Makalah Metode Penelitian Dan Sumber Jiwa Agama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Hubungan manusia dengan sesuatu yang dianggap Maha Kuasa memiliki sejarah yang panjang. Hal ini dapat diketahui dari pendapat para ahli agama, baik melalui penelitian, dokumen kuno maupun kitab suci. Dalam masyarakat kuno telah dikenal berbagai kepercayaan, seperti dinamisme, animisme, politheisme, dan berpuncak pada monotheisme. Hal ini dapat dibuktikan melalui situs-situs kuno peninggalan peradapan Yunani Kuno, peradaban Mesir Kuno, peradaban China Kuno, peradaban sungai Eufrat dan Tigris dan banyak lagi. Satu hal yang pasti, manusia sejak zaman dahulu telah mengenal adanya Yang Maha. Dalam kitab suci, hubungan ini dikenal sebagai hubungan Pencipta dengan ciptaan-Nya. Dan hubungan ini ada mulai manusia pertama kali ada, yaitu Nabi Adam as. Hingga sekarang, manusia tetap memiliki keyakinan pada Tuhan. Besar kecilnya keyakinan itu tergantung dari berbagai hal. Misalnya sedikit banyaknya informasi keagamaan yang diterima, kebiasaan sejak usia dini, lingkungan keluarga, masyarakat di sekolah, pengalaman agama dan lainnya. Walaupun keyakinan terhadap Tuhan dipengaruhi berbagai faktor, tetap saja ada (walaupun sedikit) keyakinan manusia pada Tuhan.



B. Rumusan Masalah Secara umum tulisan ini berusaha untuk menguraikan kembali tentang Teori Sumber Kejiwaan Agama (Potensi Agama), kemudian diturunkan pada rumusan masalah yang lebih kecil, yaitu : 1. Bagaimana Metode Penelitian dalam Psikologi Agama? 2. Bagaimana menurut pendapat para ahli tentang jiwa agama ? 3. Bagaimana sumber jiwa agama menurut konsep islam ?



1



C. Tujuan Masalah 1. Menegtahui Metode Penelitian dalam Psikologi Agama 2. Mengetahui menurut pendapat para ahli tentang jiwa agama 3. Mengetahui sumber jiwa agama menurut konsep islam



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Metode Penelitian dalam Psikologi Agama Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara objektif. Karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara seksama, terlepas dari pengaruh-pengaruh subjektifitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama dapat dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu keyakinan atau menentangnya, maka diperlukan adanya sikap yang objektif. Maka dalam penelitian psikologi agama perlu diperhatikan antara lain: 1 1. Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin manusia 2. Memiliki keyakinan bahwa sebagal bentuk pengalaman dapat dibuktikan secara empiris 3. Dalam penelitian harus bersikap filosofis spiritualistis 4. Tidak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau perkiraan khayali 5. Mengenal dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya 6. Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya 7. Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dengan agama Mampu menggunakan alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah. Dengan berpedoman kepada petunjuk-petunjuk seperti dikemukakan di atas, diharapkan para peneliti dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data akan bersikap lebih objektif. Dengan demikian, hasil yang diperoleh tidak akan menyimpang dari tujuan semula. 1



Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, (Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II,



1992)h.78



3



Misalnya, karena seorang peneliti menganut keyakinan agama tertentu, maka dalam mantafsir fakta yang ada ia memasukkan konsep-konsep yang sejalan dengan keyakinannya. Pengaruh keyakinan tadi paling tidak akan cenderung membawa kesimpulan yang bersifat subjektif. Dan akan lebih parah lagi, kalau kesimpulan itu mencela terhadap suatu keyakinan agama. Padahal dalam meneliti, seorang peneliti harus bersikap objektif. Dalama meneliti ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dokumen Pribadi Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agama. Untuk memperoleh informasi tersebut maka cara yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen pribadi orang tersebut. Dokumen tersebut mungkin berupa autobiografi, biografi, tulisan ataupun catatan-catatan yang dibuatnya. 2. Kuesioner dan Wawancara Metode kuesioner maupun wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan mendalam secara langsung kepada responden. Metode ini dinilai memiliki beberapa kelebihan, antara lain adalah dapat memberi kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang cepat dan segera dan hasilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang serta dapat pula dijadikan data nomotatik



B. Sumber Kejiwaan Agama Sumber jiwa agama menurut para ahli dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu yang berpandangan monistik dan yang berpandangan fakulty. 1. Menurut Teori Monistik Menurut teori monistik, yang meenjadi sumber kejiwaan agama itu adalah berasal dari satu sumber kejiwaan. Sumber tunggal manakah yang paling dominan sebagai sumber jiwa kejiwaan itu? Terhadap sumber kejiwaan yang dominan itu, dikalangan ahli terjadi perbedaan pendapat:



4



a. Menurut Thomas van Aquiono Yang menjadi dasar kejiwaan agama ialah: Berfikir. Manusia bertuhan karena manusia menggunakan kemampuan berfikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi dari kehidupan berfikir manusia itu sendiri.2 b. Menurut Frederick Hegel Agama adalah suatu pengalaman yang sungguh-sungguh benar dan tepat kebenaran abadi. Berdasarkan konsep itu maka agama semata-mata merupakan hal-hal atau persoalan yang berhubungan dengan pikiran c. Menurut Frederick Schleimacher Yang menjadi sumber keagamaan adalah rasa ketergantungan yang mutlak. Dengan adanya rasa ketergantugan yang mutlak itu manusia merasakan dirinya lemah. Kelemahan



itu



menyebabkan



manusia



selalu



menggantungkan



hidupnya dengan suatu kekuasaan yang berada diluar dirinya. Dari rasa ketergantungan itulah timbul konsep tentang Tuhan. Rasa tidak berdaya untuk menghilangkan tentangan alam yang selalu dialaminya, lalu timbullah upacara untuk meminta perlindungan kepada kekuasaan yang diyakini dapat melindungi mereka. Itulah realitas dari upacara keagamaan. d. Menurut Rudolf Otto Sumber jiwa agama adalah rasa kagum yang berasal dari The Whaly Other (yang sama sekali lain), jika seseorang dipengaruhi oleh rasa kagum terhadap sesuatu yang dianggapnya lain dari yang lain,maka keadaan mental seperti itu oleh Otto disebut “Numinous”. Perasaan itulah menurut R. Otto sebagai sumber dari kejiwaan agama manusia. e. Menurut Sigmund Freud Unsur kejiwaan yang menjadi sumber keiwaan agama adalah lidido sexual (naluri seksual). Berdasarkan lidibo ini timbulah ide tentang Tuhan dan upacara keagamaan, melalui proses: 1) Oedipus Complex, yaitu mitos Yunani kuno yang menceritakan bahwa karena perasaan cinta kepada ibunya, maka Oedipus membunuh 2



Robert W.Crapps, An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa Agus M.Harjana, Perkembangan kepribadian dan Keagamaan, Yogyakarta:Kanisius, cet.I,1994.



5



ayahnya. Setelah ayahnya mati timbullah rasa bersalah pada diri sendiri. 2) Father Image (cinta bapak): setelah membunuh bapaknya Oedipus dihantui rasa bersalah, lalu timbul rasa penyesalan. Perasaan itu menerbitkan ide untuk membuat suatu cara sebagai penebus kesalahan manusia yang mereka lakukan, mereka memuja alasannya karena dari pemujaan itulah menurut Freud sebagai asal dari upacara keagamaan. Jadi agama muncul dari ilusi manusia. f. Menurut William Mc Dougall Menurutnya, tidak ada insting khusus sebagai “sumber jiwa keagamaan”, tetapi dari beberapa insting yang ada pada diri manusia, maka agama timbul dari dorongan insting tersebut secara terintegrasi. 2. Menurut Teori Fakulti. Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu tidak bersumber pda suatu factor yang tunggal tetapi terdiri atas beberapa unsur, antara lain yang dianggap memegang peranan penting adalah : fungsi cipta (reason), rasa (emotion), dan karsa (will). Demikian pula, perbuatan manusia yang bersifat keagamaan dipegaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi tersebut : a. Cipta (Reason) Merupakan fungsi intelektual jiwa manusia. Ilmi kalam (teologi) adalah cerminan adanya pengaruh fungsi intelek ini, melalui cipta, orang dapat menilai, membandingkan,dan memutuskan suatu tindakan terhadap stimulun



tertentu.dalam



lembaga-lembaga



keagamaan



yang



menggunakan ajaran berdasarkan berdasarkan jalan pikiran yang sehat dalam mewujudkan ajaran-ajaran yang masuk akal, fungsi berpikir sangat diutamakan. Malahan ada yang beranggapan bahwa agama yang tidak sesuai dengan akal merupakan agama yang kaku dan mati. b. Rasa (Emotion). Fungsi reason hanya pantas berperan dalam pemikiran mengenai supranatural saja, sedangkan untuk memberi makna dalam kehidupan beragama diperlukan penghayatan yang seksama dan mendalam



6



sehingga ajaran itu tampak hidup. Jadi, yang menjadi objek penyelidikan pada dasarnya adalah bukan anggapan bahwa pengalaman keagamaan seseorang itu dipengaruhi emosi , melainkan sampai berapa jauhkah peranan emosi itu dalam agama. Sebab, jika secara mutlak emosi yang berperan tunggal dalam agama, maka akan mengurangi nilai agama itu sndiri. Sebagaimana dikemukakan oleh W.H.Clark : upacara keagamaan yang hanya menimbulkan keributan bukan lah agama. c. Karsa (Will.) Karsa merupak fungsi eksekutif dalam jiwa manusia. Will berfungsi mendorong timbulnya



pelaksanaan doktrin



serta jaran agama



berdasarkan fungsi kejiwaan. Mungkin saja pengalaman agama seseorang bersifat intelek ataupun emosi, namun jika tanpa adanya peranan will maka agama tersebut belum tentu terwujudsesuai dengan kehendak reason dan emosi. Masih diperlukan tenaga pendorong agar ajaran keagamaan itu menjadi suatu tindak keagamaan . Ketiganya berfungsi antara lain: a. Cipta (reason) berperan untuk menentukan benar atau tidaknya ajaran suatu agama berdasarkan pertimbangan intelek seseorang. b. Rasa (emotion) menimbulkan sikap batin yang seimbang dan positif dalam menghayati kebenaran ajaran agama. c. Karsa(Will) menimbulkan amalan-amalan atau doktrin keagamaan yang benar dan logis.



C. Sumber Kejiwaan Agama Menurut Islam Di dalam Al-qur’an sumber jiwa agama dapat ditemukan dalam surat ArRum ayat 30 yang berarti:



ْ ِ‫ِّين َحنِيفًا ف‬ َ َ‫َّللاِ الهتِي ف‬ ُ ‫َّللاِ ذَلِكَ ال ِد‬ ‫ق ه‬ ‫ط َرة َ ه‬ ‫ِّين ْالقَيِِّ ُم‬ َ ‫اس‬ َ ‫ط َر النه‬ ِ ‫فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِلل ِد‬ ِ ‫علَ ْي َها ال ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬ ‫اس ال يَ ْعلَ ُمون‬ ِ ‫َولَ ِك هن أ َ ْكث َ َر النه‬



Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut



7



fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30). Ayat tersebut menyatakan bahwa secara fitrah, manusia adalahmakhluk beragama. Secara naluri manusia pada hakikatnya selalu meyakini adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Walaupun secara dhohir ada beberapa golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan (atheis), tetapi itu hanya pernyataan lisan. Secara hakiki ia tetap meyakini adanya kekuatan di luar kekuatannya yang tidak mungkin dilampaui dan memiliki kekuatan Yang Maha. Menurut Nurcholis Majid, agama merupakan fitrah munazal yang diturunkan Allah untuk menguatkan fitrah yang telah ada secara alami. Dengan fitrah ini manusia tergerak untuk melakukan kegiatan atau ritual yang diperintahkan oleh Yang Maha Kuasa, yang berbentuk upacara ritual, kegiatan kemanusiaan, kegiatan berfikir dan lain – lain. Dalam manusia juga terdapat naluri untuk mencintai dan dicintai Tuhan. Keinginan ini tidak mungkin dapat terpenuhi kecuali melalui kegiatan beragama. Bahkan naluri ini memiliki porsi yang cukup besar dalam jajaran naluri yang dimiliki manusia. Menurut Quraish Shihab , sumber jiwa agama seseorang bersumber dari penemuan rasa kebenaran, keindahan d kebaikan. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Ketika manusia memperhatikan keindahan alam, maka akan timbul kekaguman. Kemudian menemukan kebaikan pada alam semesta yang diciptakan untuk manusia. Kemudian manusia mencari apa yang paling indah, paling benar dan paling baik yang pada akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan. 1. Fitrah Dalam Islam Para ahli memiliki beberapa pengertian fitrah, antara lain : a. Fitrah berarti suci Artinya, ketika seorang bayi lahir ke dunia, ia dalam keadaan suci, tanpa dosa. Tidak ada dosa warisan dari orang tuanya. Baru kemudian dalam mengarungi kehidupan orang tersebut terkena kotoran noda dosa b. Fitrah berarti bertauhid Artinya, sejak lahir manusia telah membawa sifat-sifat percaya kepada Tuhan. Jadi sudah naluri bila manusia



8



menolak adanya atheism atau politheisme. 3. Fitrah dalam arti ikhlas Ketika lahir, manusia dibekali sifat-sifat oleh Tuhan. Salah satu sifat tersebut adalah ikhlas. Jadi ikhlas tersebut merupakan fitrah manusia. 2. Fitrah dalam arti insting Ibn Taimiyah membagi fitrah dalam dua bagian: a. Fitrah al-Munazalah Yaitu fitrah luar yang masuk ke dalam manusia. Fitrah ini berupa al-qur’an dan sunah. b. Fitrah al-Gharizah Yaitu fitrah dari dalam diri manusia untuk mengembangkan potensi manusia. 3. Fitrah dalam arti tabiat Menurut al-Ghazaly fitrah sebagai sifat dasar yang diperoleh manusia sejak lahir yang terdiri dari: a. Beriman pada Allah b. Menerima pendidikan dan pengajaran c. Mencari kebenaran d. Dorongan syahwat, ghodob dan insting e. Sifat-sifat yang dapat dikembangkan



9



BAB III KESIMPULAN



A. Kesimpulan Sumber jiwa agama menurut ahli dibagi dua: 1. Teori monistik: bahwa sumber jiwa agama berasal dari sesuatu yang tunggal yang dapat berupa rasa ketergantungan, akal, libido sexuli dll. 2. Teori fakulty: bahwa sumber jiwa agama berasal dari beberapa unsur terutama cipta, rasa, karsa. 3. Sumber jiwa agama menurut Islam berasal dari fitrah manusia yang berasal dari Allah 3. Fitrah diartikan sebagai suci, bertauhid, ikhlas, insting, atau tabiat.



B. Saran Demikian makalah yang dapat kami susun. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.



10



DAFTAR PUSTAKA · Nurcholish Majid, Islam, Dokrin, Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, cet II, 1992. Robert W.Crapps, An Introduction to Psycologi of Religion, bagian iii, alih bahasa



Agus



M.Harjana,



Perkembangan



kepribadian



dan



Yogyakarta:Kanisius, cet.I,1994. Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004



11



Keagamaan,



KATA PENGANTAR



Bismillahirahmanirahim Alhamdulillah , Puji beserta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Makalahini berisikan tentang penjelasan”Metode Penelitian dan Sumber Jiwa Agama” Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini . Akhir kata , penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita . Amin .



Sungai Penuh, Januari 2018



i



12



KATA PENGANTAR



DAFTAR ISI .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ B. Tujuan Masalah ........................................................................ BAB II PEMBAHASAN A. Metode Penelitian dalam Psikologi Agama ............................. B. Pendapat para ahli tentang jiwa agama ................................... C. Sumber jiwa agama menurut konsep islam ............................. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................... B. Saran ......................................................................................... DAFATR PUSTAKA



13



ii



14