dapat mengenali karakteristik lendir serviks normal, Anda mungkin perlu menghindari hubungan seksual dalam siklus tersebut. 6. Catat karakteristik lendir serviks Anda. Tuliskan karakteristik khusus pada lendir serviks setiap hari. Catatan ini akan membantu Anda mengenali fase-fase dalam siklus menstruasi, masa subur, atau saat Anda sebaiknya menghindari hubungan seksual. Anda seharusnya dapat mengenali polanya setelah beberapa siklus menstruasi pertama.  a. Awali pemantauan karakteristik lendir serviks satu hari setelah menstruasi Anda berakhir. b. Periksalah setiap hari, pada waktu yang sama untuk membantu Anda memahami pola perubahannya seiring waktu. c. Pastikan untuk mencatat warnanya, seperti kuning, putih, jernih, atau keruh. d. Catat konsistensinya, apakah kental, lengket, atau elastis? e. Tuliskan yang Anda rasakan saat menyentuh lendir. Lendir mungkin terasa kering, basah, atau licin. Anda juga mungkin perlu menyentuh vulva dan mencatat sensasi di bagian tersebut, apakah kering, lembap, atau basah. 7. Periksa lendir serviks sebelum dan setelah buang air kecil a. Gunakan tisu toilet berwarna putih sehingga Anda bisa mengamati warna lendir serviks dengan baik. b. Usapkan tisu dari depan ke belakang sebelum dan setelah buang air kecil. c. Pastikan untuk menuliskan tampilan lendir serviks pada tisu toilet dalam catatan Anda. 8. Evaluasi catatan lendir serviks, catatan ini akan membantu untuk mengevaluasi siklus menstruasi dan ovulasi secara efektif, dan membantu mencegah atau memperbesar peluang kehamilan.



d. Kontraindikasi 5



1. Perempuan dengan siklus haid tidak teratur. 2. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid. 3. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya. e. Hasil Pemeriksaan



Gambar.1 Lendir serviks seperti putih telur : Subur.



6



Setelah menstruasi akan terlihat perubahan tekstur lendir serviks, yaitu menjadi basah dan licin setelah beberapa hari. Lendir serviks yang teksturnya putih diyakini paling



sebagai



penanda masa



subur.



Teksturnya



yang halus dan



elastis



memungkinkan



sperma



berenang dengan



mudah menuju



sel



elastinya,



telur.



Sifat



lendir serviks bisa



direngangkan



sekitar 5-7,5 cm tanpa putus di tengah.



Gambar.2 Lendir serviks bening dan lentur : Subur. Semakin mendekati masa ovulasi, serviks akan lebih basah dan teksturnya menjadi elastis (cenderung cair). Tujuannya, semakin memudahkan sperma bergerak kencang menuju sel telur. Pada kondisi seperti ini, akan merasa sedang buang air kecil di celana. Lendir serviks pada masa subur bewarna benar-benar bening dengan tekstur yang licin dan fleksibel (cenderung cair).



7



Gambar.3 Lendir serviks seperti krim : Tidak Subur. Setelah masa ovulasi, lendir serviks tidak lagi basah atau licin. Lendir serviks dengan tekstur krim dianggap tidak subur karena menghambat pergerakan sperma. Warna lendir biasanya putih atau kuning krem. Teksturnya yang tebal membuat lendir serviks terasa seperti lotion saat digosokkan di antara jari



Gambar.4 Lendir serviks lengket : Tidak Subur. Menuju masa menstruasi, tekstur lendir seviks biasanya menjadi lebih lengket dan rekat. Hal ini menunjukkan kita berada dalam kondisi yang kurang subur. Teksturnya tebal dan kental seperti pasta lengket dapat membuat sperma semakin sulit berenang menuju rahim.



2.2 Pemeriksaan Tes Fern 1. Definisi Menurut Samuel dan sirjaningrat, tes fern/ferning (uji pakis) merupakan salah satu cara untuk menguji lendir serviks. Selain itu, tes ferning ini juga dapat mengetahui hasil ovulasi yang baik dari air liur (Saliva). Menurut barbato, Tes ferning (uji pakis) lendir serviks. Dalam penerapannya, struktur pakis atau hasil dari uji fern ini dapat ditemukan karena adanya NaCl dalam lendir serviks. Namun, menurut ganong, pada air liur atau saliva berdasarkan data fisiologis bahwa normalnya kecepatan aliran rendah air liur dari adanya kandungan garam kalium dan sedikit sekali garam natrium. Adanya perbedaan inilah kemungkinan yang menyebabkan gambaran ferning antara lendir serviks dan air liur (Saliva). 2. Tujuan Untuk mengetahui ovulasi dan tingkat infertilitas pada seorang klien.



8



3. Alat dan bahan a. Objek glass b. Mikroskop c. Cotton bud d. Spiritus Tabel.1 Alat dan Bahan Tes Fern Nama alat dan bahan Preparat



Fungsi Untuk menaruh objek



Mikroskop



Untuk melihat mikroskopik pada uji pakis



Untuk mengambil saliva Cotton Bud



Spiritus



Untuk pemberian cahaya pada penglihatan pakis



9



4. Prosedur Tes Fern 1. Perlakuan dilakukan pada hari ke-14 siklus menstruasi perempuan 2. Ambil air saliva dari mulut yang belum terkontaminasi oleh apapun setelah bangun tidur di pagi hari 3. Ambil menggunakan cotton bud 4. Swab di objek glass 5. Amatin diatas cahaya di mikroskop bentuk hasilnya. a. Normal



Gambar.5 Bentuk Fertilitas Bentuk normal fertilitas seseorang seperti gambaran (a) sedangkan bentuk infertilitas pada seseorang dapat tergambarkan seperti gambaran (c). b. Kontraindikasi Ferning muncul karena meningkatnya tingkat estrogen adalah sedemikian rupa sehingga elektrolit (khusus Na dan Cl) meningkatkan air liur. 1) peningkatan suhu tubuh basal oleh 0.2-0,50 2) perubahan dalam lendir serviks yang menjadi lebih tebal, lebih jelas, putih dan licin. Benang elastis yang disebut spinnbarkeit yang



10



terbentuk ketika itu ditarik. Lendir ini berfungsi untuk mempermudah gerakan sel telur dan sperma penangkapan. Rasanya asin karena mengandung garam. 3) perubahan dalam karakter dari vagina ephitelium yang bisa diamati di bawah mikroskop saat menstruasi 4) perubahan di tingkat estrogen dan progesteron tingkat dalam urin atau darah, dan dalam air susu ibu menyusui 5) perut sakit yang disebabkan oleh stimulasi membran peritoneal akibat pecah pembuluh darah atau folikel 6) Bloating atau air berat karena retensi air 7) perubahan di payudara menjadi lebih lembut dan lembut.



2.3 Pemeriksaan Uji Pasca Coitus Saat akan mendekati ovulasi, hormon estrogen akan merangsang lendir serviks. Agar sperma dapat bertemu dengan ovum, maka sperma harus dapat melewati lendir serviks. Dalam kasus tertentu, terdapat ketidak cocokan antara lendir serviks dan sperma sehingga sperma tidak dapat berenang menuju ovum. Maka dilakukanlah Uji Pasca Senggama (UPS) untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir serviks saat mendekati ovulasi. Pengukuran ovulasi dapat dilakukan dengan cara pengukuran suhu basal tubuh, lendir serviks, dan kadar LH dalam urine. Tes ini dilakukan 8-10 jam setelah bersenggama. setelah diambil sempel lendir serviks diperiksa di bawah mikroskop. Jumlah sperma terlihat normal (20 juta per milliliter)



Gambar.6 Sperma Bergerak Maju dalam Lendir yang Normal Lendir serviks dapat membentuk benang minimal 2 inc



11



Gambar.7 Lendir Serviks Normal Lendir yang mengering membentuk pola seperti pohon cemara (fernlike pattern)



Gambar.8 Lendir Serviks Tidak Normal Apabila tidak terdapat sperma dalam jumlah yang normal, sperma berkelompok dan tidak bergerak normal, lendir yang kering tidak membentuk fernlike pattern. Apabila uji menghasilkan tidak normal maka dapat dilanjutkan dengan uji penetrasisperma. Uji penetrasi Sperma berfungsi untuk mengetahui apakah sperma dapat bergerak melewati lendir serviks dan tuba falopu agar dapat membuahi ovum. Persiapan pasien: 1. Melakukan informant concent 2. Menyiapkan tempat tidur ginekologi dan lampu sorot. 3. Menganjurkan klien membuka pakaian bawah 4. Menganjur klien berbaring di tempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi Alat dan Bahan : a. Kapas lidi steril atau ayse b. Gelas obyek c. Bengkok d. Sarung tangan 12



e. Spekulum f. Botol khusus berisi alcohol 96% g. Cytocrep (hair spray) h. Kain kassa, kapas sublimat i. Perlak Prosedur pelaksanaan metode : 1. Memberitahu dan menjelas kan kepada pasien  tindakan yang akan dilakukan 2. Menyiapkan alat dan bahan membawa ke dekat  pasien 3. Memasang sampiran 4. Membuka atau menganjurkan pasien  menanggalkan pakaian bawah (tetap jaga privacy pasien) 5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien 6. Mengatur posisi pasien  dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent) 7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir mengeringkan dengan handuk bersih 8. Memakai sarung tangan 9. Buka labia mayora dengan ibu jari  dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan 10. Melakukan vulva hygine 11. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dan tangan yang dominan sesuai kebutuhan 12. Menghapuskan sekret vagina pada gelas obyek yang disediakan 13. Membuang kapas  lidi dalam bengkok 14. Fiksasi segera sediaaan yang dibuat dengan cara: a. Fiksasi Basah Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alcohol 96%. Setelah difiksasi selama 30 menit,  sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan terndam cairan fiksasi didalam botol. b. Fiksasi Kering Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih segar disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass mengandung usapan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya 13



diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboraturium sitologi untuk diperiksa. 15. Bersihkan porsio dan dinding vagina denagn kasa steril dengan  tampon tang 16. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan 17. Berutahui klien bahwa pemeriksaan sudah selesai 18. Cuci tangan                                                                      19. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan



2.4 Pemeriksaan Histerosalfingografi 1. Definisi Histerosalfingografi (HSG) merupakan suatu prosedur untuk melihat bayangan rongga rahim dan bentuk uba fallopi dengan metode radiografi. biasanya, hal ini dapat dilakukan pada hari ke 9-10 sesudah haid mulai karena pada waktu ini haid biasanya sudah berhenti dan selaput lendir uterus berdsifat lebih tenang atau tidak ada peluruhan yang berlebih maupun pengendapan yang berlebih. 2. Tujuan tujuan dalam perlakuan HSG ini untuk mengetahui tingkat infertilitas seorang perempuan sehingga dapat menurunkan penyebab infertilitas mereka. 3. Bahan dan alat Bahan yang digunakan adalah antara lain : 1. urografin 60% (meglumin diatrizoate 60% atau sodium diatrizoate 10%) 2. meja radiologi 3. tabung sinar-x dan monitor 4. 2 porsio tang 5. 2 spekulum vagina 6. sonde uterus 7. sarung tangan 8. lampu (pen light)



14



Tabel.2 Alat dan Bahan Pemeriksaan Histerosalfingografi Nama alat & bahan



Fungsi Pemberi kontras untuk dapat terlihat



pewarnaan



dilakukannya radiologi



15



saat



 Sinar-X digunakan untuk mengambil yang



gambar



dikenal



foto



sebagai



radiograf.



Untuk menjepit serviks.



Untuk vagina.



16



membuka



serviks



Untuk



mengukur



panjang



uterus.



Untuk pencegahan infeksi.



4. Prosedur serta persiapan HSG 1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diberikan penjelasan secara singkat mengenai tindakan yang akan dilakukan. 2. kandung kemih dikosongkan dan pembersihan perineum, 3. Pasien ditempatkan di meja pemeriksaan. 4. Posisikan pasien dengan posisi litotomi, dengan lutut yang difleksikan dan dirilekskan. 5. Setelah posisi meja di atur, posisikan pasien dan film untuk difokuskan pada titik 5 cm dari simfisis pubis; film ukuran 24x30 merupakan ukuran yang sering digunakan dengan posisi memanjang Posisi monitor berada ditempat yang mudah dilihat. 6. Penerangan harus cukup. 7. Cuci tangan 8. Gunakan speculum dengan ukuran yang sesuai.



17



9.



Sebelum memasukkan speculum, perhatikan alat genital pasien.



10. Dengan sarung tangan, kuakkan labia dan perhatikan orifisium dan introitus vagina. (Lihat apakah ada inflamasi atau ulserasi yang menyulitkan posisi speculum dan bahkan menyakitkan.) Jika ditemukan proses inflamasi yang berat, pemeriksaan harus ditunda sampai inflamasi diatasi. Sebelum memasukkan speculum, sebaiknya ukur dulu jarak cervix dengan cara digital menggunakan jari. 11. lakukan tindakan aseptik dan antiseptik. 12. Spekulum dimasukkan secara perlahan dan serviks dijepit dengan tenakulum dengan arah melintang. 13. Dilakukan sondase untuk mengetahui dalamnya kavum uteri dan arah fleksi, kanula dengan konus yang sesuai dipasang 1-2 cm dari ujung, spuit yang berisi kontras dipasang dan sedapat mungkin kanula dicegah agar tidak mengandung udara. Kanula dimasukkan dalam ostium uteri eksterna. Kanula dan tenakulum difiksasi sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi kebocoran kontras. Spekulum dikeluarkan dan pasien degeser ke tengah meja. Dilakukan penyemprotan kontras samba dilakukan fluoroskopi. 14. Pemotretan pertama dilakukan sewaktu kavum uteri terisi kontras dan dilakukan traksi. Biasanya diperlukan 2 cc kontras untuk mengisi kavum uteri. 15. Pemotretan selanjutnya sewaktu tuba telah terisi dan terjadi tumpahan kontras. Umumnya untuk prosedur HSG ini diperlukan 4-6 cc kontras. (Pada uterus yang abnormal jumlah kontras yang dipakai bisa lebih banyak, misalnya pada hidrosalping, bisa memakai kontras 10 cc atau lebih. Sedangkan uterus nullipara jumlah kontras hanya 3-4 cc.) 5. Kontraindikasi 1. Infeksi pelvis yang aktif dapat menyebarkan infeksi Penyakit ginjal atau jantung yang berat Hipersensitifvitas pada zat kontras Pasien yang baru di kuretase Kehamilan Seminggu sebelum menstruasi berikutnya dan belum lebih seminggu setelah menstruasi Pada umumnya penentuan indikasi pemeriksaan HSG dibuat oleh ahli obstetri ginekologik. 2. Proses-proses inflamasi yang akut pada abdomen merupakan kontra indikasi. (Pada hamil muda, pemeriksaan ini tidak boleh dikerjakan, karena bahaya terjadinya abortus. Lagi pula radiasi terhadap fetus tinggi sekali. Pada umumnya



18



pada hamil muda tak boleh dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen, karena sel -sel fetus masih dalam stadium pembagian yang aktif. ) 3. Perdarahan pervaginam yang berat. Pemeriksaan tertentu harus ditunda sampai perdarahan berhenti. Jika ada perdarahan, maka bahan kontras bias masuk kedalam vena uterina dan vena ovarii, masuk kedalam vena kava inferior, jantung sebelah kanan, kemudian masuk kedalam paru-paru. Tuberkulosis aparat genital tidak merupakan kontra indikasi yang absolut, malahan kadang-kadang penyakit ini ditemukan pada pemeriksaan HSG. 4. HSG juga tidak boleh dilakukan segera setelah dikerjakan kuretase atau dilatasi kanalis servikalis, karena ada kemungkinan masuknya kontras kedalam vena-vena sekitar uterus. 5. Penyakit ginjal dan jantung yang sudah lanjut juga merupakan kontra indikasi untuk dilakukan HSG. Pemeriksaan HSG juga tidak dilakukan segera setelah dan sebelum menstruasi karena pada saai ini, endotel menebal dan dapat terjadi intravasasi kontras, sehingga interpretasi foto akan lebih sulit.



Normalitas HSG a. Kanalis servikalis panjangnya 3-4 cm atau kira-kira sepertiga panjang uterus. Bentuknya lonjong. Ismus antara kavum uteri dan kanalis servikalis lebih sempit. Ostium uteri internum nampak seperti penyempitan pendek. Kavum uteri berbentuk segitiga, sisi dan fundus uteri lurus atau konkaf. Fundus kadangkadang konfeks dan lebih lebar daripada panjang uterus. b. Jarak antara kornu kanan dan kiri rata-rata 3,5 cm. Sfingter kornu bentuknya khas seperti bawang. Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba. Ismus tuba ini panjangnya variable, nampak seperti garis potlot pada radiogram dan jalannya bergelombang. Ismus tuba kemudian melebar sebagai ampula tuba.



Gambar.9 Normal HSG 19



2.5 Pemeriksaan Hidrotubasi Hidrotubasi adalah pemeriksaan untuk menilai kelancaran (patensi)saluran telur (tuba fallopi), dengan cara memasukkan cairan (larutan obat /antibiotik) dengan alat hidrotubator melalui vagina, mulut rahim (kanalisservikalis), rongga rahim (kavum uterus), dan menuju ke saluran telur (tubafallopi). Dasar pemeriksaannya adalah bahwa cairan dapat melewati keduasaluran telur dengan baik



bilamana



tidak



ada



sumbatan



atau



obstruksi



pada



tubafallopi.



Zjika



terdapat penciutan atau (spasme) atau sumbatan parsial ataustriktur (sebagian) maka tekanan cairan akan meningkat tetapi masih dapat masuk, sedangkan



jika terdapat



sumbatan total (oklusi) maka tekanan cairan akanmenjadi maksimal (berat) sehingga cairan terhalang masuk dan akan tumpah(regurgitasi). Hidrotubasi Ini Tidak Dilakukan Jika 



Hamil







Menstruasi







Alergi







Peradangan







Pendarahan







Setelah kuretase



Persiapan pasien sebelum hidrotubasi 1. Hidrotubasi dilakukan pada hari ke 9-10 siklus haid (pada siklus normal+ 28 hari) dan tidak sedang haid. 2. Pasien tidak perlu puasa senggama (abstinensi). 3. Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alatkelamin (misalnya infeksi atau perdarahan vagina). 4. Pasien harus puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan. 5. Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan. 6. Untuk menhgindari kecemasan, biasanya sebelum tindakan pasiendiberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberika obat penghilangrasa nyeri ( analgetik). 20



7. Setelah tindakann dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang. 8. Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan(setelah manfaat obat penenang hilang).



Prosedur Hidrotubasi  Satu jam sebelum pemeriksaan, dokter bisa memberikan obat anti nyeri atau bahkan pembiusan jika dirasa perlu.  Pasien melepas baju dan ganti baju ‘piyama’.  Pasien berbaring dengan posisi lithotomi (paha mengangkang).  Dokter memasukkan alat melalui vagina terus masuk ke rahim.  Cairan disemprotkan.  Selesai.



Umumnya Hidrotubasi ini berlangsung sekitar15 menit dan tidak memerlukan rawat inap. Bisa saja ibu mengalami fleksetelah hidrotubasi, tapi itu adalah hal yang normal. Hidrotubasi



inidigunakan



untuk



terapi



/



pengobatan



obstruksi



tuba



fallopi,



sekaligusmengecek (diagnosa) obstruksi tidaknya tuba fallopi tersebut.



Efek Samping Dari Hidrotubasi 1. Hidrotubasi berulang dapat merusak motilitas tuba fallopi dankemampuan ayunan silia, yang mengakibatkan terjadinya kehamilanektopik dan beberapa kondisi lain. 2. Setiap satu kali dai hidrotubasi berdampak iritasi pada saluran danmeningkatkan kemungkinan infeksi. Beberapa pasien dengan penyumbatan ringan bahkan didapati semakin memburuk setelah terlalusering hidrotubasi. 3. Hanya satu waktu hidrotubasi tidak dapat memeriksa penyakit persis, jadi jika seseorang memilih cara hidrotubasi untuk mengobati penyakit, operasi laparoskopi mungkin diperlukan. Hidrotubasi berulang dapatdengan mudah menyebabkan hidrosalpinx dikarenakan infeksi dan iritasisaluran. 21



4. Sebagai tuba fallopi adalah tipis, hidrotubasin berulang dapatmenyebabkan saluran tuba tidak berfungsi.



4.6 Pemeriksaan Inseminasi Artificial 1) Inseminasi buatan a. Definisi Inseminasi merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan ataua tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin. Inseminsia artinya pemasukan atau penyampaian. artificial insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan. Inseminasi buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alatalat buatan manusia yang disebut insemination gun dengan tujuan memperbaiki mutu genetika. b. Teknik Gambar.10 Inseminasi Buatan



Teknik dalam penerapan inseminasi buatan. Teknik tersebut adalah sebagai berikut 



Teknik IUI (Intrauterine Insemination) Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui leher rahim hingga ke lubang uterine (rahim). IUI tergantung pada: usia ibu,



22



lamanya infertlitas, penyebab infertlitas, jumlah dan kualitas sperma hasil washing. Keberhasilan kehamilan semakin rendah pada keadaan-keadaan :  Usia wanita lebih dari 38 tahun.  Wanita dengan cadangan ovum yang rendah  Kualitas mani yang jelek  Wanita dengan endometriosis sedang sampai berat  Wanita dengan kerusakan tuba  Infertlitas yang lebih dari 3 tahun.







Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination) Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke peritoneal (rongga peritoneum). Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti selang dan mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya sebagai tempat untuk memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung yang lain dimasukkan ke dalam saluran leher rahim untuk teknik IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan ke dalam peritoneal. Jumlah sperma yang disalurkan/diinjeksikan kurang lebih sebanyak 0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi terlentang selama 10–15 menit.



c. Proses Inseminasi



Gambar.11 Proses Inseminasi 23







Intravaginal Insemination (IVI) IVI adalah jenis inseminasi yang paling sederhana, dan melibatkan penempatan sperma ke dalam vagina wanita. Idealnya, sperma harus ditempatkan sedekat mungkin dengan leher rahim. Metode inseminasi ini dapat digunakan bila menggunakan sperma donor, dan ketika tidak ada masalah dengan kesuburan wanita. Namun, tingkat keberhasilan IVI tidak sesukses IUI, dan ini merupakan proses inseminasi yang tidak umum.







Intracervical Insemination (ICI)



Dengan proses ICI, sperma ditempatkan secara langsung di dalam leher rahim. Sperma tidak perlu dicuci, seperti dengan IUI, karena air mani tidak langsung ditempatkan di dalam rahim. ICI lebih umum daripada IVI, tapi masih belum sebaik IUI dari prosentase keberhasilannya. Dan lagi, biaya inseminasi dengan ICI biasanya lebih rendah daripada IUI karena sperma tidak perlu dicuci. 



Intratubal Insemination (ITI) Proses ITI merupakan penempatan sperma yang tidak dicuci langsung ke tuba fallopi seorang wanita. Sperma dapat dipindahkan ke tabung melalui kateter khusus yang berlangsung melalui leher rahim, naik melalui rahim, dan masuk ke saluran tuba. Metode lainnya dari ITI adalah dengan operasi laparoskopi. Sayangnya, inseminasi melalui ITI memiliki resiko lebih besar untuk infeksi dan trauma, dan ada perdebatan dikalangan ahli tentang kefektifannya daripada IUI biasa. Karena sifatnya invasif, biaya ITI lebih tinggi, dan tingkat keberhasilannya tidak pasti. Dengan adanya proses inseminasi ini, banyak pasangan yang akhirnya berhasil memiliki buah hati. Namun, sering kali kemajuan teknologi ini disalahgunakan. Yang paling populer adalah dengan adanya donor sperma, terutama bagi kalangan lesbian atau penganut kebebasan hidup.



24



d. Dampak Inseminasi Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada  dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas. Beberapa masalah yang dihadapi oleh pasutri ini jika mengambil jalan inseminasi artifisial, yaitu: 



Tingkat keberhasilan inseminasi artifisial rendah Meskipun inseminasi artifisial sebagai bioteknologi memberikan harapan sebagai angin segar untuk memiliki anak, tetapi angka peluang keberhasilanya relatif rendah. Angka keberhasilan yang berkisar pada 5-20% dengan angka tertinggi berada pada usia wanita rata-rata dibawah 35 tahun, menyiratkan bahwa resiko gagal lebih besar dari pada keberhasilan inseminasi. Menurut saya, secara mental seorang istri yang sudah merindukan kehadiran seorang anak tentu menaruh harapan yang sangat besar pada tindakan inseminasi. Apabila berhasil maka kebahagiaan akan merajai hidup pasutri tersebut terlebih lagi sang istri yang mengandung. Namun, coba dibayangkan apabila yang terjadi justru sebaliknya. Sang istri menghadapi ancaman rasa kecewa karena kegagalan. Hal ini nampak seperti mendapatkan harapan palsu dan kosong. Jika istri tidak mempersiapkan mental dengan baik maka kegagalan inseminasi akan menjadi bahaya laten bagi kehidupan mental istri.







Ada resiko bayi lahir cacat



25



Jika proses inseminasi berjalan baik dan berhasil itu tidak berarti masalah selesai. Masih ada ancaman serius lain yang menghantui pasutri. Masalah itu adalah resiko bayi lahir cacat karena sperma yang diinjeksi rusak secara genetis. Kerusakan genetis pada sperma sebagaimana dipaparkan sebelumnya sulit diprediksi. Bahkan resiko bayi cacat telah dipaparkan bagian sebelumnya sangat menyedihkan bagi bayi itu. Semangat mendasar pasutri untuk keluar dari masalah kemandulan dengan mendapatkan anak. Namun pasutri dihadapkan dengan resiko timbulnya masalah baru yang berlipat ganda. Masalah yang berlipat ganda yaitu masalah bagi pasutri sebab jika bayi itu cacat maka tentu perawatanya akan sangat berbeda dengan anak normal. Juga masalah bagi bayi itu sendiri sebab dia akan hidup dengan kondisi yang tidak normal. Resiko ini justru membuat masalah dalam rumah tangga pasutri menjadi lebih rumit. 



Bayi yang dikandung bukan darah daging suami Sebelum melakukan tindakan inseminasi pasutri harus benar-benar paham tentang resiko yang ketiga ini. Ada berbagai hal yang dapat berkaitan erat dengan status dari bayi yang dikandung bukanlah darah daging suami. Kemungkinan yang bisa menjadi masalah adalah:  Jika suami belum cukup siap entah pada saat ataupun setelah inseminasi, menerima bahwa anak yang dikandung istrinya bukan darah dagingnya. Perlu dicatat bahwa dalam pembuahaan faktor dominan secara genetikal turun kepada anak dari gen ayahnya. Dalam kasus ini bayi itu secara genetis tidak akan mirip suami. Ada pepatah yang mengatakan like father like sonsecara genetis bukan isapan jempol. Pepatah itu bisa dijelaskan secara saintifik. Masalah yang dapat muncul apabila secara genetis anak nantinya terlalu berbeda dengan ayah, akan menimbulkan resiko penolakan sebab itu bukan ciri ayahnya. Banyak sekali warisan genetis turun-temurun dari ayah ke anak yang memang menujukan kemiripan baik fisik, karakter, dll. Semua itu karena pengaruh gen. Dapat dibayangkan jika ternyata faktor gen membuat anak tersebut berbeda dengan



26



ayahnya, atau bahkan bukanlah anak yang memiliki karakter yang disukai ayahnya, tentu hal ini menjadi masalah. Ada kemungkinan terjadi pergolakan batin pada ayah/ suami yang bisa berujung pada penolakan anak tersebut.  Masalah berikut ialah anak tersebut menurut peraturan perundangan di Indonesia dapat memiliki hak pewarisan dan secara perdata dapat menjadi anak dari pasutri sepanjang tidak ada penyangkalan dari ayah/suami. Hal ini dijelaskan dalam pasal 250 KUH Perdata. Selagi ayah/suami tidak melakukan penyangkalan melalui uji DNA dan tes golongan darah, maka status hukum bagi anak itu jelas. Dalam hal ini berkaitan dengan poin sebelumnya, maka suami/ayah harus benarbenar memahami apa artinya menjadi ayah dari anak yang diusahkan melalui proses inseminasi. Apabila ketakutan saya pada poin sebelumnya terjadi, maka nasib anak yang dilahirkan melalui inseminasi ini akan menjadi tidak beruntung. Anak tersebut akan mendapatkan masalah hukum sebab statusnya menjadi tidak jelas. Termasuk mengenai hak waris, status keluarga, dan lainya. Jika sang ayah kemudian menyangkali anak tersebut, maka masalah baru akan timbul bagi anak itu. 



Resiko jika anak tersebut dewasa bisa menikah dengan saudaranya sendiri dari lain keluarga. Resiko ini pernah dipaparkan dalam sebuat materi pada kolom seorang ahli biologi molukuler Indonesia Ferry Karwur. Sebab jika sperma yang diinjeksi ke rahim istri adalah sperma donor yang diambil dari bank sperma ataupun orang lain, tentu sperma itu juga akan sangat mungkin diterima dirahim wanita lain. Katakanlah anak tersebut lahir dalam keluarga A lalu ternyata sperma yang sama juga diterima oleh keluarga B. Maka anak dari A dan B secara genetis memiliki kedekatan. Jika mereka memenuhi kemungkinan menikah maka pernihakan itu adalah inbreeding(pernikahan insect/ satu golongan). Resiko dari pernikahan semacam ini adalah keturunan yang cacat.



27



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Pada saat ingin menikah atau ingin merencanakan kehamilan perlu dilakukannya serangkaian pemeriksaan agar anak yang di dalam kandungan agar dilahirkan dalam keadaan tidak cacat fisik atau mental. Pemeriksaan yang ada berupa, yaitu pemeriksaan mucus serviks, pemeriksaan tes fern, pemeriksaan uji pasca coitus, pemeriksaan histerosalfingografi, pemeriksaan hidrotubasi, pemeriksaan inseminasi artificial. 3.2 Saran Jika ingin merencanakan menikah atau merencanakan kehamilan disarankan untuk menjalani tes atau pemeriksaan tersebut.



28



DAFTAR PUSTAKA



Ersyari, Riska Mutia, et al. 2014. Determination of ovulation in women using saliva ferning test. Department of Concervation Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran. Padjadjaran Journal of Dentistry 2014;26(3):194-202 Kusmarjadi, Didi. 2009. Uji Pasca Senggama Murdiati, Siti Muflichatun. 2007. Perbandingan Kadar Garam Natrium dan Kalium pada Tes Ferning Lendir Mulut. Jurnal Sains & Matematika (JSM) ISSN 0854-0675 Volume 15, Nomor 1, Januari 2007 Sjahfirdi, Luthfiralda. No date. "Ferning" saliva pagi hari sebelum dan sesudah menggosok gigi. Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis Yudha, Nugraha. 2014. Hidrotubasi (terapi tiup) saluran indung telur. [Online]. Diakses pada: http://www.elifmedika.com/2014/04/hidrotubasi.html. Diakses pada: (2 September 2018, pukul 14.10)



29