10 0 281 KB
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.1.1 Latar Belakang Penulis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekurangan gizi terjadi karena ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh bagi mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi tertentu. Menurut Lembaga Nutrisi Bangsa (2012) malnutrisi adalah istilah umum ketika terjadi kekurangan beberapa atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Istilah ini sering kali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizikurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Diperkirakan 9% anak di bawahusia 5 tahun mengalami kelaparan (dengan standar deviasi berat badan menurut tinggi badan di bawah -2 SD menurut WHO/NCHS). Keadaan ini berisiko terhadap kematian atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan mental yang berat. Marasmus merupakan salah satu bentuk dari malnutrisi energi protein yang biasanya ditemui pada balita. Penyebabnya antara lain karena infeksi, premature, kelainan struktur bawaan, penyakit pada masa neonatus, serta kekurangan kalori berat dalam jangka waktu lama terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan,
yang ditandai
dengan retardasi
pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran mental. “Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau
2 jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat” (Solihin, 1990:116). Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai adalah tipe marasmus. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang berkembang serta terjadinya krisis ekonomi di lndonesia (Lubis dan Marsida: Tanpa Tahun ) Hal ini dapat dibuktikan dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Laporan Survei Departemen Kesehatan-Unicef tahun 2005, dari 343 kabupaten/kota
di
Indonesia penderita
gizi
buruk
sebanyak 169
kabupaten/kota tergolong prevalensi sangat tinggi dan 257 kabupaten/kotalainnya prevalensi tinggi. Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata lebih serius dari yang dibayangkan selama ini. Sesuai dengan pendapat Sedyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa: Saat ini Indonesia berada di peringkat kelima Negara dengan kekurangan gizi sedunia dengan jumlah penduduk Indonesia yang berada di urutan empat terbesar dunia. Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis berupaya untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa penjelasan mengenai sebab-sebab terjadinya marasmus, gejala yang dialami, dan upaya pencegahannya demi mewujudkan Indonesia bebas dari marasmus.
1.1.2 GagasanKreatif Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik apabila ada kerjasama dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, masyarakat, serta pemerintah. Pertama, dari pihak orang tua misalnya dengan pemberian air susu ibu (ASI) yang diberikan sampai umur 2 tahun karena ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. Kedua, dari pihak masyarakat misalnya dengan
3 meningkatkan kebersihan lingkungan maupun individu. Ketiga, pemerintah seharusnya
berupaya
menghimbau
masyarakat
luas
untuk
mengikuti
KeluargaBerencana (KB), pemberian imunisasi gratis, pemantauan yang teratur bagi para balita yang kurang gizi, serta melakukan program penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya makanan yang bergizi bagi bayi dan balita.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah: 1.
Apa penyebab terjadinya penyakit marasmus?
2.
Apa saja gejala yang timbul dari penyakit marasmus?
3.
Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan agar penyakit marasmus di Indonesia dapat ditanggulangi?
1.3
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah:
1.
Memberikan penjelasan penyebab terjadinya penyakit marasmus.
2.
Memberikan penjelasan mengenai gejala klinis yang timbul dari penyakit marasmus.
3.
Memberikan sumbangan pemikiran apa saja upaya pencegahan dan pengobatan agar penyakit marasmus di Indonesia dapat ditanggulangi.
1.4
Manfaat
1.
Bagi mahasiswa Penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan marasmus dan dijadikan sebagai bahan referensi perkuliahan.
2.
Bagi pemerintah Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi agar pemerintah tanggap
dalam
pemberantasan
mengancam masyarakat Indonesia. 3.
Bagi masyarakat
masalah
marasmus
yang
sedang
4 Penulisan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi para keluarga di Indonesia untuk selalu sadar gizi (Kadarzi) agar tidak ada lagi kematian bayi dan balita akibat gizi yang buruk.
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1
Pengertian
2.1.1
Pengertian Marasmus Marasmus, sebuah istilah yang berasal dari bahasa yunani yang berarti
kurus kering. Sudah sejak lama marasmus digunakan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya sangat kurang dari berat badan seharusnya. Menurut
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO,
1992)
klasifikasi
internasional terhadap istilah masalah gizi atau ‘salah gizi’ (malnutrition), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan gizi (undernutrition), ada tiga tingkatan yang dipakai, yaitu ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe). Penentuan tingkat kekurangan gizi dapat menggunakan perbandingan berat badan anak terhadap berat badan normal berdasarkan tinggi badan/berat badan atau juga berat badan terhadap usia anak. Kekurangan gizi tingkat berat dibedakan menjadi 3, yaitu tipe marasmus, kwarshiorkor, dan marasmik-kwarshiorkor. Hal umum yang membedakan ketiganya adalah berat badan dan oedema. Penderita marasmus memiliki berat badan